All Chapters of Kaisar Dewa Regera: Chapter 31 - Chapter 40
136 Chapters
31. Tujuan baru dan ingatan masa lalu!
Melihat kemunculan pemuda berjubah hitam muncul secara tiba-tiba, para pasukan bertopeng serigala segera menghentikan aksinya dan melompat menjauh. Hal itu juga membuat pelaku pemukulan panik, mengacungkan baloknya ke arah Akara.Pemuda itu segera jongkok dan muncul dua butir pil di atas telapak tangannya. "Sembuhkan lukamu."Bocah itu bangkit, terlihat darah keluar dari hidungnya dan luka memar yang membekas berbentuk persegi panjang di pipi. Bukannya menangis atau merasa sakit, ia malah tersenyum menyeringai dan menatap warga yang memukulnya."Terima kasih!" Ia langsung mengambilnya dan langsung melompat, merampas balok dan suara nyaring terdengar saat wajah pelaku dipukul olehnya. Darah langsung berceceran di jalan saat si pelaku berlutut kesakitan. Sedangkan Renggo, berlari pergi sambil melemparkan balok dengan bercak darah dan melempar kedua pil ke dalam mulutnya. Akara kini menoleh ke arah beberapa penjaga kota, mereka kebingungan dan ragu,
Read more
32. Orang lama wajah baru!
Sebuah perpustakaan besar, berbentuk kubah raksasa yang dipenuhi buku, dengan dinding dan lantai berupa kayu. Bukan susunan papan, namun kayu utuh karena lokasinya berada di dalam pohon raksasa. Seorang wanita berbadan seksi dengan rambut emas yang disanggul, melayang di udara, meraih salah satu buku di hamparan jutaan buku lainnya. Mengetahui kedatangan seseorang, ia menoleh perlahan-lahan ke bawah, lalu berteleport di depannya. "Dahh aku tinggal!" Alice segera berteleport pergi. Akara hanya diam saja menatap wajahnya, membuat Viona dengan santai berkata. "Kenapa? Tidak merindukan kekasihmu ini?" Akara langsung memeluknya dengan erat, lalu berbicara dengan suara bergetar. "Syukurlah!"Kebalikan dengan Alice, kini Viona yang mengusap punggungnya dengan lembut. Beberapa saat kemudian ia melepaskan pelukannya, menatap sayu wajah cantik yang tersenyum padanya. Tangannya bergerak ingin meraih wajah kekasihnya, namun malah ia urungkan, mem
Read more
33. Naga gila!
Satu tombaknya langsung diayunkan untuk menangkis sarung tinju, sedangkan tombak lainnya diayunkan untuk menyerang. Sarung tangan air terbelah, namun masih meluncur ke arahnya, sedangkan serangan tombaknya telah digenggam batangnya. Merasa tubuhnya tertarik dan sarung air masih meluncur, ia langsung melepaskan tombaknya dan melompat. "Curang!" teriaknya, membuat si peninju terkekeh dan meniru gerakannya memegang tombak. "Kadal, derajatmu jauh di bawahku, mau kekuatanku dibatasi tetap saja kau di bawahku!" Mereka serentak berlari, melompat di udara sambil mengayunkan tombaknya. Cting!... Percikan api bertebaran saat keduanya saling menghantam dan terpental, namun segera mendekat kembali. Percikan api memenuhi sekitarnya saat mereka mengayunkan tombak dengan cepat dan terus menerus. Tanpa sadar, air merembes di bawah kaki penombak, membuat pijakannya licin dan terjatuh ke belakang. Di saat yang bersamaan, lawannya melompat sambil mengayunkan tombak dari atas. Namun, kristal ungu yan
