All Chapters of Misteri Gadis Lintas Waktu: Chapter 31 - Chapter 40
59 Chapters
Makam di Balik Pagar
Kuhentikan langkah dan mengedarkan pandangan ke sekitar. Di langit matahari mulai bergeser ke arah barat. Azan waktu Ashar pun telah berkumandang.Hembusan angin sore semakin membuat aroma bunga kantil itu kian menggelitik indera pembau. Pak Jo yang sedari tadi berdiri di sampingku masih tampak ragu untuk masuk.Pak Jo memandang ke arahku, seakan ia sedang menunggu persetujuan dariku untuk tetap masuk atau tidak. "Gimana, Den? Mau tetap tidur di kamar ini atau minta kamar lain?""Sebentar, Pak Jo." Kuangkat tangan kananku untuk melarangnya membuka pintu."Kenapa, Den? Den Darren merasakan ada sesuatu?""Iya, Pak Jo mencium bau bunga kantil, nggak?"Tampak Pak Jo mencoba mengendus udara, namun sesaat kemudian ia mengedikkan bahu. "Nggak ada bau sama sekali, Den. Lagi pula, di sini Pak Jo nggak melihat ada pohon kembang kantil." Mata Pak Jo mengedar ke seluruh taman yang terdapat tepat di seberang kamar ini."Sebelah gazebo itu malah yang ada bunga kamboja, Den. Apa mungkin bau bunga i
Read more
Surat Romantis Marsya
Kuletakkan tas di atas meja samping kotak kayu tempat penyimpanan semua barang milik Arda. Langkahku kemudian menuju ke jendela kayu dan membuka kedua daun jendela lebar-lebar.Baru kusadari, ternyata rumah Eyang Uti ini dikelilingi tembok tinggi semua. Pantas saja mendapat julukan orang paling kaya di desanya, ternyata memang benar. Untuk ukuran rumah di desa, bangunan ini jauh lebih besar meski terlihat kesan kuno yang jelas melekat.Merasa percuma karena tak dapat melihat pemandangan di luar rumah, jendela kembali kututup. Kini pandanganku ke arah kotak kayu.Perlahan langkah kaki ini mendekat dan mulai meraih kotak kayu yang masih tergelatak di atas meja, membawanya duduk di tepi ranjang."Itu apa, Den?" tanya Pak Jo yang ternyata sejak tadi memperhatikan tingkahku."Pak Jo, tutup lagi pintunya!" pintaku."Iya, Den." Dengan tergesa-gesa Pak Jo menutup daun pintu yang sedari tadi masih terbuka."Sini, Pak Jo. Pak Jo lihat foto ini baik-baik, bener mirip aku dan Meisya nggak?" Kuulu
Read more
Cerita Marsya
Perlahan kututup kembali surat itu. Kurasakan keromantisan yang teramat sangat. Kurasa mereka saling mencintai dan bukan cinta biasa. Terlihat dari cara Marsya memanggil Arda dengan panggilan Dewa Amor.Dewa Amor dan Dewi Aphrodite merupakan simbol dewa dan dewi cinta. Begitu indah kisah romantisme asmara mereka.Baik, sekarang sudah kutemukan titik terang hubungan mereka. Aku yakin dalam waktu cepat semua misteri akan terungkap.Besok pagi sudah kurencanakan untuk ke tebing Batu Seribu, memastikan tentang ukiran nama dalam batu itu dan mencari rumah pohon itu."Den Darren, itu masih ada surat lagi. Nggak dibaca semua?""Nanti aja, Pak Jo. Aku capek banget dan pengen istirahat," jawabku seraya menutup dan mengembalikan kotak kayu itu."Tapi jangan tidur, ya, Den. Karena ini sudah hampir magrib," saran Pak Jo yang melihatku hendak merebahkan tubuh ke kasur."Iya. Aku hanya ingin rebahan sebentar karena badanku beneran capek banget, Pak Jo.""Ya sudah, kalau begitu Pak Jo keluar dulu, y
Read more
Permintaan Biyung
