All Chapters of Dikhianati Kekasih, Dinikahi Bos Galak: Chapter 41 - Chapter 50
141 Chapters
Bab 41 : Langkah Pertama Khayra
“Tidak ada pak Kaivan, berasa sepi banget, ya.” Sunny berkomentar. “Benar sekali. Tidak ada semangat untuk bekerja,” keluh Nita. “Kembali bekerja. Jangan sampai pengganti pak Kaivan meremehkan pak Kaivan karena pekerjaan kita tidak selesai,” ucap Rizal. “Benar. Karena dia pasti akan melakukan pemeriksaan pada hasil kinerja kita selama bersama pak Kaivan,” ucap Cecep. “Eh Khayra, sekarang Pak Kaivan kerja di mana? Dia gak jadi pengangguran, kan?” tanya Nita. “Tidak kok. Dia kembali bekerja di perusahaan keluarganya,” jawab Khayra. “Maksudmu, dia jadi Direktur atau CEO?” tanya Nita sangat kepo. “Ya, begitulah,” jawab Khayra. “Pak Kaivan itu dari keluarga Dirgantara. Kalian tahu, bukan Dirgantara group yang memiliki banyak anak perusahaan di bidang tertentu. Dia seorang crazy rich,” ucap Cecep. “Serius?” Nita sangat terkejut. “Haduh, ke mana saja, Neng. Padahal sudah lama kami ta
Read more
Bab 42 : Usaha Khayra Mendekati Ibu Mertua
“Mommy!” panggil Aerline yang muncul di belakang Khayra. “Aerline? Apa yang kamu lakukan di sini dan mengajaknya?” tanya Genny. “Ayolah, Mommyku yang cantik. Kakak ipar juga ingin main golf bersamaku,” ucap Aerline dengan sangat ceria. Genny hanya bisa menghela napas dan melirik tajam ke arah Khayra. “Jeng Genny, apa dia menantu perempuanmu?” tanya salah satu wanita di sana. “Wah, jadi ini istrinya Kaivan. Cantik sekali,” puji salah satu dari mereka. “Kelihatannya dia sangat baik dan penurut,” puji yang lain. Khayra melihat ke arah Genny yang berpura-pura tidak peduli, padahal Khayra tahu kalau Genny merasa bangga di sana. “Tentu saja, Kakak iparku bukan orang sembarangan, iya, kan, Mommy,” goda Aerline dan Genny terlihat memalingkan wajahnya. “Bukankah kamu mantan kekasihnya Yuda, itu ya. Saya menghadiri pertunangan kalian waktu itu,” celetuk salah satu wanita tua di sana. “Benarkah? Yuda kepona
Read more
Bab 43 : Hasutan Ziya
“Siang, Tante,” sapa Ziya membuat Genny yang sedang menyiram tanaman miliknya menoleh ke arah Ziya. “Oh, Ziya. Ada apa?” tanya Genny melanjutkan aktivitasnya. “Kemarin aku berkeliling di mall, kebetulan mengingat kalau Tante suka aroma parfum yang soft, jadi aku membelikannya untuk Tante,” ucap Ziya menyerahkan satu bingkisan berisi parfum dari brand terkenal di dunia. Genny melihat ke arah bingkisan di tangan Ziya, kemudian melihat ke arah wanita hamil itu. “Ini,” ucap Ziya kembali menyodorkan bingkisan itu pada Genny. “Ya, terima kasih,” ucap Genny menerimanya. “Sebenarnya Tante tidak memakai brand ini. Tetapi tidak masalah, terima kasih,” ucap Genny. “Sama-sama Tante. Maaf karena aku tidak bertanya dulu sebelumnya. Aku pikir, Tante suka dengan brand itu karena aromanya hampir sama dengan yang biasa Tante pakai,” ucap Ziya. “Ya, sama tapi yang ini lebih dark dibanding milik Tante,” jawab Genny. “Apa perl