Read more
34. Perburuan Jiwa dimulai!
"Segoro!" Akara memerintahkannya, membuatnya menghela napas dan menjawab. "Tidak perlu kau perintah!" Ia langsung melayang di udara, dengan bulir-bulir air yang muncul di sekitarnya. Sangat banyak dan tiba-tiba semua buliran air melesat sangat cepat, memotong tentakel tanah yang mengikat para warga dan mencacahnya. Tidak hanya di lokasi itu, namun hingga lokasi yang lebih jauh."Apa yang terjadi?!" Para warga kebingungan, hingga akhirnya bayangan berakhir. Akara dan yang lainnya telah pergi. Portal muncul di planet baru, tepatnya di atas ketinggian. Mereka melihat pantai, yang lebih mirip oasis raksasa karena tenaman baru tumbuh di sekitar genangan air layaknya laut. Dunia yang belum ada pemukiman, namun ternyata ada banyak manusia di sana yang terlantar. Seperti pengungsi yang terdampar, mereka letih dan terlihat kelaparan. Saat itulah bayangan cincin raksasa seperti di planet sebelumnya datang. "Puja Dewa Eldon!" Mereka bersorak sorai sambil bersujud menyembahnya. Tentakel tanah
Read more
35. Klan Dewa
Melihat orang-orang yang muncul dari celah kehampaan, Akara langsung menatap tajam ke arah Viona. Ia lalu berbicara dengan geram dan tegas."Kalian tau semua ini akan terjadi, tapi malah membiarkannya?!" Ia lalu meraih tangan dengan jemari lentik yang memeluk lengannya, lalu melepaskan pelukannya dengan perlahan, membuat gadis itu sedikit kebingungan."Adek, teleportasikan kakak dan mereka ke sisi yang berbeda-beda." Ia menunjuk ke arah Segoro dan Komo."Ah, baik kak!" Alice langsung menjentikkan jarinya dan ketiga pemuda itu berteleport pergi, menyisakan aliran listrik yang melebur di udara. Gadis itu lalu mendekati Viona, memeluk lengannya dan menyandarkan kepalanya, dengan ujung bibir yang turun dan mengerutkan keningnya merasa takut."Kak, kak Akara marah …." "Tidak apa-apa!" Gadis berambut emas yang disanggul itutersenyum, sambil mengusap pelan rambut Alice. "Kakakmu masih terguncang setelah kejadian yang merenggut Lina dan ayah Al, sampai lupa kalau teleportasinya sudah tidak
Read more
36. Dewi Pemilik Dimensi
Ruangan yang gelap, namun dipenuhi oleh gemerlap aura jiwa di berbagai tempat. Mereka ranah jiwa tingkat menengah hingga puncak, 2 barisan bintang dan 3 barisan bintang. Begitu Akara muncul di sana, mereka langsung melesat ke arahnya."Tubuh segar!" Mereka berteriak dan berebut, berakhir masuk ke dalam tubuhnya secara bersamaan dan terus menerus karena saking banyaknya. Seakan tidak terganggu, Akara berdiri dengan tenang, disusul aura ranah Amerta yang menyala di belakang pundaknya. Jwesh!... Api hitam berkobar menyelimuti tubuhnya, disusul teriakan para jiwa yang terbakar, sedangkan jiwa lainnya langsung menjauh. Hanya beberapa detik saja teriakan bertahan, ia lalu menyapu pandangan, melihat para jiwa yang ketakutan. "Apa master Aura jiwa memang selemah ini?" gumam Akara, lalu duduk bersila."Makhluk rendahan! Semestamu akan hancur jika berbuat masalah dengan kami!" "Makhluk rendahan?" Akara terkekeh. "Kalian lebih rendah dari manusia! Kalian hanya gumpalan jiwa yang tidak bisa ap
Read more
37. Portal di dunia Magna
Masih di atas pulau melayang. Lautan awan yang biasanya hanya bergelombang dengan tenang, kini sudah tak beraturan. Layaknya tornado, awan putih yang tebal tergulung mengelilingi pulau melayang. Pemandangan dari pulau cukup mengerikan, seakan berada di dasar sumur raksasa. Ada aliran energi yang berkumpul dari segala penjuru, diiringi kilatan petir yang mengamuk. Tepat di pusat altar, energi membentuk formasi berbentuk segitiga. Di pusat formasi, ada Eldon yang duduk bersila. Seluruh energi berkumpul pada aura Naga 5 pola yang menyala di atasnya. Sedangkan di ujung formasi, ada Akara, Lisa dan Viona. Aura Alkemis mereka menyala, tingkat 8 milik Akara dan tingkat 10 di kedua gadisnya. Serin, Segoro dan Komo juga masih di sekitarnya, terlindungi kubah energi. Tiga orang pengendali formasi masih tenang, namun tidak dengan Eldon. Kalung emas milik pria bertelanjang dada itu mulai melayang, disusul tubuhnya yang juga terangkat oleh sambaran petir."Fokuslah, semuanya tergantung padamu."
