Semua Bab ANSEN Menantu Naga Merah: Bab 31 - Bab 40
44 Bab
Bab 31
Sudiro berjalan perlahan-lahan seraya menatap mereka semua yang ada di dalam ruang energi itu. Dia menyeringai dengan sangat mengerikan. Sorot matanya sangat tajam sekali, penuh dengan aura kematian. "Suamiku sayang! Aku akan selalu mencintaimu, Baik saat ini ataupun nanti kalau kita sudah mati! Huhuhu!" Anaya menangis dengan sedih sekali. Ansen memeluk Anaya dengan erat, Dia menatap nanar retakan itu dengan sedih. Dia menyesali semuanya, Pikiran-pikiran Ansen berputar-putar penuh dengan penyesalan,"Andai aku tidak pergi, Maka aku tidak akan menikah dengan Anaya!""Andai aku berlatih keras bersama Paman Fengbin maka aku dapat dengan mudah mengalahkan Sudiro!""Oh,.......! Andai semuanya ini tidak pernah terjadi!"Dia tidak menyangka hidup mereka semua akan berakhir disini. "Sayang! Aku tidak pernah menyesal menikahimu! Aku siap mati bersamamu!" Marina berkata lembut kepada Wiradi. "Istriku! Kita akan segera bertemu kembali di keabadian! Terimakasih buat segalanya!" Wiradi menjawa
Baca selengkapnya
Bab 32
Saat ini mereka semua sudah sampai di Kediaman Keluarga Anaya. Mereka semua langsung berkumpul dan membahas kembali apa yang telah terjadi kepada mereka sebelumnya. Marina langsung bergegas ke dapur, Dia akan memasak makanan yang enak sekali. Hari ini mereka telah lolos dari kematian, tentu harus dirayakan dengan sukacita. Wiradi langsung menghubungi Wujib dan memberikan kabar sukacita kepadanya, Dia menjelaskan semua kejadiannya dengan sangat bahagia. Fenghui yang berada disebelah Wujin juga ikut senang mendengarkan penjelasan Wiradi. Dia tidak menyangka Sudiro pergi begitu saja dengan cepat. "Tuan Fenghui! Tampaknya Sudiro benar-benar sudah pergi, Saat ini keadaan kita sudah aman! Ayo, Ikut aku kembali ke Kediamanku!" Wujin berkata kepada Fenghui. "Tentu Wujin! Ayo, Kita segera pergi!" Fenghui menjawab dengan cepat. Lalu mereka berdua bersama beberapa orang kepercayaan Wujin segera keluar dari tempat persembunyian mereka. Itu adalah gua bawah tanah bertingkat lima. ini adalah
Baca selengkapnya
Bab 33
Wujin dan Fenghui tiba di rumah keluarga Anaya. Lalu mereka berdua masuk, Dan mereka mendengar suara ribut disertai dengan suara tangisan. Mereka berdua segera masuk dengan cepat, Mereka penasaran apa yang telah terjadi. Sesampainya didalam terlihat Anaya yang sedang menangis sesunggukan dan Marina serta Wiradi berwajah masam sekali. "Ada apa ini? Mengapa Anaya menangis?" Wujin langsung bertanya kepada mereka. "Tuan Fenghui,........! Kalian sejak kapan ada disini!" Marina langsung menyadari kehadiran Fenghui dan Wujin. "Tuan Fenghui! Maafkan kami, Ini kesalahan kami! Ansen menghilang, Kami tidak tahu Dia ada dimana sekarang!" Wiradi menjelaskan situasinya kepada mereka berdua. "Apaaaaa,............! Kenapa Ansen bisa menghilang! Apa yang telah terjadi? Apa Sudiro menculiknya?" Fenghui langsung berkata dengan khawatir. "Kami tidak tahu! Terakhir kali Ansen permisi ke kamar mandi! Tapi setelah itu Ansen menghilang! Kami sudah mencarinya di setiap sudut rumah, Namun kami
Baca selengkapnya
Bab 34