Aku semakin tak mengerti harus dengan cara apa menjelaskannya. Apalagi gadis yang ada di hadapanku ini mulai memperlihatkan kemarahannya.Dengan ekspresi penuh kekecewaan gadis itu berpaling, kemudian melangkah menjauh dari tempatku berdiri. Dengan susah payah aku mencoba mengejarnya agar tetap bisa berusaha melanjutkan perbincangan yang telah berlangsung cukup lama.Arwah Marsya tak menghiraukan panggilanku, ia terus berjalan dan menghilang di balik pagar besi. Sejenak aku terpaku, menyadari tempat yang sekarang kupijak. Bola mata segera mengedar untuk mengenali tempat tersebut.Ya, Marsya menghilang di makam balik pagar besi ini. Kuberanikan untuk melangkah mendekati tempat tersebut, namun entah kenapa kakiku terasa begitu berat seakan ada yang menggelayut di betisku."Den, Den Darren. Bangun!" Ternyata Pak Jo yang membangunkan aku dengan menggoyang kakiku, membuatku menggeragap.Aku membuka mata dan menggeliatkan badan yang kurasakan sedikit kaku. Entah sudah berapa lama aku tertid
Read more
Pohon Angker
Meisya terdiam, ia tak menanggapi apa yang kusampaikan. Tatapannya kembali ke langit yang berhias bintang gemintang."Ngomongin Marsya, dia adalah arwah yang mengikuti kamu selama ini. Kamu jadi bisa mendengarkan suara hatiku juga karena dia. Selama ini dia sering duduk di ayunan itu," tuturku seraya menunjuk ke arah yang kumaksud.Srrrttt ....Tetiba ada angin yang berdesir saat tangan ini menunjuk ke arah ayunan yang tergantung di pohon besar dekat sudut pagar. Aku yakin, saat ini pasti ada Marsya yang sedang mengawasi kami. Ia pun tak suka jika aku dekat dengan Meisya. Selama ini ia hanya memanfaatkan gadis belia yang memang wajahnya mirip dengannya."Mas Darren tahu dari mana?""Tadi pas hampir maghrib aku ketiduran, nah saat itulah seperti biasa Marsya datang ke dalam alam bawah sadarku."Meisya menoleh ke arahku dan memicingkan mata, aku tahu ia pasti tak akan percaya dengan apa yang kujelaskan. Entah harus dengan cara apa aku menunjukkan ke dia bahwa Marsya itu selalu hadir dal
Read more
Bukan Petualangan Biasa
Eyang Uti kembali protes, Meisya yang sedari tadi disebut sebagai cewek nakal makin cemberut. Sepertinya aku memang harus meyakinkan dia bahwa itu bukan salah Eyang Uti yang berpikir dia adalah Marsya."Biyung, hari ini aku dan Meisya, eh ... maksudku Marsya mau pergi jalan-jalan.""Ke mana?""Mau cari udara segar, Biyung. Arda udah lama nggak jalan-jalan di kampung ini. Boleh, ya?"Eyang Uti tampak berpikir, sepertinya ada yang ia pertimbangkan. "Tapi sebelum Ashar kalian sudah pulang."Yes! Akhirnya kudapatkan ijin langsung dari Eyang Uti, jadi tak perlu menjawab pertanyaan yang pastinya akan dilontarkan oleh Pak Joyo."Iya, Biyung. Arda janji sebelum Ashar kami sudah pulang." Aku mengurai senyum."Sya, ingat apa yang menjadi larangan Bapak." Pak Joyo mencoba mengingatkan Meisya bahwa ia tak boleh berkunjung ke daerah tebing Batu Seribu dan juga telaga keramat itu.Aku dan Meisya saling bersitatap, melalui isyarat mata kuhantarkan kode agar ia mengiyakan saja. Seperti rencana yang t
Read more
Keusilan Marsya
Peristiwa aneh yang baru saja terjadi membuat jantung ini berpacu lebih kencang. Rasa cemas dan khawatir sungguh menyelimuti hati dan pikiran.Jujur, tangan dan kaki ini bergetar karena ketakutan yang teramat sangat. Kusadari betul bahwa apa yang aku hadapi bukanlah sesuatu yang wajar, melainkan sesuatu yang tak kasat mata.Berulang kali kuusap wajah dan menghempaskan napas dengan kasar. Aku yakin saat ini arwah Marsya mengikuti kami karena beberapa kali desir angin itu kurasakan menghembus ke tengkuk.Dengan diam-diam tanganku meraih ponsel dari dalam tas dan menyalakan kamera, kuarahkan ke belakang untuk melihat apakah ada sesuatu di belakang aku duduk. Dan ternyata ....Sontak aku terperanjat. Meisya yang melihat ekspresi terkejut luar biasa yang keluar dari diriku segera menoleh ke arahku dengan pandangan heran."Kamu kenapa, Mas?"Kuangsurkan kepala mendekat ke telinga Meisya dan mencoba membisikkan sesuatu. "Dia ada di jok belakang.""Siapa?" tanya gadis di sampingku yang belum