Read more
38. Kemarahan Renggo
Dari portal itu, muncullah beberapa orang berbadan tinggi, rata-rata tinggi mereka melebihi 2 meter. Tidak memiliki bulu mata maupun alis, bahkan pertumbuhan rambutnya tidak selalu merata, namun tetap terlihat garang. Memiliki kulit putih yang cenderung keabu-abuan, dengan dengan beberapa tompel seperti tato karena bentuknya presisi. Para warga Magna langsung menyingkir, memberikan jalan kepada mereka sambil menundukkan kepalanya. …"Siapa mereka?" tanya Akara, mereka sudah berada di salah satu lorong yang lokasinya jauh dari sebelumnya. "Klan Vasto!" jawab Jade dengan geram. "Salah satu dari 5 klan Dewa. Mereka memiliki fisik yang luar biasa kuat, tapi kurang peka terhadap energi, jadi masih bisa kita awasi dengan mata naga!""Setelah wadah portal yang aku ambil, seharusnya tinggal satu portal!" Akara membuka mata naganya saat melihat portal, membuat Jade melebarkan matanya saat melihatnya dan bertanya."Portal?""Ya, mereka melakukan perburuan, tubuh mereka seperti manusia biasa,
Read more
39. Janji dengan Renggo
Tombak ditangkap oleh Renggo. Bocah itu melayang di udara, dengan luapan energi kegelapan dari tubuhnya, disusul kilatan listrik merah yang membentuk aura naga. Walaupun hanya satu pola, namun tekanan intimidasinya membuat para pemburu tersungkur di tanah. Mereka menyalakan aura ranahnya, ranah Sinom 3 bola energi, bahkan pemimpin pemburu yang berada di ranah Kinanti 4 bola energi sampai merangkak. Hampir semua pemburu berteriak ketakutan, mereka memanggilnya dengan sebutan 'monster'. Renggo menghilang, disusul hancurnya rantai besi yang melilit para binatang sihir. Beberapa saat kemudian teriakan kesakitan terdengar dari mulut para pemburu. Teriakan yang singkat karena mereka langsung terkapar tak bernyawa, hingga akhirnya dentuman terjadi di tempat pemimpin pemburu. Debu mulai tersapu angin, memperlihatkan Renggo yang membungkuk. Ia mencengkram leher belakang pemimpin pemburu dengan cakar naganya. Pemburu menoleh dengan berat, terlihat darah yang mengalir dari bibirnya saat ia ber
Read more
40. Beneran Sania?!
Akara yang bertelanjang dada mendekati Jade dan berteriak. "Pak tua, pinjam dulu se… alat tempamu!"Pria bertubuh kekar itu menoleh dengan malas sebelum berkata. "Tuan Regera, tungku pembakaranku sulit dikendalikan, juga palu tempaku terlalu berat untuk badan kurus sepertimu.""Sudahlah pak tua, apa kau merasa minder jika aku lebih lihai saat menempa?" Akara terkekeh melecehkan, membuat Jade panas dan mengibaskan satu tangannya. Seperangkat alat tempa muncul. Berupa alas, palu besar yang bagian tengahnya ada batu giok hijau dengan magma di dalamnya, dan sebuah tungku pembakaran dengan lebar tiga meter. Tungku yang berbentuk seperti telur yang dipeluk oleh sayap naga, sedangkan kepalanya melingkar dari samping, mengarah ke dalam dari mulut tungku. Di dalam tungku masih terlihat nyala merah layaknya kawah magma."Terima kasih pak tua!" Akara berjalan menjauh, seperangkat alat tempa itu ikut melayang dan mengikutinya. Setelah meletakkan seperangkat alat tempa, Akara mengibaskan tangannya
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status