Hari sudah semakin larut malam, Anaya dan seluruh keluarga besarnya beserta Fenghui sudah mencari Ansen ke segala penjuru Danzou. Mereka juga menanyai setiap orang yang mereka jumpai, Mereka menunjukkan foto Ansen dan berharap menemukan petunjuk apapun. Tapi sayang sekali, Tidak ada seorangpun yang melihat Ansen. Kini mereka sudah letih, Dan keringat bercucuran di kepala mereka. Wiradi kemudian berkata kepada mereka semua, "Malam sudah semakin larut! Sudah saatnya kita untuk kembali ke rumah dan beristirahat! Besok kita akan melanjutkan lagi pencarian kita!" "Tidak! Aku tidak mau! Aku akan tetap mencarinya! Jika kalian mau pulang silahkan saja, Aku akan tetap mencari suamiku tersayang!" Anaya berkata sembari menangis sedih. Dia berkata dengan sangat histeris sekali. "Anaya! Ayolah kita pulang dulu! Besok kita mencarinya lagi! Lagipun Wujin juga sudah menyuruh semua anak buahnya mencari Ansen, Lebih baik kita pulang untuk beristirahat sekaligus menunggu kabar dari Wujin!" Wir
Baca selengkapnya
Bab 35
Matahari bersinar cerah menyambut pagi hari yang indah. Suara kicauan burung menambah semangat hari ini. Anaya sudah duduk dengan gelisah menunggu kedatangan Paman Fengbin. Dia bersama Tuan Wujin dan Paman Fenghui memandang ke langit menanti kedatangan Paman Fengbin. Beberapa saat kemudian Wiradi, Marina dan kedua adik kembar Anaya datang dan bergabung dengan mereka. "Anaya! Kenapa engkau tidak sarapan dulu!" Marina berkata kepada Anaya. "Aku tidak selera ibu!" Anaya menjawab dengan acuh tanpa memperhatikan ibunya. Dia terus menatap langit tanpa henti. "Hmmmmpppppp,...............!" Marina hanya bisa menghela napas. Dia tahu dari semalam Anaya belum ada makan. Bahkan Anaya juga tidak tidur, Anaya hanya menangis di tempat tidurnya. "Dia datang! Lihat kesana!" Fenghui tiba-tiba berteriak dengan gembira. Dia menunjuk ke arah barat daya. Ansen terbangun dari tidurnya, Dia sekarang melihat ada dua orang lelaki tua yang menemani Kakek Gongbin. "Ansen! Kau sudah bangun
Baca selengkapnya
Bab 36
Fenghui lalu menjelaskan situasinya kepada Fengbin. dia menceritakan bahwa saat ini Ansen berada di dalam Gunung Merah. Fenghui menduga ada Pendekar Hebat yang membawa Ansen masuk ke dalam Gunung Merah itu. Fenghui kemudian membuka sebuah kota persegi yang kecil, Segera layar dikotak itu menyala. Lalu ada sebuah titik berkedip-kedip tampak didalam layar kotak itu. "Kalo menurut sinyal yang kita trima, Saat ini keadaan Ansen sehat dan tidak mengalami cidera apapun. Bahkan emosi dan mentalnya juga masih stabil!" Fenghui berkata seraya menunjukkan sinyal itu kepada Fengbin. Wajah Fengbin langsung berkerut penuh dengan tanda tanya, Lalu Fengbin berkata, "Bukankah ini sangat aneh! Jika Ansen benar-benar diculik oleh Pendekar Hebat; Mengapa saat ini keadaanya sehat dan baik-baik saja?" "Itu juga yang menjadi tanda tanya terbesarku! Kakak Fengbin, Kau harus berhati-hati! Aku takut disana ada jebakan!" Fenghui berkata seraya memberi peringatan kepada Fengbin. "Tenanglah Adik Fen
Baca selengkapnya
Bab 37
"Semuanya, Dengarkan baik-baik! 2 jam lagi kita akan memulai Proses Pewarisan! Mari kita semua bersiap-siap!" Kakek Gongbin berkata kepada mereka semua. Semua orang langsung menganggukan kepalanya, Kini saat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba. "Aku akan mencabut semua Jimat Penghancur dan Jimat Pelemah! Saat ini kita tidak membutuhkannya lagi! Tidak akan ada seorangpun yang tahu Proses Pewarisan ini!" Kakek Wuchai berkata lalu segera bergerak dengan cepat sekali. "Aku juga akan mempersiapkan diri dengan baik! Kita harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan!" Kakek Dong'er berkata lalu kemudian langsung duduk bersila memejamkan matanya. Kakek Dong'er memanfaatkan waktu untuk berkultivasi. "Guru! Aku akan segera mempersiapkan Pagoda Suci!" Fengbin berkata dan kemudian segera mengeluarkan Pagoda Suci. "Ansen! Ayo, Ikut dengan Kakek! kau juga harus mempersiapkan diri dengan baik! Kakek akan mengajari beberapa hal kepadamu!" Kakek Gongbin mengajak Ansen pergi bersama Dia.
