Mazaya Eiliya Syakib, seorang wanita berusia Dua puluh delapan Tahun berkarir di Perusahaan Tambang Emas dengan posisi sebagai Manajer Personalia. Ia dikenal sebagai wanita cantik, pintar, dan memiliki keteguhan dalam hati saat menentukan pilihan. Suatu hari ia pergi bersama sang kekasih, ditengah perjalanan sang kekasih membicarakan mengenai pernikahan. Namun, Mazaya menolak hal itu. Diusianya yang tak lagi muda, ia belum juga memiliki kesiapan untuk berkomitmen menjalani pernikahan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Ditengah kandasnya hubungan bersama sang Kekasih, kerap kali ia tidak sengaja dipertemukan dengan seorang Pria berprofesi sebagai Ustad. Lalu bagaimana kelanjutan kisah si Cantik Mazaya? Dan dengan siapa hati Mazaya akan berlabuh serta menerima komitmen didalam pernikahan sedangkan ia sendiri masih berpegang teguh untuk tidak menikah?
View MoreSuara klakson bersahutan, asap hitam mengepul dari masing - masing kendaraan yang tengah berlalu lalang. Matahari pun sangat menyengat hingga menusuk kulit.
Tangan yang diarahkan keatas oleh wanita berkerudung biru tua tak mampu menutupi wajahnya dari terik matahari. Mazaya, begitu lah sapaan akrab wanita itu. Kerap kali ia melirik jam dipergelangan tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul dua belas lebih empat puluh lima menit. Yang artinya lima belas menit lagi jam istirahatnya telah berakhir."Taksi..." Seru Mazaya saat sebuah Taxi berwarna kuning berjalan lambat didepannya."Waduh, kenapa ada dua orang begini?" Mendengar perkataan Sopir Taxi itu, sontak membuatnya menoleh kearah kanan. Seorang pria yang juga memberhentikan Taxi tersebut."Duh Pak saya sudah telat, Kantor saya deket kok dari sini.""Dimana kantor nya Neng?""Tinggal lurus aja kira - kira dua ratus meter, kiri jalan.""Oh Perusahaan Tambang Emas ya Neng?""Iya betul.""Terus Mas nya mau kemana?""Rumah Sakit didaerah dekat Kantor Mbak ini.""Kalo gitu naik semua aja, masalah cargo bisa saya atur sesuai penghitungan kok."Mazaya menimang ide sopir taxi tersebut, namun disaat ia tengah berpikir keras. Pria disebelahnya sudah lebih dulu membuka pintu depan dan masuk kedalam taxi."Gimana Neng? Jadi gak? Masnya udah masuk duluan nih." suara sopir taxi memecahkan lamunannya."Eh iya Pak jadi." Katanya sembari membuka pintu taxi.Tidak memakan waktu lama untuk sampai di Tempat ia bekerja, Taxi itu berhenti tepat didepan pintu masuk Perusahaan. Ia merogoh satu lembar uang lima puluh ribuan untuk diberikan kepada Sopir taksi tersebut, namun ternyata justru ditolak oleh sang Sopir."Kenapa Pak?""Katanya Mas ini yang mau bayar sekalian Neng.""Haduh lebih baik jangan. Saya bayar cargo saya sendiri.""Menolak rejeki gak baik." Ujar pria itu."Maaf bu--""Mbaknya sudah terlambat kan? Bayar ganti kalo suatu saat kita ketemu saja." Katanya."Baik, anggap saja saya berhutang sama mas. Terima kasih.""Sama - sama."Satu Minggu setelahnya..Mazaya menikmati sore hari diteras Rumah, hari sabtu membuatnya ingin sekali bermalas - malasan di Rumah dan tidak ingin keluar Rumah sekalipun berbelanja atau hanya sekedar cuci mata di Mall. Usianya yang sudah menginjak dua puluh delapan tahun, ia memiliki jiwa jompo sehingga membuatnya sangat malas untuk sekedar membuang waktu dengan teman - temannnya. Terlebih hampir semua sahabatnya sibuk dengan Rumah tangga nya masing - masing, bahkan saudara kembarnya saja sudah memiliki seorang anak laki - laki berusia empat tahun."Tante Zaya." Panggil seorang anak laki - laki berusia empat tahun yang baru saja author bahas. Abi, begitu sapaan anak laki - laki itu."Ya ganteng." Zaya menoleh kearah suara itu terdengar."Tadi Abi ketemu sama Om Wibi waktu lagi jalan - jalan sama Mama Papa.""Abi, ayo siap - siap buat ngaji." Seorang pria berusia tiga puluh tiga tahun, Liam - Kakak Ipar sengaja mengalihkan topik pembahasan Putra semata wayangnya."Ih Papa, Abi cuma mau kasih tau Tante Zaya kalo Abi --""Abi gak mau denger apa kata Papa?" Kali ini bukan Liam yang mengingatkan putra semata wayangnya, tapi Mafaza - Ibu Abi yang merupakan