All Chapters of Kaisar Dewa Regera: Chapter 51 - Chapter 60
136 Chapters
50. Sang Empu bukan Akara?
Keributan terjadi di dalam aula yang luas, dengan langit-langit yang sangat tinggi. Pria berjaket hitam dikelilingi oleh belasan penjaga yang mengacungkan tombaknya. Terlihat tidak gentar sedikitpun, pedang besar yang ia panggul tiba-tiba dijatuhkan hingga sarung pedangnya menancap di lantai. Hal itu juga mengejutkan para penjaga. "Apa yang akan kau lakukan?!"Sambil memegangi pedang dengan tangan kiri, tangan kanannya menjulur ke depan. Energi berkumpul di tangannya, disusul suara dentuman dari kejauhan yang membuat beberapa penjaga menoleh dengan panik. Jleng!... Tembok di depan sana berlubang dan meluncurlah sebuah tombak, hingga dalam sekejap berada dalam genggamannya. Para penjaga mulai gemetaran saat mengacungkan tombaknya. Beberapa dari mereka mengetahui tombak yang meluncur itu. "Bukankah itu tombak yang ketua dapatkan sebelumnya?!" "Apa yang terjadi dengan tombakku?!" Arrak, pria dengan sayap tulang muncul, para penjaga langs
Read more
51. Ditantang Bertarung!
Para penjaga yang mendengarnya langsung bergegas menghentikan pria buncit. "Hentikan! Mereka tamu ketua!"Akara dan sang empu melenggang begitu saja, meninggalkan pria buncit penuh kekesalan. ..Mereka menunggu di ruang perjamuan dan tidak lama kemudian muncullah ketua geng Ketu Merah, bersama seorang gadis cantik dengan sepasang tanduk yang berjejer di atas jidatnya. Gadis bertubuh ramping, tapi memiliki dada yang seakan ingin tumpah dari penyangganya. Pakaiannya yang ketat berbahan tebal berwarna hitam, diselimuti ukiran emas yang cukup mendominasi. Emas berbentuk seperti jalur kobaran api yang tajam, tapi tetap terlihat anggun. "Maaf membuat Empu menunggu! Saya sedang meluangkan waktu bersama anak gadis saya, Cika." Arrak segera menelangkupkan telapak tangan dan membungkuk, membuat sang empu dan Akara bangkit dan menyambutnya. "Empu ini juga bersama murid kesayangan, Regera namanya." Empu menepuk pundaknya, membuat Arrak menatap pemuda i
Read more
52. Pertarungan tak seimbang
Banyak orang yang berlarian dalam kerumunan. "Tuan musa Rex akan bertarung!" seru salah seorang yang membuat orang lain penasaran dan ikut berlari. Sebuah tempat seperti stadion sepakbola yang luas, membolong kedalaman tebing, dengan langit-langit terbuka. Ribuan orang telah berada di tribun, dengan arena tengahnya yang sudah ada 2 petarung. Akara dan Rex. Siapa pemuda itu? Bukankah dia budak yang sebelumnya bersama nona Cika? Kubah pelindung mulai terbentuk, menyelimuti arena perlahan-lahan, menghalau dari tribun."Kubah pelindung itu menghalau belenggu kota, tapi tenang saja, aku tidak akan mengunakan auraku!" Rex mengayunkan tombaknya secara luwes, sedangkan Akara hanya mengamati kubah yang sebentar lagi tertutup sepenuhnya. Gleng!... Kubah tertutup, seperti pertanda pertandingan mulai, Rex langsung melesat dengan cepat. Akara yang masih santai segera mengayunkan kedua tangannya ke samping. Sepasang pedang muncul, bukan pedang kayu yang bias
