Semua Bab Halalkan Aku Saat Hilal: Bab 41 - Bab 50
76 Bab
Chapt 41
Mazaya mendapat pesan teks dari sang Ayah ketika ia berada di Ruang Kerjanya. Sang Ayah memintanya untuk datang ke Kantor Tour and Travel milik kedua orang tuanya. Ia mengiyakan permintaan sang Ayah, dan sore ini telah berada di Kantor tersebut. Ternyata disana sudah ada Mafaza serta Eran, entah apa yang ingin dikatakan sang Ayah kepadanya sehingga ada kedua Kakaknya ditempat itu."Jadi kenapa Ayah ngumpulin kita bertiga disini?""Enggak, Ayah gak ngumpulin kalian bertiga. Eran memang lagi janji temu sama jamaah nya, Mafaza kebetulan aja ada disini karena habis janjian sama Ibu mertuanya di PIM.""Oh kirain ada apa. Terus kenapa Ayah nyuruh Zaya kesini?""Oh itu. Ayah cuma mau konfirmasi aja, betul kamu mau umroh lagi?""Hmmm.. Udah tau dari Mbak Zahra ya?""Iya, jadi?""Iya Zaya mau Umroh, emang kapan sih keberangkatannya?""Minggu depan. Kebetulan Masmu juga berangkat karena ada Jamaahnya yang minta dia ikut."
Baca selengkapnya
Chapt 42
Seperti yang dikatakan Zafir, sore ini Mazaya tengah berada di Lapangan tenis Komplek. Langit muram dan menghitam, namun tidak mematahkan semangat Mazaya untuk bermain meski ia hanya menggunakan mesin pelontar bola. Semakin lama diperhatikan, ritme permainan semakin cepat. Bahkan pundak Mazaya tampak sedikit bergetar dan sesekali tangannya mengusap kedua pipinya. Hujan rintik tak membuatnya berhenti bermain, Daffa melihat hal itu dari dalam mobil sontak menghampiri wanita muda itu."Mazaya stop!" Daffa meraih raket milik Mazaya."Apa - apaan sih Mas?" Mazaya menatap nanar Daffa, ia menunjukkan ekspresi tidak bersahabat. Bahkan Daffa menangkap mata Mazaya sembab seperti menangis, namun hal itu hanya terlihat samar karena air hujan."Hujan Zay, stop dulu mainnya." Daffa menarik pergelangan tangan Mazaya, namun mendapat tepisan dari wanita itu."Apa peduli kamu Mas?""Jelas saya peduli sama kamu Mazaya!" Tatapnya dengan rahang sedi
Baca selengkapnya
Chapt 43
Jalanan macet, tidak bergerak sama sekali. Mazaya hanya pasrah dibalik kemudi, sedangkan Mafaza mendengus kesal sembari mengoceh."Ada apa didepan Pak?" Mafaza membuka jendela dan bertanya pada seorang pria dengan sepeda motornya."Ada kecelakaan didepan Neng. Mending puter balik deh, gak gerak sama sekali soalnya. Ambulance sama polisi belum dateng juga.""Oh yaudah Pak, makasih." Ia hanya manggut - manggut mengerti.Mafaza melirik kearah Mazaya, saudara kembarnya itu tampak tenang. Sama sekali tidak ada kegelisahan terpancar pada raut wajahnya, sesekali wanita disebelahnya menggulir ponsel ditangannya."Gak usah sok sibuk, gak ada pacar." Cibir Mafaza."Ih suka - suka gue.""Cih.. mending puter balik aja deh, lewat sana aja.""Gimana mau puter balik sih Za, puterannya aja masih didepan. Semua kendaraan gak ada yang gerak, kecelakaannya parah emang? Sampai - sampai gak ada yang berani lewat.""Gak tau,
Baca selengkapnya
Chapt 44