saudara kembar Mazaya."Iya - iya Abi dengerin." Kata anak laki - laki itu dengan bibir mengerucut. Sedangkan Mazaya hanya tersenyum tipis melihat interaksi Abi bersama Orang tuanya.sehari - hari Mazaya disuguhkan drama Orang tua dan anak tersebut, pasalnya Mafaza beserta putra semata wayangnya tinggal bersama Kedua orang tuanya. Sedangkan sang suami bekerja diluar kota, dan hanya hari jum'at sore ia akan pulang kerumah mertuanya. Sebenarnya mereka sudah memiliki rumah, namun Mafaza enggan untuk menempati ketika tidak ada suami didekatnya.Flashback.."Zay, Mama Papaku terus menerus desak aku buat nikah." Kata Wibi sembari mengemudikan kendaraan roda empatnya."Mas, udah berapa kali aku bilang kalo --""Kalo kamu belum siap nikah? Kamu mau nunggu apa lagi sih Zay? Karir? Posisimu ditempat kerja juga udah enak Zay, kamu Manajer Personalia lho. Calon suami juga udah ada, terus apalagi yang bikin kamu ragu buat nikah?""Mas..""Zay, bilang sama aku apa yang buat kamu ragu." Wibi menepikan kendaraan roda empat kepinggir jalan."Kamu mas.. Gak tau kenapa rasanya aku belum yakin buat nikah sama kamu. Menikah sekali seumur hidup, dan aku harus bener - bener mentepin hati aku.""Hhh.." Wibi memukul setir kemudi, terlihat jelas kemurkaan tampak diwajah pria itu."Kalo emang Mama Papa minta mas nikah cepet, aku gak apa - apa kok. Lebih baik kita akhiri sekarang." sontak membuat pria itu menatap Zaya lekat."Hubungan kita udah jalan dua tahun dan kamu mau akhiri gitu aja? Enggak Zay, bahkan aku belum dapet --" Wibi menghentikan perkataannya, sedangkan Mazaya memicingkan matanya penuh selidik."Belum dapet apa Mas? Apa yang sebenernya kamu incar dari aku?""Enggak. Aku antar kamu pulang."Flashback berakhir..***"Ngelamunin apa lo?" Suara wanita yang hampir mirip dengannya terdengar ditelinga sebelah kiri."Kepo!""Udah gak usah dipikirin lagi, biarin Wibi bahagia sama keluarga barunya. Do'ain Rumah tangganya Sakinah Mawaddah Warahmah. Kan elo juga yang gak mau dinikahin sama dia.""Hmmm.. Gue gak mikirin itu, wasting time!""Tapi nih ya, kalian kan baru putus dua bulanan. Kenapa cepet banget ya sebar undangannya?""Cowok emang paling cepet move on nya.""Kalo elo paling susah move on nya? Baru juga Abi bilang abis ketemu Wibi, elo nya udah galau setengah idup.""Ish, siapa yang galau. Enggak deh!""Kalo gak galau, anterin anak gue ngaji gih.""Kan? Kan? Kan?""Ikan! Buruan ih, keburu telat anak gue.""Udah nyuruh, ngeburu - buruin lagi."Mazaya meraih kunci motor matic miliknya, kemudian ia mengemudikan kendaraan roda dua yang tampak besar tersebut. Roda terus berputar, tidak jauh dari komplek dan mereka berdua sudah sampai."Lho.. Tumben Abi diantar Mama hari sabtu gini, biasanya Papa yang antar.""Ini bukan --" Mazaya memberi peringatan Abi untuk tidak melanjutkan perkataannya."Iya ustadzah, Papa nya masih repot sama kerjaan tadi.""Oh begitu, Oiya kemarin saya lupa buat simpan lembar SPP di tas Abi Bu.""Saya bayar sekarang saja Bu, berapa?" Ustadzah didepannya sontak dibuat bingung dengan pertanyaan Mazaya."Lima puluh ribu ya Bu? Maaf saya tadi kelupaan.""Iya Bu lima puluh ribu. Lupa itu hal wajar, saya juga sering lupa." kekeh Ustadzah itu.Ditengah transaksi pembayaran kedua wanita dewasa itu, seorang pria melewati keduanya dan berhenti tepat disebelah Ustadzah Wati."Assalamu'alaikum." Suara pria dengan suara berat menjadi atensi Mazaya untuk mencari suara tersebut."Kayak pernah kenal sama ini suara." Batinnya."Wa'alaikum salam. Kebetulan Pak Khafid disini, tadi Ibu Maryam bilang kalau anda sudah datang diminta menemui beliau.""Baik Bu, saya cari beliau dulu.""Pak Ustad.. Pak Ustad.." Seru Abi."Ya Abi, ada apa?""Abi besok evaluasi kenaikan tingkat. Setelah itu Abi ngaji nya sama Bapak ya.""Kalo kamu mau ngaji sama Bapak, evaluasinya harus dapat nilai A ya." Pria tersebut mengembangkan senyumnya dan kemudian melirik kearah Mazaya untuk menyapa wanita itu dengan anggukkan dan dibalas anggukan pula oleh Mazaya."Karena sudah selesai, saya pamit dulu Bu. Abi ngaji yang pintar.""Baik Bu.""Assalamu'alaikum.""Wa'alaikum