Read more
53. Higanbana Kembali!
Rex terlempar, satu tangan memegangi hidungnya dengan darah yang merembes di sela-sela jarinya. Sedangkan tangan lain menggebrak ke belakang, memukul udara hingga menghentikan lajunya. Ia segera meraih kembali tombak yang melayang di sampingnya, lalu menatap tajam pemuda yang sudah melukai hidungnya. "Regera!!" Ia membiarkan hidungnya yang robek di bagian atas karena tulang lunaknya telah patah. Sepasang tanduk kecilnya langsung membesar, bagaikan sepasang pedang melengkung yang keluar dari jidatnya. Pola berwarna merah muncul, memenuhi kulit putihnya. Pola berbentuk seperti ukiran emas yang menyelimuti pakaian Cika. Rambutnya ikut memanjang seperti singa saat kulit putihnya berubah menjadi hitam. Aura Jiwanya berubah, dua baris bintang memudar dan latar belakangnya menjadi berwarna putih, ranah Penguasa Jiwa tingkat awal. Tuan muda Rex dipaksa sampai menggunakan tulang merah, habis sudah budak itu! Akara yang masih tenang tiba-tiba mengangkat kedua tan
Read more
54. Rencana dimulai!
Di bawah bukit batu, terbentuk ruangan yang cukup luas dengan seluruh sisinya diselimuti oleh energi pelindung. Belasan senjata melayang di sekitar tungku penempa yang sudah padam, termasuk sepasang cakar berwarna hitam. Bilahnya berkilau perak terlihat sangat tajam, dengan di bagian warna hitam ada ukiran berwarna emas yang elegan. Ada juga yang mirip cakar, seperti corong corong yang runcing. Energi yang menyelimuti senjata dominan berwarna putih dan sebagian lainnya berwarna merah, tingkat Suci dan Kaisar. Sedangkan sang penempa telah terkapar, terlentang di depan tungku. Ia telah bertelanjang dada, memperlihatkan otot dada dan perutnya yang mengkilap diselimuti keringat. Ia terengah engah sambil mengusap keringat di jidatnya hingga membuat rambutnya tersingkap ke belakang. Hembusan napas panjang dari mulut ia lakukan sebelum berdiri dan mengibaskan tangannya, seluruh senjata menghilang, masuk ke dalam penyimpanan dimensi. "Regera, sepertinya kamu harus memili
Read more
55. Senjata kontrak darah
Pemuda berjubah hitam kembali ke gua buatan di bawah gunung batu, bersama gadis cantik yang tubuhnya diselimuti energi hitam ketat, dengan tanduk seperti hiasan rambut di samping kepalanya. Mata indahnya langsung menyapu sekitar, melihat tumpukan batu berbagai jenis dan ukuran. "Tuan muda, bebatuan ini yang dibawa oleh Gobar?" "Ya, kalau kau ingin menaikkan kekuatan, berlatihlah di sini. Ada pelindung ruang yang mengurung energi dari bebatuan dan menghalau fluktuasi energi." Akara lalu menjuluran tangannya dan muncul kotak dari kayu yang cukup besar. "Ambillah, ada beberapa pil Astral Jiwa yang dapat mempercepat penyerapan energi. Jika ada pil yang cocok untuk pelatihanmu, carilah resep dan bahannya ke sini, aku akan memurnikannya untukmu," lanjutnya.Obelia yang meraih kotak pil jadi menatapnya dan dengan ragu bertanya. "Memurnikannya?" "Ya, berlatihlah, aku masih harus menempa semua ini." Akara membuka jubahnya sambil berjalan ke ar
Read more
56. Pembantaian Dimulai!
Altar yang ada di atas sungai telah dipenuhi oleh ribuan orang dari berbagai klan, termasuk Akara, anak dari Gobar dan kedua anak Arrak. Pemuda klan Sheva berpundak besar langsung mengepal erat saat melihat keberadaanya. Ia lalu menoleh ke arah bawahannya dan berkata."Dia adalah murid dari orang yang membuat ayah tertangkap!" Seorang klan Giluca terbang di udara, membuat perhatian semua orang tertuju padanya. "Portal perburuan akan segera kami buka, kalian akan otomatis kembali satu minggu lagi. Maksimal ranah jiwa tingkat puncak yang bisa mengikutinya. Kalian bebas melakukan apapun, usahakan jangan menyerang satu sama lain, apapun yang terjadi bukan tanggung jawab kami." Ia mengeluarkan sebuah artefak dan menekan sebuah tombol. Ukiran pola pada altar seketika menyala, menteleportasikan ribuan peserta ke dunia yang berbeda. …Akara berteleport di sebuah hutan yang cukup lebat. Serin langsung dengan tegas berkata."Regera, tutup pr