Keluarga Ratih beserta kedua orang tua Daffa tengah berada di Rumah Sakit setelah mendengar kabar mengenai kemalangan yang dialami oleh wanita muda itu.Daffa masih dengan wajah datarnya saat seorang Dokter menjelaskan bahwa sang calon istri mengalami patah tulang dibagian leher dan terjadi Epidural Hematoma.Epidural hematoma atau perdarahan extradural adalah kondisi saat darah mengumpul di area epidural, yaitu area diantara tulang tengkorak dan lapisan duramater. Duramater adalah membran atau lapisan terluar dari mening (selaput otak dan tulang belakang) yang menyelimuti dan melindungi otak dan tulang belakang.Sontak saja hal itu membuat semua orang yang berada ditempat itu terlihat syok, terutama kedua orang tua Ratih tentunya. Sedangkan Rika hanya dapat menangis histeris, pasalnya yang memiliki ide untuk makan bakso dan menyeberangi jalan tanpa menggunakan jembatan penyeberangan adalah dirinya. Tak henti - hentinya ia menyalahkan diri sendiri, sedangk
Baca selengkapnya
Chapt 45
Satu Minggu kemudianLabbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak.Terdengar merdu dan meneduhkan hati ketika mendengar lafaz talbiyah berkali - kali dilantunkan. Melaksanakan Shalat didepan kabah serta mencium kabah adalah keinginan semua umat muslim. Termasuk yang dilakukan oleh Mazaya saat ini, ia dengan khusyu memanjatkan do'a kepada Tuhannya.Hari ini adalah hari terakhir dimana Mazaya beserta rombongan jamaah yang lainnya melaksanakan ibadah umrah. Selama menjalani ibadah umrah Mazaya sama sekali tidak menghiraukan ponsel miliknya, hanya sesekali saja ia memotret Kota Makkah dan hanya sekali ia abadikan pada story sosial media."Mbak Mazaya sama Mas Gema masih sama - sama single, siapa tau nanti ketemu lagi di Indonesia dan berjodoh." Ucap salah satu Wanita paruh baya jamaah Umroh saat sesi makan malam berlangsung."Do'a baik memang dianjurkan,
Baca selengkapnya
Chapt 46
Beberapa hari menikmati masa cuti untuk beribadah Umrah dan jalan - jalan di Turki. Dan hari ini Mazaya bersama Eran serta rombongan telah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Karena kedua orang tuanya belum juga menjemput, Ia dan Eran menunggu disebuah Cafe sembari mengganjal perut yang sudah lapar. Mengapa ia tidak beli di Restaurant saja? Karena sang Ibu sudah menjanjikan untuk memasakkannya Sambal goreng kentang dengan hati sapi, ya tentu saja ia tidak ingin melewatkan menu favoritnya.Sebuah ponsel berbunyi, namun bukan ponsel miliknya. Saat ia mencari, terdapat sebuah ponsel dibawah tempat duduknya. Ia dan Eran saling pandang, dan berakhir mengangkat panggilan yang ada di ponsel tersebut."Selamat pagi." Katanya, ia tidak mengucap salam karena belum tentu sang penelepon seorang muslim.[0812xxxxx : Selamat pagi, Alhamdulillah ada yang mengangkat telepon saya.] Seru sang penelepon."Apa Bapak mengenal pemilik HP ini?" Tanya Mazaya.[081
Baca selengkapnya
Chapt 47
Setelah menunggu hampir kurang lebih satu jam, Kakak Beradik itu telah sampai di Kediaman kedua orang tuanya. Raut wajah lelah tergambar nyata pada wanita muda yang tengah menyeret koper miliknya. “Assalamu’alaikum.” Seru keduanya. “Wa’alaikum salam. Eh anak ganteng sama anak cantik Bunda udah pulang, capek?” Farida mencium pipi kanan kiri Mazaya setelah keduanya salim dengan sang Ibu. “Capeknya waktu nunggu jemputan.” Gerutu Mazaya sembari melirik kearah Mafaza. Ya , mereka berdua dijemput oleh Mafaza dan Liam. Bukan dengan kedua orang tuanya. “Duh ilah gitu aja ngeluh. Makan sana, Bunda udah masakin makanan favorit elo.” Mazaya memilih berganti pakaian terlebih dahulu baru lah ia menyantap makanan yang telah disediakan oleh Farida – Ibunya. Eran pun juga tengah bersiap untuk makan setelah bermain dengan putra semata wayangnya “Zaya abis nolongin orang tuh, kali aja Bapak – bapak tadi punya anak laki.” Ledek Eran.
