All Chapters of CEO Itu Mantan Ketua Osisku: Chapter 71 - Chapter 80
91 Chapters
Bab 71
Terakhir kali yang Nara ingat adalah kejaran yang intens dari para penyekapnya, lalu dia menemukan jurang dengan aliran sungai di bawahnya. Nara melompat ke bawah dengan nekat hingga dia terseret arus sungai yang deras.Ya, itulah yang dia ingat. Nara tidak tahu apa sekarang dia masih hidup atau sudah mati? Matanya terpejam rapat, saat dia ingin membukanya terasa sulit sekali, seperti ada lem yang merekat pada kelopak matanya.Dia juga mencoba menggerakkan badannya, tapi itu juga sulit. Nara bahkan tidak bisa mengangkat satu saja jarinya sendiri.Ada apa ini? Apa yang terjadi padanya? Apa dia lumpuh?Seketika dia menjadi panik dan mulai dengan keras mencoba menggerakkan badannya sekali lagi. Namun sayangnya, dia masih tidak bisa melakukannya.Aneh dan menakutkan.Di saat Nara sedang ketakutan seperti itu, samar-samar Nara mendengar seseorang bicara. Sepertinya suara itu sangat dekat dengannya sehingga dia bisa mendengar apa yang mereka bicarakan."Jadi, kenapa dia belum kunjung sadar,
Read more
Bab 72
Berbeda dengan Agas yang berani melayangkan perkataan seperti itu, Aldi tidak berani. Karena orang yang baru saja masuk ke ruangan Agas tanpa ketuk pintu adalah Ervan, teman dari atasannya sekaligus seorang pengusaha ternama."Pak Ervan," sapa Aldi dengan sopan.Ervan membalasnya dengan senyuman sebelum kemudian berkata pada Agas. "Kenapa sih? Kayak gak biasa aja."Memang benar begitu. Sebelumnya Ervan selalu masuk tanpa permisi ke ruangan Agas ini dan Agas tidak pernah mempermasalahkannya. Jadi dia agak heran kenapa sekarang Agas marah?Sementara Agas semakin kesal ketika melihat wajah tanpa dosanya Ervan. Namun dia terlalu malas menjelaskan alasan dia kesal."Aldi, lakukan apa yang tadi saya minta," kata Agas pada Aldi dan langsung dijawab dengan anggukan mantap."Baik Pak. Kalau begitu saya balik ke meja saya," kata Aldi kemudian meninggalkan ruangan.Baru setelah itu Agas dan Ervan kembali bicara dengan nada santai."Tadi ngomongin apa?" tanya Ervan yang kepo."Soal penyelidikan N
Read more
Bab 73
"Saya ada acara penting," jawab Agas meskipun dia malas mengatakannya.Tanpa menunggu jawaban dari orang yang ada di depannya, Agas menggandeng Bima melewati orang tersebut."Kamu mau ke acara apa? Aku ikut."Agas tidak mempedulikannya dan terus berjalan bersama Bima."Agas!!!"sentak orang itu yang tidak lain adalah istrinya sendiri, Riri.Agas dan Bima sudah sampai di garasi. Mereka langsung memasuki SUV Hitam milik Agas. Saat mereka berniat pergi, tiba-tiba Riri masuk ke dalam mobil dan ikut duduk di sebelah Agas."Ngapain kamu masuk ke mobil saya?" tanya Agas merasa kesal. "Keluar!"Riri tidak ambil pusing dengan kemarahan Agas dan hanya bersandar dengan santai seolah-olah tidak melihat tatapan tajam dari Agas."Pa, apa mama boleh ikut kita?" tanya Bima dengan ekspresi penuh harap sambil mencuri pandang ke arah Riri yang sama sekali tidak peduli pada anaknya sendiri.Agas membuang napas agak kasar. Dia tidak bisa menolak Bima, akhirnya setuju kalau Riri ikut dengan mereka. Diam-dia
Read more
Bab 74