Read more
Bab 44 : Masalah yang Menimpa Sunny
“Kenapa dia selalu membuat aku hampir jantungan,” keluh Khayra saat sampai di depan lobby kantornya. Kaivan mengantarnya hingga ke depan perusahaan. “Woi, ngelamun apaan sih,” seru seseorang menyadarkan lamunan Khayra. “Oh, nggak. Ayo masuk,” ajak Khayra saat melihat ke arah Nita yang baru saja mengagetkannya. “Katanya, hari ini manager pengganti pak Kaivan akan datang dan mulai perkenalan,” ucap Nita saat mereka masuk ke dalam lift. “Benarkah? Ya, setidaknya kita tidak akan kebingungan lagi mengurusi laporan yang di minta General manager,” ucap Khayra. “Benar. Katanya dia lulusan terbaik dari Amerika dan tranning selama tiga bulan di lapangan dan sekarang langsung ditarik jadi manager. Hebat, bukan?” seru Nita. “Iya, sih,” jawab Khayra. “Banyak yang menyangka kalau dia punya kenalan orang dalam di sini,” seru Nita. “Itu bukan urusan kita. Yang pasti, aku berharap dia bisa bekerja sama dengan kit
Read more
Bab 45. Kedatangan Yuda di Kantor Pusat
“Kaivan baru saja masuk ke dalam ruangannya. Dia cukup kaget melihat Yuda sudah duduk dengan kaki yang dia selonjorkan ke atas meja. Pria itu terlihat begitu angkuh dan sombong. “Apa yang sedang kamu lakukan di ruanganku?” tanya Kaivan tampak tidak suka pada Yuda. Yuda menurunkan kedua kakinya dan bangkit dari duduknya. Dia berjalan mendekati Kaivan yang berdiri tidak jauh darinya dengan ekspresi datar. “Tidakkah Abang mau memberiku ucapan selamat. Mulai hari ini, aku adalah pengacara di perusahaan ini,” ucap Yuda tersenyum merekah. “Posisiku hampir setara denganmu, yang sebagai seorang CEO,” ucap Yuda dengan nada bangga dan angkuh. “Oh, lalu?” tanya Kaivan masih dengan nada datar, membuat Yuda kesal sendiri karena Kaivan tidak menunjukkan ekspresi apa pun. “Bersiaplah, mulai sekarang, aku akan berusaha merebut Khayra darimu,” ucap Yuda dan sontak Kaivan terkekeh di sana. “Kamu terlalu bermimpi besar, Yuda
Read more
Bab 46 : Kalah Cepat
“Aku pulang duluan,” pamit Nita sedangkan Khayra baru saja menyelesaikan pekerjaannya. “Belum selesai, Khay?” tanya Cecep. “Baru saja selesai,” jawab Khayra. “Baiklah, kalau begitu aku keluar lebih dulu,” ucap Cecep. Rizal pun berpamitan hingga hanya tersisa Khayra sendiri yang sedang membereskan barang-barangnya. “Sudah selesai?” tanya seseorang saat Khayra sudah akan keluar dari ruangan divisi. Adit baru saja keluar dari ruangannya. “Ya, sudah, Pak,” jawab Khayra. “Saya pulang dulu, Pak.” “Tunggu Khayra!” Adit berjalan mendekati wanita itu. “Kita keluar bersama,” ucap Adit mempersilahkan Khayra dengan tangannya. Tanpa kata, Khayra pun berjalan lebih dulu dan mereka sama-sama berjalan menuju lift. Adit melihat cincin yang melingkar di jari manis Khayra saat menekan tombol lift. “Maaf kamu sudah bertunangan?” tanya Adit melihat cincin di jari manis Khayra membuat gadis itu melihat ke tempat yang sama.