salam."Note untuk semua pembacaku : Hai semuanya, maaf banget ya uda ber bulan-bulan aku g update. Nenek tercinta aku meninggal dibulan Maret 2024 tepatnya beberapa hari sebelum puasa, disitu aku bener - bener down banget. Setelahnya aku repot banget karena Ade Ipar lahiran, fokus puasa juga, lebaran kedua orang tuaku pulang ke Jawa Timur. Jadinya selama orang tuaku di Jawa Timur, waktuku bener - bener buat mereka. Setelah lebaran aku sibuk urus ini itu buat pendaftaran sekola TK anak semata wayang aku dan disibukkan lagi sama lomba kontes fotogenic anak aku (Alhamdulillah masuk 5 besar, meskipun bakal sibuk sama Grand Final se Jawa Timur dan pekerjaan utamaku yg super duper sibuk banget tp In shaa Allah aku tetep usahakan mulai update bab baru.) do'ain ya semua, semoga kalian mengerti. **** Satu Minggu kemudian Kepulangan Mazaya dan kembali nya wanita itu di Kantor tempat ia bekerja disambut hangat oleh para Direksi dan Karyawan lainnya. Bahkan tak segan untuk melakukan syukuran kare
Daffa meletakkan ponselnya diatas nakas setelah ia memutuskan panggilan dari sang Ayah dan kembali berbaring disebelah Mazaya."Ada apa Mas?""Orang tua almarhumah datang kerumah.""Ngapain?" "Minta tolong Mas buat bantu usut kejanggalan peristiwa yang dialami Almarhumah.""Hah? Kok bisa?""Erika sepupu Almarhumah satu - satunya saksi di Tempat itu, setelah sekian lama mengalami trauma akhirnya dia bangkit dan membuka suara. Disitu lah Pak Zaenal ingin mengusut tuntas kejadian tersebut.""Hmmm.. Aku jadi ada ide."***Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi, udara diluar sana tampak dingin meski berada dibilangan Ibu Kota. seorang pria berjalan sempoyongan bersama wanita berambut pendek, didepan pintu wanita itu menekan bel rumah dan tak lama seorang paruh baya membukakannya."Astaga Wibi." Begitu kata paruh baya itu saat mendapati Putra bungsunya dalam keadaan mabuk berat. Ia membantu memapah sang Putra dan mengalihkan pandangannya pada wanita muda didepannya."Terima kasih sudah men
Beberapa bulan kemudianBandar Udara Internasional Soekarno - HattaHiruk pikuk suasana Bandara di Sore hari membuat area kedatangan dari Luar Negeri tampak padat. Banyak wanita muda berkerumun didekat pintu keluar dan beberapa wartawan berada disana."Nduk.. Mazaya..." Seorang wanita paruh baya memecah belah kerumunan itu saat sang Putri terlihat batang hidungnya."Bunda." Serunya sembari berlari kecil dan memeluk sang Ibu."Jangan disini, ada yang lagi nunggu idola nya dateng tapi malah elo yang keluar." Kata Mafaza sembari memeluk saudara kembarnya.Ketiga wanita beda generasi itu menyingkir dari kerumunan dan memilih untuk menepi. Daffa tampak tersenyum saat mendapati wanita yang selama ini ia rindukan disetiap harinya.Mazaya menghampiri sang Suami, Ayah serta Kakak Iparnya dengan hati membuncah. Rasa rindu tak tertahankan kini tumpah ruah tak terbendung lagi."Seharusnya cium tangan suamimu dulu baru Ayah Nduk. Karena sekarang kamu sudah memiliki suami.""Lupa kalo udah punya su
Apartement Lee Garden"Hari ini IGD gila - gilaan ya?" Ungkap salah seorang wanita berprofesi sebagai perawat yang tengah bersama dua rekan wanita seprofesinya."Hhh bener banget, tadi juga ada Ibu Hamil yang diharuskan operasi darurat karena Kecelakaan itu.""Iya iya, untung Dokter Daffa gercep sampai Rumah Sakitnya.""Eh ngomong - ngomong, kalo bahas Dokter Daffa kenapa dia nikahnya buru - buru ya? Apa jangan - jangan si cewek itu hamil duluan?""Hus sembarangan lo kalo ngomong. Dokter Daffa di Yayasan bokapnya dijuluki Ustad.""Apa hubungannya? Siapa tau si cewek itu yang ngebet terus jebak Dokter Daffa.""Kalo gak tau apa - apa mending diem, asumsi lo jatuhnya fitnah. Mereka udah punya hubungan yang sempat kandas karena Dokter Daffa dijodohin orang tuanya. Sekarang mereka bersatu lagi setelah si cewek dan Dokter Daffa ditinggal tunangan masing - masing. Si cewek gak ada waktu kalo harus lakuin hal rendahan kayak yang
Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."
Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments