All Chapters of Istri Kembar CEO Posesif: Chapter 101 - Chapter 110
117 Chapters
Erland Hanya Tunduk Pada Aruna
Mendengar nama yang disebut oleh suaminya. Aruna tak segera menjalankan mobil. Jantungnya berdetak dengan kencang, bagaimana bisa yang suaminya ingat justru sosok bernama Irene. "Aruna?"Kepalanya menoleh. "Nanti saja bicaranya, kalau di kantor."Aruna sedikit kecewa dengan Irene yang diingat oleh suaminya. Meski ia tahu, kalau Erland tidak akan menghilangkan sosok Irene dalam ingatan. Tapi, tetap saja rasanya menyakitkan.Erland sendiri memilih diam dengan pandangan terarah pada Aruna. Dia merasa tidak enak karena membahas wanita lain di hadapan sang istri. Namun, Erland sungguh penasaran.Begitu tiba di perusahaan. Erland terus saja mengikuti langkah Aruna berjalan. Semua karyawan yang melihat merasa kalau Erland begitu mencintai istri, sampai pandangan pun tertuju serius pada Aruna."Jadi, bisa cerita sekarang kan?" tanya Erland begitu Aruna memasuki ruang kerjanya.Pandangan Aruna begitu serius pada suaminya. "Sepertinya kamu sangat ingin tahu ya?"
Read more
Jangan Sisihkan Fira
Aruna duduk dengan mata yang mengantuk. Namun, saat orang tua murid memutar musik dan bernyanyi. Aruna jadi membuka matanya lebar, kemudian memandang sekitar.Aruna menemukan suaminya sedang memandang ke arahnya. "Nah kan, kalau naik mobil pribadi, kamu bisa tidur.""Bicara apa sih? Lebih enak juga satu bus, bisa nyanyi bareng."Erland menghela napas, kemudian memilih diam dan memperhatikan Fira yang bermain ponsel. "Nanti kita juga piknik sendiri ya, supaya lebih santai," ujar Erland.Fira mengangkat kepala dan mengangguk. "Boleh, kalau Papa tidak kerja."Erland tersenyum dan mengusap kepala sang putri. "Hari kerja pun, papa akan mengajak Fira piknik."Aruna menoleh. "Jangan aneh-aneh, sekali pun kamu atasan, tetap saja tidak boleh bolos kerja.""Kamu mengajari Fira yang tidak benar tahu tidak," Aruna terus mengomel.Erland dan Fira memandang ke arah Aruna, kemudian tersenyum. Sudah biasa dengan ocehan dari Aruna yang banyak. "Apa sih? Kenapa kalian kompak sekali," ocehnya kemudian
Read more
Ke Sini Atau Perlu Dijemput?
Setelah mendapatkan obat yang diresepkan. Aruna dan Erland berjalan beriringan melewati lorong rumah sakit dengan bergandengan tangan. Kemudian menuruni tangga di pelataran gedung dan menghampiri mobil yang parkir."Erland," sebut Aruna membuat suaminya yang sedang membuka pintu untuknya langsung menoleh."Ada apa Sayang?""Kamu ingin mengunjungi pemakaman Irene tidak?"Tangan Erland seketika terhenti dan perlahan menjauh dari gagang pintu. Dia memandang Aruna dengan lekat. Kenapa sang istri tiba-tiba malah membahas Irene sekaligus pemakamannya."Sayang."Aruna langsung tersenyum. "Tidak apa, aku juga kebetulan ingin mengunjungi Irene.""Kamu mau ikut?"Erland diam sejenak, nampak memikirkan ajakan dari sang istri. Karena sejujurnya Erland takut ada pertengkaran dengan Aruna."Baiklah, Sayang. Aku hanya mengikuti kamu ya, bukan aku yang mau."Aruna tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan suaminya. Erland sepenuhnya membuka pintu mobil untuknya. Kemudian berjalan memutar dan masuk ju
Read more
Ini Terlalu Dalam