Read more
Bab 47 : Permintaan Khayra
“Kamu ke mana kemarin, Kak? Kenapa tidak pulang?” tanya Ziya yang langsung mengajukan rentetan pertanyaan pada Yuda yang baru saja sampai. “Aku lelah. Apa tidak ada pertanyaan lain? Bukannya membuatkanku minum, malah mengajukan pertanyaan yang tidak penting,” jawab Yuda terlihat kesal dan melepaskan satu per satu kancing kemejanya. “Aku ini istri kamu, Kak. Kenapa aku tidak boleh menanyakan hal itu? kamu bahkan tidak mengabariku?” tanya Ziya. Yuda mengabaikannya dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan melepaskan kemejanya dan melemparkannya asal, dia masuk ke kamar mandi. Ziya hanya bisa menghela napas dengan tatapan nanar menatap punggung lebar Yuda yang menghilang dibalik pintu. ‘Kenapa kamu terus mengabaikanku? Kenapa kamu perlakukan aku seperti ini? bukan aku yang ingin hamil anakmu,’ batin Ziya benar-benar merasa sangat terluka karena sikap Yuda. Ziya memunguti setiap helai pakaian yang dilemparkan Yuda di lantai dan me
Read more
Bab 48 : Rencana Kaivan
“Apa kamu sangat ingin menolongnya?” tanya Kaivan. “Ya, kalau ada cara untuk membantunya. Jujur saja, saat melihatnya di rumah sakit, dia seakan kehilangan semangat hidupnya. Menurut Sunny, dia tidak mau makan, minum dan bicara. Dia terus diam dan selalu gelisah setiap ada orang yang datang,” ucap Khayra. “Mereka para orang kaya, tidak memikirkan dampak yang mereka perbuat dan bisa membunuh manusia. Apa karena mereka orang berada dan memiliki segalanya, bisa menindas orang-orang di kalangan bawah?” tanya Khayra dengan tatapan berkaca-kaca. “Aku tidak habis pikir dengan mereka yang tutup mata akan nasib orang di bawah,” keluh Khayra. “Jalur hukum sudah pasti tidak akan membantu. Mungkin baru memasukkan laporannya saja, pihak kepolisian akan langsung menolaknya. Bagaimana pun zaman sekarang, hukum berlaku bagaimana uang,” ucap Kaivan membuat Khayra menghela napasnya. “Setidak adil itukah dunia ini?” gumam Khayra. “Tap
Read more
Bab 49 : Mencoba Menyelesaikan Masalah Puji
“Selamat pagi,” sapa Kaivan saat Khayra keluar dari kamarnya. “Pagi,” jawab Khayra mendekati Kaivan dengan mengenakan setelan rapi. “Sarapan dulu,” ucapnya. “Aku tidak sempat memasak, ini aku membeli nasi kuning di depan apartemen. Rasanya enak,” ucap Kaivan meletakkan dua piring berisi nasi kuning dan dua gelas air minum yang sudah lebih dulu di sajikan di minibar. “Lain kali, biar aku yang siapkan. Aku memang tidak bisa memasak, tetapi zaman sudah canggih, semua resep masakan ada di ponsel, bukan.” Khayra menjawab dengan senyuman kecilnya. “Bukan aku tidak percaya dengan masakanmu. Tapi aku tidak mau kamu kelelahan, aku tahu pekerjaanmu di kantor cukup berat dan rumit. Aku tidak mau membuatmu kesulitan juga di rumah,” ucap Kaivan. “Memangnya kamu tidak lelah? Aku tahu, pekerjaanmu juga tidak mudah. Um, begini saja. Bagaimana kalau kita berbagi tugas karena yang tinggal di rumah ini juga kita berdua,” usul Khayra.
Read more
Bab 50 Kegilaan Yuda
“Apalagi yang kamu mau?” tanya Khayra menepis tangan Yuda. “Masuk ke dalam mobil!” ajak Yuda memaksa Khayra untuk masuk ke dalam mobil hingga dia meringis karena lengannya dicengkeram kuat oleh Yuda. Khayra ingin kembali keluar tetapi pintu dikunci. Dan Yuda naik ke dalam mobil di bagian kemudi. “Apa mau kamu, Yuda? Aku mau dibawa ke mana?” tanya Khayra sangat kesal. “Kamu meninggalkanku karena aku tidur dengan Ziya. Sekarang akan aku tunjukkan bagaimana busuknya suamimu!” ucap Yuda menyetir mobil. “Apa kamu sudah gila! Aku tidak mau tahu dan peduli dengan masa lalu Kaivan,” ucap Khayra. “Tapi aku peduli! Kamu terus mengolok-ngolok dan menolakku. Aku hampir gila karena kamu, Khayra!” umpat Yuda menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Khayra merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Dia hendak menghubungi Kaivan tetapi Yuda merebut ponselnya dan dengan seenaknya melemparkan ponsel keluar jendela mobil memb
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status