All Chapters of Pendekar Bertongkat Menuju Puncak: Chapter 41 - Chapter 50
123 Chapters
Bab 41. Beradu dan Bertaruh
Di garis waktu sebelumnya, masa depan Wu Shi hanya ada kehancuran semata. Saat itu, jangankan mengenggam senjata demi suatu kebaikan, terakhir kali ia justru menyerang banyak orang secara membabi buta dengan sebuah pedang panjang. Wu Shi tidak bisa mengendalikan emosi karena hal itu, dan berujung pada keburukan terhadap diri sendiri ataupun pada orang lain. Namun sekarang, meski kurangnya pengalaman dalam melawan atau bertahan, dengan tongkatnya Wu Shi merasa naluri bertarungnya bangkit kembali. Rasa yang aneh di dada, jantung berdegup cukup kencang tak terduga. Perasaan senang, semangat, memicu adrenalinnya untuk terus bertarung demi kesenangan semata. Seolah-olah Wu Shi kembali ke masa kehancurannya saat itu. Bandit liar yang tangguh, dirinya yang merelakan satu tangan hanya untuk menghajar Wu Shi lagi dan lagi, ia pun cukup bersikukuh. Ia pantang menyerah dan selalu membuat perasaan Wu Shi semakin menjadi."Hahahaha!!" Sekali lagi bandit itu tertawa."Heh, menarik. Lagi! Lagi!"
Read more
Bab 42. Keanehan Pada Tubuhnya
Wu Shi mengacungkan tongkat ke arah bandit yang telah terbaring tak sadarkan diri di tempat itu. Tongkat yang telah berubah ujungnya, terlihat sekilas itu adalah tombak. Namun, sebuah buku terlempar ke arahnya dan terbuka ke lembar empat. Tertulis, "Tangkap dia hidup-hidup." Wu Shi berdecih lantas mengembalikan ujung tongkat seperti semula, kemudian mengikat tubuh bandit ke pohon. "Sejak kapan buku ini terjatuh dari tubuhku ya?" Wu Shi bertanya pada dirinya sendiri, lantaran ia tidak mengingat buku ini pernah terjatuh. Hao Ling datang menunjukkan diri dan berkata, "Kau menjatuhkan saat bertarung. Ada di dekat gubuk. Tapi kau sendiri tahu gubuk itu sudah jauh dari tempatmu sekarang.""Aku tahu aku berpindah tempat. Tapi sebenarnya kenapa kau melakukan ini?""Melakukan apa?" tanya Hao Ling berpura-pura tidak tahu. "Maksudku, kau menyuruhku melakukan apa yang tertulis di setiap lembar pada buku itu. Tapi kau sendiri pernah bilang sebelumnya kalau aku sudah lolos dari ujian tahap ket
Read more
Bab 43. Sosok Raja Pengembara yang Hebat
Beberapa bulan, sebelum Wu Shi kembali ke kampung halaman. "Angkat pedangmu lebih baik, fokus pada apa yang di depanmu tapi jangan sampai kau memberi celah di setiap sisimu. Ingat itu."Peringatan kecil berupa saran atau nasihat dari seorang pria buta. Dikenal sebagai Raja Pengembara yang bernama Asyura Ayah. Orang itu sendiri yang bilang pada Wu Shi. Semasa pelatihan itu, Raja Pengembara terus meningkatkan cara bertarung Wu Shi saat menggunakan pedang bukan tongkat. Saat itu Wu Shi sudah memiliki pemikiran untuk tidak menggunakan pedang kecuali jika ia terdesak nantinya. Di satu sisi ia juga tidak berniat akan mengatakan senjata apa yang akan dipakai olehnya nanti pada orang itu. "Wu Shi, aku harap kau menjadi ahli pendekar yang hebat. Siapa tahu kau akan langsung bekerja di bawah perintah kaisar," tukas Raja Pengembara sembari terkekeh seolah mengejek."Kenapa kau tertawa, guru? Apa yang lucu?""Ah, tidak. Melihat tatapanmu aku jadi teringat dengan Kaisar Wang. Kalian berdua seki
Read more
Bab 44. Kesombongan Bandit