"Kamu sanggup melahirkan berapa anak, Aruna?" Erland bertanya dengan tangan menutup pintu kamar putrinya sangat pelan. Aruna nampak berpikir, padahal hamil saja belum sudah ditanya berapa anak. Aruna tertegun saat Erland melintas ada Sonya yang berdiri diam dengan kepala menunduk hormat. Begitu Sonya mengangkat pandangan dan bertemu dengannya, Aruna langsung memukuli suaminya."Kenapa kamu tidak bilang ada Ibu Sonya? Aku kan jadi malu," keluhnya membuat wanita itu tersenyum.Apalagi ketika Aruna menyembunyikan wajah pada pundak suaminya. Sonya semakin tersenyum lebar, senang dengan hubungan manjikan yang membaik.Erland memasuki kamar dengan raut wajah ceria, tak lupa mengunci pintu. Mencegah Fira datang secara tiba-tiba dan memergoki orang tua sedang bikin anak."Aku malu tahu," keluhnya saat tubuh didudukan oleh Erland di atas ranjang."Kenapa? Sonya juga tidak akan mengolok kamu kok.""Ya biar begitu, tetap saja malu."Erland mencium bibir Aruna, hingga percakapan di antara merek
Read more
Aku Juga Kan Ingin Mencium
Sore harinya, ketika Aruna dan Erland pulang ke rumah. Mata langsung menemukan mobil milik Faisal yang terparkir. Aruna memang sudah diberi tahu, kalau ayahnya akan datang karena merasa rindu dengan Fira."Tepat waktu sekali ya," singgung Erland padanya.Aruna menoleh. "Ya namanya juga orang rindu ya bagaimana sih, inginnya kan ketemu terus."Erland segera melirik ke arahnya, kemudian tersenyum karena apa yang Aruna ucapkan sangatlah benar. Erland yang rindu pada Aruna, selalu ingin bertemu, jadi memaklumi bagaimana rasanya."Kalau begitu ayo kita masuk," ajak Erland.Erland pun memeluk pinggang Aruna dan berjalan beriringan memasuki rumah. Fira yang semula bermain dengan Faisal, langsung meninggalkan mainan dan berlari ke arahnya dengan ceria."Mama Papa!"Sebelum mencapai Aruna, tubuh Fira sudah lebih dahulu diangkat oleh suaminya. Hal itu membuat Aruna memukul, Faisal tersenyum karena akhirnya kembali melihat Erland dan Aruna bersama. Menjadi keluarga kecil yang harmonis."Ayah mer
Read more
Tidak Ada Kesempatan Kedua
Aruna tersenyum mendengar keluhan dari suaminya yang ingin mencium dirinya. Kemudian Aruna menoleh dan dengan sengaja memajukan bibirnya. Erland ikut tersenyum kemudian mengecupnya."Eh sudah?" tanya Aruna saat Erland menjauhkan kepala."Aku inginnya hal lain, jika kamu mau lanjut. Maka ayo kembali ke dalam," ajak Erland.Aruna langsung mendorong suaminya menjauh. "Program anak sih program, tapi tolong jaga kesehatan juga. Jangan bikin anak nonstop."Erland tersenyum melihatnya yang merajuk. Kemudian dia kembali memeluk Aruna dan menenggelamkan kepala ada pundaknya."Baiklah. Hari kita masih panjang ya Sayang."Kepalanya mengangguk. "Benar. Kalau sudah waktunya, pasti dikasih anak kok."Seperti biasa, Aruna dan Erland kembali bekerja setelah esok harinya tiba. Dan baru menjemput Fira di rumah Faisal saat jam pulang kerja."Mama!" seru Fira langsung berlari dan memeluk kakinya.Aruna tersenyum dan mengusap kepala putrinya. "Senang menginap di rumah kakek?"Kepala Fira mengangguk antusi
Read more
Warisan Tidak Diberikan Pada Orang Lain
Erland telah selesai mandi dan makan malam bersama keluarga kecil. Aruna saat ini sedang merapikan pakaian suaminya."Kabari aku jika kamu sudah tiba," ujarnya membuat Erland tersenyum."Aku tidak pergi jauh Sayang, tapi baiklah aku akan tetap memberi kabar."Aruna mengangguk. "Bagus."Kemudian Aruna memandang suaminya yang selalu saja tampan. Padahal bertahun-tahun telah berlalu. Erland meraih pinggangnya dan ingin mencium bibirnya, membuat Aruna langsung mendorong wajah suaminya."Kamu kan sudah harus pergi," usirnya."Habisnya kamu terus saja menatap padaku, jadi aku kira kamu minta cium."Aruna berdecak, "aku sedang mengagumi suamiku yang tampan ini, bukan karena ingin cium."Dahi Erland mengerut. "Yakin tidak mau cium?"Aruna tersenyum dan mengalunkan tangan pada pundak suaminya, kemudian saling mencium meski hanya kecupan saja. Erland mengusap kepalanya."Aku akan segera pulang, masuklah dan jangan bergadang."Kepala Aruna mengangguk. Erland sempat mengecup dahinya dulu, kemudia