Baca selengkapnya
Bab 38
"Baiklah, Saatnya telah tiba! Ayo kita mulai!" Kakek Gongbin berkata dengan serius. Gongbin lalu berjalan menaiki panggung batu, Ansen mengikuti dibelakangnya dengan serius. Lalu mereka berdua saling berhadap-hadapan. Kemudian Kakek Gongbin berkata, "Ansen! Apakah kau sudah siap!" "Aku siap Kakek Gongbin!" Ansen menjawab dengan mantap. Wuchai, Dong'er dan Fengbin berdiri dikelilingi panggung batu itu. Mereka berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada. "Haahhhh!" Gongbin langsung mengeluarkan semua kekuatannya. Seketika badannya bercahaya keemasan sempurna. Cahaya itu langsung menerangi tempat itu. Wuchai, Dong'er dan Fengbin juga mengeluarkan kekuatannya. Tubuh mereka segera bercahaya keemasan. Namun cahaya mereka masih kalah dengan cahaya Gongbin. Gongbin lalu membuka kedua tangannya ke depan, Lalu perlahan terbentuk sebuah pusaran energi berwarna putih yang berbentuk bola. Semakin lama pusaran energi itu semakin cepat. Bersama dengan itu seluruh c
Baca selengkapnya
Bab 39
Semua orang langsung terkejut, Awalnya mereka mengernyitkan dahi. Mereka tidak memahami tindakan Ansen. Namun akhirnya mereka semua paham, Fengbin langsung tertawa-tawa dengan senang. "Kau,............! Aku akan membunuhmu! Dasar kurang ajar!" Wulong langsung berteriak-teriak dengan marah. Wulong langsung menyerang Ansen, Dia ingin sekali membunuh Ansen. Fengbin dan Dong'er hanya bisa menatap gerakan Wulong yang sangat cepat. "Ansen,.........!!!!" Fengbin menjerit memperingatkan Ansen. Ketika serangan Wulong akan mencapai Ansen, Seketika juga Ansen menghilang bak ditelan oleh bumi. "Apaaaa,.........! Dasar kurang ajar! Ansen! Kelak aku akan kembali dari Alam Surgawi untuk membunuhmu!" Wulong berteriak-teriak dengan histeris. Lalu seketika Wulong diterangi cahaya putih yang begitu agung. Perlahan-lahan Wulong terangkat naik ke angkasa. "Tidak, Tidak! Aku tidak mau ke Alam Surgawi! Jangan, Jangan bawa aku! Ansen, Aku akan membalasmu nanti!" Wulong menjerit-jerit tidak
Baca selengkapnya
Bab 40
Saat ini Fengchai dan Meilin sudah sampai di Kota Danzou. Mereka kemudian pergi menemui Keluarga Anaya. Mereka sudah tidak sabar lagi bertemu dengan Anaya. Mereka akhirnya sampai di Rumah Anaya, Disana seluruh Keluarga Anaya menyambut mereka. Bahkan Keluarga Anaya juga menyiapkan sekelompok penari untuk memeriahkan suasana. Rombongan Fengchai masuk dengan senang sekali, Disekelilingnya berdiri pria tegap berbaju merah dengan gambar naga di punggung mereka. Mereka adalah pengawal khusus Keluarga Naga. "Tuan Wiradi! Tidak usah begitu repot! Terimakasih atas penyambutannya!" Fengchai berkata dengan senyum sumringah. "Tuan Fengchai! Kami sangat beruntung bisa menjadi besan keluarga kalian! Maaf, Hanya ini sambutan yang bisa kami berikan!" Wiradi berkata merendah. "Akhhh! Tuan Wiradi, Ini sudah sangat luar biasa! Terimakasih banyak!" Fengchai berkata dengan sungkan. "Ayo, Silahkan masuk!" Wiradi kemudian mempersilahkan Fengchai untuk masuk ke dalam rumah. Di belakangny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status