Read more
57. Garis Keturunan Dewa?
Di sebuah ruangan tempat pria tinggi kurus dari klan Vasto sebelumnya. Seseorang dari klan Giluca bertamu, pria dengan tubuh birunya yang kekar dan wajah penuh wibawa. Saat duduk, ia melihat pemuda bertubuh tinggi dan langsung berkata. "Tuan muda Admon kenapa tidak mengikuti perburuan?" "Atas perintah ayah," jawabnya dengan tenang membuat pria itu menoleh ke arah lain. Pria tinggi kurus langsung berkata. "Untuk menghindari kejadian seperti sebelumnya, terpaksa aku harus menahan anakku!" "Seharusnya tuan Adlar tidak perlu khawatir, kami telah bersiap siaga. Jika ada seperempat peserta yang gugur, portal akan otomatis terbuka kembali," jelas klan Giluca, saat itulah malah ia terbelalak dan berkata. "Portal kembali terbuka!" Jwesh!... Mereka langsung menghilang pergi. …Beberapa waktu sebelumnya di dimensi perburuan, tepatnya di istana yang dikuasai geng Ketu Merah.Rex yang melihat kematian adiknya di tangannya s
Read more
58. Supernova kembali meledak!
Teriakan kesakitan terhenti saat suara tulang hancur terdengar begitu renyah. Sontak membuat mereka semua terbelalak ketakutan. Mereka sangat beranj memperlihatkan seorang Zur?! Lalu bagaimana dengan kita?! "Tidak perlu khawatir, kalian akan segera menyusulnya dan menjadi sumber energiku!" ucap Akara, disusul terhentinya aliran energi pada bintang neutron di tangannya. "Hampir saja ketinggalan." Akara menjulurkan tangan lainnya, seluruh cincin, senjata dan benda berharga lainnya meluncur ke arahnya. Mereka yang berusaha menahannya malah berujung terluka."Kebetulan aku sudah lama tidak mengasah teknik ini, kalian seharusnya bangga menjadi kelinci percobaanku! Ah, mungkin tikus lebih cocok daripada kelinci." Ia meraih bintang neutron di tangannya, lalu meluncurkannya dengan jentikan jari, membuatnya berputar begitu cepat. Energi menyiprat seperti air pada bola basah yang diputar. Kepanikan seketika terjadi, mereka kabur kalang kabut, tapi tidak
Read more
59. Pengguna Aura Alkemis lain?!
Di gua buatan di bawah gunung batu, cahaya ungu telah menerangi seluruh sisi. Seorang pemuda berjubah hitam melayang di udara dalam posisi duduk bersila, aura Alkemis tingkat 8 di bawahnya berputar sangat cepat, dengan kilatan listrik ungu bagaikan petir yang menyambar ke segala arah. Ada robekan kehampaan di tiga sisi, mengalirkan energi hitam sangat deras ke dalam tubuhnya. Ia terlihat meringis kesakitan, dengan tak jarang ada jiwa yang meronta keluar dari tubuhnya. "Regera, saat ini hanya bisa kamu sendiri, kamu harus benar-benar memurnikan mereka. Jika dibiarkan, mereka bisa merusak jiwa dan akal sehatmu!" Serin mengawasi dari dalam dimensi, ia lalu melihat gua yang sepenuhnya telah kosong. "Gadis itu benar-benar memanfaatkannya dengan baik." Ia malah tersenyum, tapi senyumannya membuat orang yang melihatnya bergidik ngeri. …Di dunia perburuan sebelumnya, seseorang muncul di langit. Seorang pria berjubah putih yang menenteng sebuah golok besar,
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status