Read more
Permintaan Terakhir
"Sialan!"Ibu tiri Erland berteriak kesal mendengar penuturan dari Erland. Apalagi saat tahu kalau Erland tidak keluar rumah sama sekali, malah berjalan menuju kamar lama milik Erland."Sedang apa kamu masih di sini!"Erland memandang pada pembantu yang berjaga di sekitar, kemudian mereka langsung mencegah wanita itu yang ingin menyusul. Erland segera menutup pintu kamar, bahkan menguncinya. Karena tidak ingin diganggu.Mata dia menatap sekeliling kamar yang sama sekali tidak berubah. Kebersihan dan peralatannya dijaga dengan baik. Erland merebahkan tubuh di atas ranjang dan memandang langit-langit kamar."Kenapa dia tetap menjaga kamar ini, padahal aku tidak akan pernah pulang."Tapi, hari tersebut Erland pulang setelah bertahun-tahun berlalu. Erland memandang jam di kamar yang bahkan masih berfungsi, kemudian dia mengambil ponsel di saku dan menghubungi Aruna.Aruna yang sedang menidurkan Fira, langsung turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Erland juga begitu sabar menanti Aruna
Read more
Titip Erland, Ya Aruna
Aruna yang sedang memakaikan seragam sekolah pada putrinya, sesekali melirik jam. Karena suaminya tak kunjung pulang juga. Fira pun sampai bertanya karena melihat dirinya yang tak fokus."Mama menunggu papa ya?"Bibirnya langsung tersenyum. "Iya, Sayang. Mama nungguin papa, katanya pulang untuk ganti baju."Tepat saat itu, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah membuat mata Fira berbinar. Kemudian berlari darinya yang hendak memakaikan dasi. Aruna sendiri tersenyum dan mengikuti putrinya keluar.Namun, baru juga Aruna selesai menuruni anak tangga. Fira kembali berlari ke arahnya dengan raut ceria."Kata Papa hari ini tidak sekolah.""Eh? Kan bukan hari libur, mama juga tidak mendapat info apa pun dari sekolah." Aruna jelas bingung.Kemudian, Erland berjalan mendekat dan menyahut, "papa minta bertemu."Aruna memandang suaminya semakin tidak mengerti. "Dan kamu menyetujuinya?"Erland berjalan semakin dekat dan berhadapan dengannya. Kemudian meraih tangannya, karena Erland sangat
Read more
Tidak Ingin Kamu Jatuh Sendirian
Aruna berkeliling di rumah ayah mertuanya. Tempat Erland dahulu dibesarkan. Kemudian dirinya bertemu dengan ibu tiri dari suaminya. Aruna ingin menghindar, namun tangannya dicekal."Kamu merasa bangga ya, bisa keluar masuk rumah ini."Aruna memandang lekat. "Bangga?""Kenapa harus berbangga diri, aku menantu di rumah ini," lanjutnya.Ibu tiri Erland menyeringai. "Kamu hanya menantu yang tidak diakui.""Aku juga tidak ingin diakui oleh Anda."Kemudian Aruna menarik paksa tangannya dari ibu mertuanya. Hendak wanita ini main tangan, namun mendadak terhenti setelah ada langkah terdengar di belakang tubuhnya. Aruna langsung berbalik dan menemukan Erland berjalan mendekat dengan mata melotot tajam. Fira berlari di belakang suaminya sembari tertawa senang. Namun saat melihat ibu tiri Erland, Fira mendadak bersembunyi di belakangnya."Ayo aku antar ke kamar untuk istirahat," ujar Erland langsung menggiring Aruna dan Fira.Wanita itu mengepalkan tangan dengan wajah menunjukkan raut emosi. Nam
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status