Baca selengkapnya
Chapt 48
"Jen. Jena!" Sontak Rinda memanggil Jena dengan suara sedikit keras.Mazaya yang tadinya berada tak jauh dari meja itu, sontak berlari kearah Tim nya untuk memastikan apa yang terjadi disana sehingga membuat beberapa orang berkerumun."Jen.. Jena.. Ini kenapa bisa begini?" Mazaya menatap semua timnya secara bergantian."Kita juga gak tau Bu Bos, dia ketawa paling kenceng tadi. Tiba - tiba aja jadi kayak gini." Jelas Rendi."Yaudah bawa ke Rumah Sakit Bakti Wiayata, cuma Rumah Sakit itu yang deket dari sini." Kondisi Jena saat ini adalah wanita muda itu tidak dapat menutup mulutnya, sembari menangis meratapi nasib ia dipapah oleh Rendi dan Rosa. Sedangkan Rinda membawa barang bawaan ketiga rekan timnya."Jia.. Jia..." Mazaya menghampiri salah satu Pegawai di Restaurant itu sembari berjalan keluar."Ya Bu Mazaya, ada yang bisa saya bantu?""Saya titip mobil, biar Pak Kamim yang ambil mobilnya." Mazaya menyerahkan
Baca selengkapnya
Chapt 49
Keempat rekan tim nya telah pergi berlalu meninggalkan Mazaya di Loby Rumah Sakit. Saat tengah mengotak atik ponselnya untuk memesan Taksi online, seorang pria tinggi berbadan tegap dengan aroma khas yang familiar diindera penciumannya tengah berada tepat disebelahnya."Saya antar saja, sudah malam." Kata Daffa yang membuat Mazaya mengalihkan atensinya pada suara tersebut."Aku udah pesen taksi online." Kata Mazaya sembari memperlihatkan aplikasi didalam layar ponselnya. Dengan gegas Daffa meraih ponsel milik Mazaya dan membatalkan pemesanan, untung saja belum ada driver yang menerima."Apa - apaan sih?""Ayo kita bicara." Ajak Daffa."Apa yang harus dibicarakan lagi sih Mas? Kita udah selesai, jangan sampai ada fitnah. Aku gak mau berurusan sama Istrimu itu!" Mazaya memang terkesan ceplas ceplos saat berbicara, terlebih saat ia tidak menyukai seseorang yang tidak ada angin tidak ada hujan mencoba untuk bermusuhan dengannya."Zay
Baca selengkapnya
Chapt 50
Daffa mencoba menghubungi rekannya, kebetulan Cafe tersebut milik rekan dekatnya sesama Dokter di Rumah Sakit Bakti Wiyata. Ingin sekali ia memastikan sesuatu, dan sekarang ia tengah meluncur menuju ke Cafe dimana ia makan bersama Ratih setelah Fitting baju pengantin.Lima belas menit berlalu hingga saat ini ia tengah berada di Parkiran Cafe tersebut. Cukup ramai meski bukan hari libur, dengan segera ia menghampiri salah satu pegawai yang telah ditunjuk oleh Gema - rekan dekatnya."Pak Daffa?" Seorang pria menghampirinya."Iya, Mas Nino?""Betul Pak, tadi Pak Gema sudah bilang buat bantuin Bapak. Mari saya antar ke Ruang CCTV Pak.""Ah ya terima kasih."Setelah berjalan hingga menapaki anak tangga, tibalah mereka berdua disuatu Ruangan yang memang tidak besar dan tidak kecil dengan empat monitor didalamnya. Cafe milik Gema cukup luas, bahkan tidak pernah sepi pengunjung sehingga membutuhkan banyak CCTV disetiap sudutnya agar keam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status