Read more
Keromantisan Marsya Arda
Dengan hati kesal aku turun dari mobil dan menggendong ransel kembali. Rasa kecewa karena gagal menjalankan rencana hari ini membuat hati ini sangat mendongkol."Lho, belum juga Dzuhur kalian sudah pulang? Nggak jadi jalan-jalannya?" tanya Pak Joyo yang melihat kedatangan kami."Nggak, Pak. Tadi hanya pengen lihat alam sekitar sini saja. Tapi Mas Darren minta balik karena kepalanya sakit lagi." Meisya mencoba mencari alasan."Eh, iya, Pak. Kepala saya sakit, mungkin butuh istirahat karena kecapaian perjalanan kemarin." Aku sengaja mendukung kebohongan Meisya."Apa mau ke dokter, Nak Darren?""Nggak usah, Pak. Saya hanya butuh istirahat saja.""Ya, sudah ... Nak Darren istirahat dulu. Nanti biar Meisya buatkan wedang jahe alang-alang untuk menyegarkan tubuh Nak Darren"Aku hanya mengangguk dan berpamitan untuk masuk ke dalam rumah. Begitu pun Pak Jo, ia langsung ikut berpamitan untuk menyusulku ke kamar dengan alasan ingin merawatku.Padahal aku tahu, ia sebenarnya sedang takut dengan
Read more
Tujuh Alamat
Seperti rencana yang telah tersusun rapi dari kemarin, maka pagi ini aku dan Meisya meminta ijin untuk pamit jalan-jalan lagi. Kali ini Pak Joyo tak tampak khawatir, mungkin karena kemarin aku pulang lebih cepat dari rencana semula.Hari ini tujuan pertama kami adalah Sekolah Menengah Pertama tempat Marsya dan Arda pernah satu sekolahan. Pak Jo kali ini aku tugaskan untuk berperan sebagai paman atau kerabat dari keluarga Marsya.Sedangkan aku dan Meisya akan berperan sebagai Arda dan Marsya, dandanan yang sengaja kami buat agar terlihat lebih dewasa telah kami persiapkan saat tadi di mobil. Beruntung Meisya kemarin telah menghubungi Mbak Tuti, perias yang cukup terkenal di wilayah sini."Mas, apa rencana kita ini akan berhasil? Bagaimana kalau mereka tahu cerita Marsya yang sudah meninggal?" tanya Meisya yang sepertinya belum yakin."Gimana, Pak Jo? Apa perlu kita ubah rencana?" Aku coba minta pertimbangan dengan pria paruh baya yang duduk di belakang kemudi.Tampak ia berpikir, dahi
Read more
Pencarian Awal
Dengan cepat kuayun langkah ke mobil. Menghempaskan tubuh ke atas jok, kemudian menyandarkan kepala. Kupejamkan mata sejenak, ada rasa lelah menghinggapi hati.Sudah terbayang betapa lelahnya mendatangi tujuh alamat dan mengecek apakah ia Marsya kekasih Arda atau bukan. Jelas ini tidak efektif, mengingat waktuku yang hanya tinggal empat hari."Gimana, Mas? Kita mau coba datangi Marsya yang pertama?" tanya Meisya setelah duduk di sebelahku."Mau nggak mau kita harus ke sana, apa bisa sehari ini kita kunjungi tujuh alamat itu?" tanyaku ragu."Sepertinya nggak bisa, Mas. Karena sebelum Ashar kita harus sudah balik ke rumah.""Kalau begitu nggak mungkin cukup waktu kita kalau hanya seminggu.""Iya. Tapi Mas Darren juga nggak bisa lama-lama di sini. Kita ijin hanya satu minggu, apalagi Mas Darren minggu depan sudah mulai ujian praktik." Meisya berusaha mengingatkan."Iya, aku tahu. Kuharap sebelum satu minggu kita sudah bisa menemukan teka-teki itu.""Sabar, Mas. Kita nggak bisa grusa grus
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status