All Chapters of CEO Itu Mantan Ketua Osisku: Chapter 61 - Chapter 70
91 Chapters
Bab 61
Agas segera menggelengkan kepala. Baru saja sekilas pikiran gila tiba-tiba muncul di kepalanya. Namun segera tepis karena merasa kemungkinan itu mustahil.Tapi—Agas dibuat bingung dengan kebetulan yang cukup aneh menurutnya.Kebetulan apa itu? Hal itu menyangkut masa lalu Agas yang cukup membuat hidupnya berubah drastis.Tidak banyak orang tahu tentang kisah kelam yang pernah dia alami di masa lalu. Di tahun yang sama, bahkan mungkin di hari yang sama kalau Agas tidak salah ingat, karena Agas sempat tahu ada seminar sastra tersebut di hari dia melakukan janji temu dengan salah satu orang penting untuk proyek yang sedang Agas pegang saat itu.Meskipun Agas secara status masih seorang mahasiswa tapi dia sudah memegang jabatan penting di perusahaan ayahnya. Bahkan Agas telah mulai masuk kantor saat masih SMA dulu.Waktu itu setelah selesai meeting, Agas merasakan tubuhnya berubah aneh. Dia merasa panas dan sensitif di mana-mana. Agas segera sadar kalau telah diberi obat perangsang oleh
Read more
Bab 62
"Kenapa istriku datang ke sana?" tanya Agas heran."Kenapa aku gak boleh ada di sini?" Tiba-tiba Riri yang berbicara, rupanya ponsel Aldi telah direbut oleh Riri. "CEPAT KE SINI! AKU HARUS BICARA SAMA KAMU!"Agas hanya menjawab dengan deheman dan langsung mematikan sambungan telepon. Dengan cepat Agas menyalakan mesin mobilnya, kemudian langsung melajukan mobilnya kembali ke rumah sakit.Agas menyetir dengan cepat sampai akhirnya tiba di tempat tujuan. Saat dia sampai di depan ruang inap Nara, Agas sudah bisa melihat Riri menyambutnya dengan wajah marah."Kenapa sih kamu ada di sini?" Agas menanyai Riri lebih dulu sebelum istrinya melontarkan pertanyaan.Hal itu tentu membuat Riri jadi kesal dan amarahnya semakin besar. "Kok kamu malah nanya aku begitu? Harusnya aku yang nanya, kenapa kamu masih ngurusin dia? Ngakunya gak ada hubungan apa-apa sama dia tapi begini kelakuan kamu?!"Agas hanya mendengarkan omelan Riri sambil memijat-mijat kepalanya yang sedikit pusing. Agas heran kenapa
Read more
Bab 63
Agas terpaksa meninggalkan Nara pada Aldi untuk pergi ke luar kota. Ada masalah penting yang mengharuskannya datang langsung.Kalau tidak mendesak, Agas lebih memilih bekerja lewat laptop di rumah sakit sambil menjaga Nara. Namun apa daya, dia tidak bisa melakukannya."Periksa kembali semuanya. Jangan ada yang terlewat," titah Agas pada karyawan yang bertanggung jawab pada proyek yang sedang bermasalah ini."Baik Pak Agas," jawab karyawan tersebut kemudian menjalankan perintah Agas.Setelah ditinggal sendirian, Agas memeriksa kembali berkas-berkas yang tadi dia minta untuk dikumpulkan.Namun pekerjaan Agas terhenti oleh suara dering telepon. Agas meletakkan kembali berkas yang sedang dia lihat, beralih ke ponselnya. Rupanya ada panggilan dari Riri.Agas menarik napas panjang terlebih dahulu untuk mempersiapkan diri, karena sejauh yang dia pernah alami, dengan bicara Riri selalu menguras emosi dan pikiran."Iya, halo. Ada apa?" tanya Agas setelah menjawab telepon dari istrinya."Kamu a
Read more
Bab 64
Seketika kepala Aldi seakan berdengung untuk beberapa saat. Blank.Bagaimana tidak? Nara yang seharusnya dirawat di ruangan ini malah tidak ada. "Apa mungkin dipindahkan?" gumam Aldi mencoba tetap berpikir positif, walau kecemasannya kian terasa dari wajahnya. "Lebih baik aku tanyakan dulu ke dokter atau suster."Aldi pergi menuju ruang suster untuk menanyakan keberadaan Nara."Suster, pasien di ruang VIP II, ada di mana ya? Kenapa tidak ada di ruangannya?" Aldi langsung bertanya tanpa basa-basi lagi."Ruang VIP II ya? Apakah pasien bernama Nara Santika?" Suster justru bertanya balik. Meski begitu, Aldi tetap mengangguk. "Pasien Nara telah melalui prosedur pemulangan," jawab suster tersebut setelah mengecek data dari komputer.Sementara Aldi yang mendengarnya langsung tersentak kaget. "Sudah pulang? Kapan itu Sus?" tanya Aldi terkejut."Tadi malam," jawab suster."Dengan siapa dia pulang, sus?" tanya Aldi lagi untuk memperoleh informasi lebih banyak."Dia sendiri. Tidak ada orang l
Read more
Bab 65
Kemarahan Nara seakan naik drastis begitu melihat wajah orang itu. Dia bahkan tidak peduli dengan sopan santun lagi dan meneriaki orang itu."Nara, kamu jangan marah begitu. Saya datang ke sini karena mau ngasih kamu informasi tentang anak kamu," ujar orang itu yang langsung membuat ekspresi Nara berubah jadi tertarik."Yang bener?" tanya Nara buru-buru."Beneran. Kamu mau tahu enggak?" Mata Nara berbinar dan langsung mengangguk cepat. "Di mana anakku? Di mana anakku?""Kalau kamu mau ketemu anakmu, datanglah ke alamat ini sendirian," kata orang itu sambil memberikan secarik kertas pada Nara."Datanglah sebelum jam sembilan malam ini. Kalau tidak datang, jangan harap bisa bertemu dengan anakmu lagi," lanjut orang itu sebelum akhirnya meninggalkan Nara tanpa menunggu tanggapan Nara sama sekali.Sementara Nara yang sekarang ini tinggal sendirian, merasa kalap. Dia merasa cemas memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari rumah sakit ini.Di saat Nara sedang pusing memikirkan cara kelu
Read more
Bab 66
"Bu Riri, apa anda yang menculik saya seperti ini?" tanya Nara pada orang yang datang itu, tidak lain tidak bukan adalah Riri, istri dari Agas dan juga ibu dari Bima."Memang saya yang menculikmu," jawab Riri dengan santai."Kenapa kamu melakukan ini padaku?" tanya Nara dengan ekspresi bingung. "Tolong lepaskan, aku harus mencari anakku sekarang.""Hah! Jangan harap kamu bisa keluar dari sini," ujar Riri dengan sinis."Apa tujuanmu menyekapku di sini?!" teriak Nara dengan kesal.Melihat ekspresi Nara yang tampak jengkel membuat Riri tertawa puas. Dia sangat senang bisa melihat Nara menderita. Seharusnya dia melakukan ini sejak dulu, pikir Riri."Jangan tertawa!" Nara dibuat semakin kesal dengan Riri yang malah tertawa di saat dirinya merasa cemas.Namun Riri sama sekali tidak mengindahkan peringatan dari Nara justru kembali tertawa dengan lepas."Nikmatilah hari-harimu di tempat ini, karena mulai hari ini kamu akan tinggal di sini," ucap Riri sambil berjalan keluar dari ruangan itu. "
Read more
Bab 67
Orang itu tidak lain adalah Ervan, teman Agas dan Nara."Kenapa lo datang ke rumah nyokap gue?" tanya Agas pada Ervan."Gue pengen main aja. Udah lama gak ketemu Bima," jawab Ervan kemudian bertanya pada Agas. "Kenapa lagi? Kok Bima ngambek sih?"Agas tidak langsung menjawabnya. Dia menarik napas berat terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Ervan."Bima marah karena gue gak menepati janji gue sama dia," ujar Agas perlahan."Wah, parah banget lo. Sejak kapan lo jadi orang yang ingkar janji begini? Setahu gue lo kan —""Diem dulu! Gue kan belum selesai ngomong," sergah Agas dengan kesal karena Ervan sudah heboh duluan padahal dia belum menyelesaikan ceritanya."Oke-oke. Lanjutkan," balas Ervan dengan tersenyum, sedikit lucu melihat ekspresi kesal di wajah Agas ini.Sebenarnya Agas masih merasa kesal saat melihat tanggapan Ervan yang menertawakannya tapi dia tetap menceritakan masalah apa yang sedang dia hadapi."Gue janji sama Ervan buat ngajakin dia bertemu Nara, tapi gue gak bisa
Read more
Bab 68
Prayoga sedikit bingung mengapa ada polisi yang datang ke rumahnya. Dia pikir tidak melakukan sesuatu yang melanggar aturan.Dia bertukar pandangan dengan istrinya sebelum akhirnya mulai berdiri, lalu berjalan menuju ruang tamu karen polisi tersebut sudah dipersilahkan masuk oleh pembantunya."Selamat siang Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Prayoga setelah menjabat tangan terlebih dahulu. Dia sedikit cemas karena kedatangan polisi tersebut namun untungnya dia tidak menunjukkannya."Saya di sini untuk mencari informasi tentang putri anda, Pak. Nara Santika itu benar putri anda?"Pertanyaan itu membuat Prayoga jadi berpikir negatif. Dia menebak kalau anaknya telah melakukan hal memalukan lagi. Memikirkan hal itu sontak membuat wajahnya jadi masam."Benar, Nara itu anak saya," jawab Prayoga, "Kalau boleh tahu masalah apa yang dilakukan oleh anak saya, Pak? Sampai membuatnya harus berurusan dengan polisi?"Sang polisi tampak mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Prayoga dengan ta
Read more
Bab 69
Ervan dibuat panik dengan Agas yang tiba-tiba pingsan di depannya. Memang bukannya Ervan tidak menebak kalau Agas akan tumbang, tetap saja dia terkejut ketika itu benar terjadi.Segera Prayoga memapah Agas sampai ke sofa. Setelah tubuh Agas dibaringkan, barulah dia keluar untuk memanggil Aldi."Agas pingsan, Aldi. Tolong panggilkan dokter," beritahu Ervan yang langsung membuat Aldi ikutan panik."Baik Pak."Ervan tidak menunggu Aldi dan langsung masuk kembali ke ruangan Agas. Dia duduk di sebelah Agas untuk menemaninya."Sampai segininya lo ya, Gas," gumam Ervan prihatin.Tidak lama kemudian datanglah Aldi bersama seorang dokter ke dalam ruangan Agas ini. Ervan buru-buru berdiri menyambut mereka sambil mempersilahkan dokter itu langsung memeriksa sahabatnya.Agas diperiksa oleh dokter tanpa gangguan. Setelah selesai, Ervan langsung bertanya dengan nada khawatir. "Gimana keadaan Agas, Dok?""Pak Agas sepertinya kurang beristirahat, jadi tubuhnya kelelahan," jelas dokter itu. "Biarkan b
Read more
Bab 70
Nara menatap horor wajah pria yang berada di belakangnya. Seketika rasa takut yang besar melanda dirinya.Nara tidak mau tertangkap lagi. Karena itu dia menendang wajah pria itu sekuat tenaga. "Aduhhh ...."Nara mengambil kesempatan pria itu kesakitan untuk kabur. Dia memacunya semaksimal yang dia bisa, sampai akhirnya dia menemukan jalan keluar.Tanpa ragu Nara melompat ke bawah. "Argghh ..." ringis Nara saat kakinya mendarat dengan posisi yang tidak enak.Namun Nara tidak menggubrisnya dan langsung berlari sejauh sekencang mungkin. Dia sama sekali tidak mau melihat ke belakang karena takut kalau pria itu malah sudah ada di belakangnya."Kumohon-kumohon ...," gumam Nara penuh harap.Nara hanya berlari dan berlari. Tidak peduli kakinya lecet karena tidak memakai alas kaki ataupun rasa panasnya tanah di siang hari yang terik ini.Setengah jam kemudian, Nara baru berani berhenti ketika melihat tidak ada lagi yang mengikutinya di belakang."Akhirnya aku berhasil ...," ucap Nara dengan
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status