Raja Pengembara ternyata memiliki masa lalu yang cukup menarik. Walau dikatakan itu semua rumor, tetapi tidak aneh bila itu benar. Terlebih beliau adalah penyelamat negeri ini bersama dengan para pendekar yang berada di ketujuh sekte itu. Membuat Wu Shi memiliki perasaan senang dan bangga tersendiri kepadanya. Malam telah semakin larut, rupanya mereka bercerita tanpa mengenal waktu. Hingga akhirnya keduanya tertidur cukup pulas. Sementara si bandit yang sudah sadarkan diri justru berpura-pura seakan ia masih belum sadarkan diri. Ia menunggu mereka berdua tertidur. Dan ketika itu terjadi, ia mulai menjalankan sebuah rencana."Hehe, dasar. Dikira aku akan menurut setelah dikalahkan begini untuk yang kali kedua ya? Jangan remehkan aku dasar pendekar. Pada akhirnya baik kau atau wanita itu, atau bahkan lelaki yang sempat mengalahkan aku itu sama saja." Ia menyombongkan dirinya, bandit merasa percaya diri bahwa ia bisa meloloskan diri ketika keduanya tengah tertidur lelap. Ya, sebagai ba
Read more
Bab 45. Diskriminasi
Di pagi yang cerah ini, tidak ada tanda-tanda hujan akan datang. Sepertinya ini hari keberuntungan mereka yang mendapatkan ikan di sungai. Namun secerah apa pun cuacanya, perasaan bandit itu justru kacau sesaat setelah Wu Shi sengaja menyinggung masa lalu serta alasan yang ia miliki menjadi seperti ini. "Berkatmu aku jadi mengingat hal buruk," ucap si bandit seraya menggigit separuh bagian dari daging ikan itu."Oh ya? Maaf," sahut Wu Shi cengar-cengir. Suasananya jadi berubah drastis. Cuaca cerah pun takkan mendukung mereka berdua yang sedang makan bersama. Kala itu, air sungai cukup tenang. Adapun perbukitan di belakang sungai memiliki rerumputan hijau yang segar, melihat pemandangan di depan mata merasa Wu Shi sangat bersyukur karena masih hidup saat ini. "Di waktu itu, sepanjang hari aku hanya berlatih. Tapi bukannya semakin kuat, fisikku jadi melemah lebih cepat," gumam Wu Shi yang teringat akan kejadian yang seharusnya terjadi, namun di masa ini hampir semuanya berubah. Pert
Read more
Bab 46. Berakhir Menjadi Rekan
Menghadapi masa lalu yang pahit dan kelam, setiap manusia pun memiliki batasan terhadap dirinya sendiri ketika menghadapi masalah itu. Sama halnya yang terjadi pada bandit ataupun Wu Shi sendiri. Saat itu, saat menghajar Wu Shi secara sepihak, yang dipedulikan oleh si bandit hanyalah balas dendam. Ia melihat Wu Shi sebagai pendekar yang pernah menghina dan membunuh keluarganya sewaktu ia masih sangat kecil."Apakah kau sudah puas?" "Puas? Katamu?" "Ya."Bandit itu sejenak diam, ujung pedang yang nyaris menggorok tenggorokan Wu Shi terhenti. Tangannya kemudian gemetaran, lantas ia menjatuhkan pedang dan kemudian berdiri. "Kenapa kau membiarkan dirimu jadi terluka separah ini? Apa kau sudah tidak waras? Ataukah kau ingin mati?""Tidak juga. Aku hanya terbiasa mendapatkan luka seperti ini. Memang rasanya sangat sakit tapi tak apa." "Itu tidak masuk akal. Termasuk caramu bertahan hidup dari seranganku tanpa pertahanan sama sekali."Bandit itu kemudian menghela napas panjang, entah me
Read more
Bab 47. Sebuah Kebetulan Bertemu Musuh yang Dihindari
Setelah Hao Yun, Zhu Jiancheng, sekarang Tian Xu. Ia berhasil membuat orang kuat berpihak kepadanya. Wu Shi sungguh beruntung dan ini adalah hal yang telah ia perhitungkan selama ini demi menghadapi kehancurannya di masa depan."Aku tidak akan membiarkan masa depan yang buruk itu terjadi," ucap Wu Shi seraya mengepalkan tangannya dengan kuat. Tatapan mata yang kuat, membuat Tian Xu berdecak kagum padanya."Hal buruk apa yang akan terjadi sampai kau sangat serius begitu?" tanya Tian Xu. "Kau tahu sesuatu di kultus putih?" balasnya bertanya."Tidak. Aku hanya tahu para calon pewaris akan datang melawanku. Wanita kurang ajar itu yang menggunakan diriku, yah meskipun pengurungan hukumanku bisa berkurang jika aku berhasil mengalahkan mereka.""Jadi sejak awal kau tidak berniat membunuh mereka?""Tidak juga. Aku disuruh mengalahkan, itu berarti hidup atau mati bukan masalah 'kan? Di era sekarang ini mana mungkin ada pemimpin lemah, itulah alasannya diadakan ujian.""Kau benar juga.""Tetap