Ibu Ervan sampai tersedak mendengar penuturan gadis yang baru datang ini. Dia ingat pernah melihatnya di suatu tempat tapi tidak terlalu ingat di mana itu. Mau tidak mau dia melihat pada putranya dengan tatapan bertanya seolah sedang berkata, "Apa dia benar calon istrimu?"Rupanya Ervan melihat tatapan ibunya tersebut dan membalasnya dengan gelengan kepala sebagai tanda kalau dirinya tidak tahu menahu soal itu."Maaf, lo itu siapa ya?" Pada akhirnya Ervan bertanya.Nadia yang tadinya tercengang, tidak bisa menahan tawanya ketika Ervan bertanya seperti itu. Apalagi saat melihat wajah gadis itu yang seperti tertampar kenyataan. Tawa Nadia jadi semakin kencang.Indah merasa malu karena putrinya tidak bisa menahan sikapnya dan memutuskan untuk keluar dari ruangan persiapan itu."Kita keluar dulu ya, Jeng."Indah memimpin keluarganya keluar dari sana dan bergabung dengan orang lain yang juga datang ke pesta juga."Sepertinya temanmu bakalan melepas status lajangnya, Gas."Agas hanya bersen
Read more
Bab 75
Laki-laki itu memandang gadis yang sedang menatapnya bingung. Segera memperkenalkan diri. "Saya Satria, kamu namanya siapa?"Gadis yang ditanya bukannya menjawab malah diam saja. Satria kembali bertanya pada gadis itu. "Boleh saya tahu siapa namamu?"Kali ini pertanyaan Satria dijawab, "Nara ...."Jawaban yang singkat. Satria tidak mempermasalahkannya. Dia pikir mungkin Nara ini baru saja sadar dari komanya sehingga masih linglung. Kemudian Satria pun memanggil suster untuk memberitahukan soal Nara yang siuman.Tidak sampai lima menit, Satria kembali lagi bersama dengan suster dan juga dokter yang kebetulan sedang berada bersama suster saat Satria mencarinya.Satria membiarkan dokter mengecek keadaan Nara tanpa berniat menyela ataupun menganggunya. Kemudian setelah selesai, Satria baru menanyakan keadaannya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Satria."Kondisi sudah membaik tapi masih belum stabil," jawab dokter tersebut.Setelah itu dokter dan suster itu pergi meninggalkan ruangan. Se
Read more
Bab 76
Bukan Ervan saja yang berekspresi terkejut seperti itu, Agas juga menampilkan keterkejutan yang sama di wajahnya. Sama sekali tidak mengira kalau adiknya akan mengatakan hal itu."Apa maksud lo apa sih, Nad?" tanya Ervan merasa heran."Seperti yang tadi gue bilang. Ayo kita pacaran aja," jawab Nadia tanpa merasa kalau dirinya melakukan hal salah.Ervan mengerutkan dahi sambil memijatnya karena pusing dengan kelakuan Nadia. Sementara Agas juga sama tidak tahannya seperti Ervan dengan tingkah Nadia."Nadia, jangan becanda deh," ujar Agas menegur adiknya itu.Namun Nadia sama sekali tidak peduli dan tampak sangat percaya diri. "Bukannya lo bilang terganggu sama cewek itu? Solusinya lo tunjukin ke dia kalau lo udah punya cewek dengan begitu dia gak bakal gangguin lo lagi."Ervan memandang Nadia dengan cengo. Tidak habis pikir pada Nadia yang mengusulkan ide seperti itu.Tapi setelah dipikir-pikir lagi, Ervan merasa ide Nadia cukup bagus juga. Ketika menyadari pikirannya itu, Ervan buru-bu
Read more
Bab 77
Satria tersentak ketika mendengar seseorang berteriak padanya dan refleks menoleh ke sumber suara, lalu mendapati seorang wanita sedang memandangnya dengan berkacak pinggang."Mbak Risa?" ujar Satria dengan kaget.Perempuan di hadapannya sekarang, tidak lain merupakan kakak sepupu Satria dari pihak ayah. Namanya Risa Nadira, yang dua tahun lebih tua darinya."Siapa dia, Satria?" tanya Risa dengan wajah serius. "Kenapa kamu bisa berurusan sama orang tidak waras seperti dia?!"Pupil mata Satria sedikit melebar. Dia tidak menyangka kakak sepupu tahu soal Nara. Padahal Satria tidak pernah menceritakan kepada siapapun soal Nara. Bahkan pada kedua orang tuanya sendiri.Jadi tidak heran kalau sekarang Satria merasa bingung kenapa kakak sepupunya bisa tahu. Satria memijat dahinya yang terasa pusing. Baru saja dia akan menberikan tanggapan, tiba-tiba Nara berteriak pada Risa dengan mata melotot. "Gue enggak gila! Lo aja yang gila!"Risa yang diteriaki gila oleh orang yang dianggapnya gila, ten