Read more
Bab 48. Kekhawatiran Lin Xue Sang Ibu
Di Wilayah Kultus Putih. Kediaman keluargaWu. Ayah dan Ibu Wu Shi saat ini sedang berada di dalam rumah, sang Ibu tampak tidak sedang baik-baik saja. Terlebih setelah apa yang dilakukan oleh anaknya sampai membuat anaknya sendiri itu keluar dari wilayah kultus untuk menjalani sebuah hukuman berat. "Ya ampun Wu Shi. Mengapa kamu harus melakukan pelanggaran? Padahal kamu adalah orang yang akan menghindari hal-hal seperti itu. Tapi mengapa?"Sang Ibu, Xue duduk termagu, ia menangis sepanjang waktu karena selalu memikirkan anaknya itu. Ibu Wu Shi memang sangat mudah khawatir, apa pun yang terjadi ia selalu harus mendapatkan kabar dari anaknya itu. Tapi karena sekarang adalah hal mustahil, Ibu Wu Shi hanya bisa menangis. "Ini seperti sebelumnya. Anak kita menghilang, dan tiba-tiba saja muncul dan berkata dia akan menyelesaikan urusannya. Sebenarnya apa yang sedang dia rencanakan?" "Sayangku, kamu tidak perlu mencemaskan itu semua. Lagi pula anak kita itu kuat, jadi aku cukup yakin bah
Read more
Bab 49. Rahasia Wu Chen I
Li kembali ke Kultus Putih, ia menghadap Pemimpin dengan tunduk dan hormat lalu melaporkan kejadian yang ada di kediaman Wu sebelumnya. Agar tidak dicurigai, ia pun mengungkapkan adanya teknik terlarang yang digunakan oleh orang-orang itu. "Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi sepertinya karena kekuatan itu, mereka mati." Meski Li sendiri sebenarnya sudah tahu, bahwa pemimpin kultus yang sedang ia hadapi saat ini tidak akan mendengarkan apa pun yang Li bicarakan. Sebaliknya semua laporannya akan didengadkan seksama oleh pria bertopeng yang sejak awal sudah berada di sisi pemimpin. "Tuan Pemimpin bilang, kau boleh pergi." "Baik." ***Pada siang hari, sedikitnya pengaruh mulai terlepas. Pemimpin Kultus Putih terduduk di lantai dengan terbatuk-batuk keras. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit dan terus-menerus bergetar tanpa henti. Penyebabnya sendiri pun ia tidak tahu sehingga hanya terduduk pasrah sambil berpangku tangan di kursi."Ini yang sudah ke berapa kalinya aku meng
Read more
Bab 50. Rahasia Wu Chen II
Dengan mencabut gelarnya sebagai pendekar, Wu Chen dapat bergerak leluasa namun itu tidak sepenuhnya karena meski di depan mata sudah tidak akan ikut campur pada masalah kultus, ia tetap diwaspadai sebagai orang yang kuat oleh musuh."Aku hanya bisa berharap yang terbaik untukmu dan anak kita," harap Lin dengan tulus sambil mengatupkan kedua tangannya."Jangan terlalu dikhawatirkan, istriku. Anak kita ataupun aku sendiri takkan semudah itu dikalahkan. Walau mungkin memang anak itu masih belum matang kemampuannya, tapi aku percaya dia akan baik-baik saja di luar sana.""Ngomong-ngomong soal anak itu, bagaimana dengan pernikahannya?" Mengingat di garis waktu yang sebenarnya, Wu Shi telah menikahi seorang gadis cantik dari keluarga biasa-biasa saja, keluarga wanita itu berada di wilayah lain yang jaraknya cukup jauh dari wilayah kultus maupun distrik utama itu sendiri. Dan pada di garis waktu kali ini, Wu Shi masih direncanakan akan menikah dengannya, setelah satu tahun ini. Namun yang
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status