Read more
Bab 78
Satria tidak langsung pulang dulu. Dia menunggu kondisi Nara tenang. Baru dia berani meninggalkannya.Satria kembali ke rumah sesuai perintah ibunya. Saat memasuki rumahnya, dia melihat ibunya sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Risa. Melihat kehadiran sepupunya, Satria memiliki firasat kalau Risa telah mengadu pada ibunya."Duduk dulu, Satria," kata ibunya.Tanpa bicara, Satria menurutinya dan duduk di hadapan ibunya. Meskipun dia punya tebakan apa yang ingin dibicarakan oleh sang ibu, Satria tetap tenang dan membiarkan ibunya bicara lebih dulu. Kehadiran Risa tidak Satria pedulikan, bahkan dia pun tidak melirik ke arah sepupunya seolah menganggap Risa tidak ada."Kata Risa, kamu punya hubungan dengan perempuan asing yang sedang terganggu kejiwaannya?" tanya ibunya Satria langsung ke pokok pembicaraan.Tanpa mengelak, Satria mengangguk membenarkan. Satria melirik ibunya untuk melihat ekspresinya. Ternyata tidak semarah yang dia kira. Ibunya tampak tenang dan tidak meledak-mele
Read more
Bab 79
Satria langsung pamit pada ibunya kemudian kembali ke rumah sakit. Sepanjang jalan Satria tidak bisa berhenti merasa khawatir dan berharap kalau tidak akan terjadi apa-apa pada Nara.Setelah sampai di rumah sakit, Satria diberitahu kalau Nara telah ditemukan di rooftop rumah sakit. Satria akhirnya bisa bernapas lega."Gimana kondisi Nara, suster?" tanya Satria pada seorang suster yang sedang mengganti infus Nara ketika Satria tiba di ruang rawat Nara."Sudah stabil, Mas."Satria berbincang-bincang sebentar sebentar dengan suster itu sebelum akhirnya ditinggal berdua dengan Nara karena suster itu kembali melanjutkan pekerjaannya."Cepat sembuh, Nara," gumam Satria sambil menatap wajah tertidur Nara.~~~"Jadi ...?" Agas bertanya dengan muka takjub. "Lo pacaran sama adek gue?"Ervan sedikit grogi melihat tatapan dari Agas. Dengan suara terbata-bata, dia membalasnya, "Cuma pura-pura.""Pura-pura?" kata Agas dengan alis bertautan. "Maksudnya lo mau main-main sama adek gue?"Ervan langsung
Read more
Bab 80
Teriakan Nara membangunkan Satria dari tidurnya. Dia pikir teriakan itu hanya berasal dari mimpinya. Nyatanya bukan.Apa yang membuat Nara berteriak bukan karena mengalami mimpi buruk melainkan karena kehadiran seorang perempuan yang sangat Satria kenal.Mantan pacar Satria yang sempat disebut oleh Risa, yaitu Riska."Kenapa lo ada di sini, Riska?" tanya Satria dengan bingung.Riska yang sedang memegang bantal sontak menoleh ke arah Satria yang telah terbangun. Untuk sesaat dia tidak bisa mengatakan apapun."Gue ...." Riska tampak sangat gugup dan tidak berani bicara.Sementara itu Nara tidak mempedulikan suasana hati Riska sama sekali. Dia dengan langsung memarahi Satria sebagai pelampiasan kekesalannya pada Riska."Dasar pembohong! Bukannya sebelumnya kamu sudah janji gak akan bawa orang jahat lagi kesini?" ujar Nara dengan tatapan menuduh pada Satria."Kemarin sudah gak ke sini, sekarang kamu bawa orang jahat lain?"Kali ini Riska yang terkejut. "Orang jahat apa?! Gue bukan orang ja
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status