"Kamu itu Nara Santika, kan? Yang pernah bakar tenda panitia pas kemah SMP?" Pertanyaan blak-blakan dari Agas, teman SMP Nara dulu, mengawali pertemuan kembali dua teman lama yang dulu sempat mempunyai pengalaman kurang menyenangkan. Namun kini Agas telah menjadi CEO perusahaan besar sementara Nara hanya bekerja sebagai pegawai kecil di perusahaan yang Agas pimpin. Bagaimanakah kisah dua teman yang berbeda nasib itu?
Lihat lebih banyak"Agas ...." Dua orang yang ada di hadapannya tampak panik setelah dipergoki oleh Agas sedang berciuman."Ini ... Gue ... Eh, itu ...." Ervan mencoba menjelaskan tapi karena terlalu panik, dia tidak bisa mengatakannya dengan jelas.Sementara ekspresi Agas sudah dingin sejak tadi. Mungkin ini pula yang membuat Ervan kehilangan ketenangannya. Sedangkan Nadia sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan apa yang baru saja dia lakukan. "Biasa aja kali kak. Kayak gak pernah ciuman aja," celetuk Nadia dengan santai.Wajah Agas jadi semakin gelap mendengar ucapan Nadia yang terkesan tidak peduli. Tanpa kata, dia membawa putranya pergi karena merasa tidak perlu berbicara lebih lanjut padanya.Namun Ervan justru menjadi panik karenanya. Dia mengabaikan Nadia dan berjalan mengejar Agas."Tunggu dulu, Gas. Gue bisa jelasin ...."Sementara Bima yang sedang digendong oleh ayahnya tampak bingung dengan suasana aneh yang sedang terjadi. Dengan penuh minat, dia menatap bolak-balik antara ayahnya d
Teriakan Nara membangunkan Satria dari tidurnya. Dia pikir teriakan itu hanya berasal dari mimpinya. Nyatanya bukan.Apa yang membuat Nara berteriak bukan karena mengalami mimpi buruk melainkan karena kehadiran seorang perempuan yang sangat Satria kenal.Mantan pacar Satria yang sempat disebut oleh Risa, yaitu Riska."Kenapa lo ada di sini, Riska?" tanya Satria dengan bingung.Riska yang sedang memegang bantal sontak menoleh ke arah Satria yang telah terbangun. Untuk sesaat dia tidak bisa mengatakan apapun."Gue ...." Riska tampak sangat gugup dan tidak berani bicara.Sementara itu Nara tidak mempedulikan suasana hati Riska sama sekali. Dia dengan langsung memarahi Satria sebagai pelampiasan kekesalannya pada Riska."Dasar pembohong! Bukannya sebelumnya kamu sudah janji gak akan bawa orang jahat lagi kesini?" ujar Nara dengan tatapan menuduh pada Satria."Kemarin sudah gak ke sini, sekarang kamu bawa orang jahat lain?"Kali ini Riska yang terkejut. "Orang jahat apa?! Gue bukan orang ja
Satria langsung pamit pada ibunya kemudian kembali ke rumah sakit. Sepanjang jalan Satria tidak bisa berhenti merasa khawatir dan berharap kalau tidak akan terjadi apa-apa pada Nara.Setelah sampai di rumah sakit, Satria diberitahu kalau Nara telah ditemukan di rooftop rumah sakit. Satria akhirnya bisa bernapas lega."Gimana kondisi Nara, suster?" tanya Satria pada seorang suster yang sedang mengganti infus Nara ketika Satria tiba di ruang rawat Nara."Sudah stabil, Mas."Satria berbincang-bincang sebentar sebentar dengan suster itu sebelum akhirnya ditinggal berdua dengan Nara karena suster itu kembali melanjutkan pekerjaannya."Cepat sembuh, Nara," gumam Satria sambil menatap wajah tertidur Nara.~~~"Jadi ...?" Agas bertanya dengan muka takjub. "Lo pacaran sama adek gue?"Ervan sedikit grogi melihat tatapan dari Agas. Dengan suara terbata-bata, dia membalasnya, "Cuma pura-pura.""Pura-pura?" kata Agas dengan alis bertautan. "Maksudnya lo mau main-main sama adek gue?"Ervan langsung
Satria tidak langsung pulang dulu. Dia menunggu kondisi Nara tenang. Baru dia berani meninggalkannya.Satria kembali ke rumah sesuai perintah ibunya. Saat memasuki rumahnya, dia melihat ibunya sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Risa. Melihat kehadiran sepupunya, Satria memiliki firasat kalau Risa telah mengadu pada ibunya."Duduk dulu, Satria," kata ibunya.Tanpa bicara, Satria menurutinya dan duduk di hadapan ibunya. Meskipun dia punya tebakan apa yang ingin dibicarakan oleh sang ibu, Satria tetap tenang dan membiarkan ibunya bicara lebih dulu. Kehadiran Risa tidak Satria pedulikan, bahkan dia pun tidak melirik ke arah sepupunya seolah menganggap Risa tidak ada."Kata Risa, kamu punya hubungan dengan perempuan asing yang sedang terganggu kejiwaannya?" tanya ibunya Satria langsung ke pokok pembicaraan.Tanpa mengelak, Satria mengangguk membenarkan. Satria melirik ibunya untuk melihat ekspresinya. Ternyata tidak semarah yang dia kira. Ibunya tampak tenang dan tidak meledak-mele
Satria tersentak ketika mendengar seseorang berteriak padanya dan refleks menoleh ke sumber suara, lalu mendapati seorang wanita sedang memandangnya dengan berkacak pinggang."Mbak Risa?" ujar Satria dengan kaget.Perempuan di hadapannya sekarang, tidak lain merupakan kakak sepupu Satria dari pihak ayah. Namanya Risa Nadira, yang dua tahun lebih tua darinya."Siapa dia, Satria?" tanya Risa dengan wajah serius. "Kenapa kamu bisa berurusan sama orang tidak waras seperti dia?!"Pupil mata Satria sedikit melebar. Dia tidak menyangka kakak sepupu tahu soal Nara. Padahal Satria tidak pernah menceritakan kepada siapapun soal Nara. Bahkan pada kedua orang tuanya sendiri.Jadi tidak heran kalau sekarang Satria merasa bingung kenapa kakak sepupunya bisa tahu. Satria memijat dahinya yang terasa pusing. Baru saja dia akan menberikan tanggapan, tiba-tiba Nara berteriak pada Risa dengan mata melotot. "Gue enggak gila! Lo aja yang gila!"Risa yang diteriaki gila oleh orang yang dianggapnya gila, ten
Bukan Ervan saja yang berekspresi terkejut seperti itu, Agas juga menampilkan keterkejutan yang sama di wajahnya. Sama sekali tidak mengira kalau adiknya akan mengatakan hal itu."Apa maksud lo apa sih, Nad?" tanya Ervan merasa heran."Seperti yang tadi gue bilang. Ayo kita pacaran aja," jawab Nadia tanpa merasa kalau dirinya melakukan hal salah.Ervan mengerutkan dahi sambil memijatnya karena pusing dengan kelakuan Nadia. Sementara Agas juga sama tidak tahannya seperti Ervan dengan tingkah Nadia."Nadia, jangan becanda deh," ujar Agas menegur adiknya itu.Namun Nadia sama sekali tidak peduli dan tampak sangat percaya diri. "Bukannya lo bilang terganggu sama cewek itu? Solusinya lo tunjukin ke dia kalau lo udah punya cewek dengan begitu dia gak bakal gangguin lo lagi."Ervan memandang Nadia dengan cengo. Tidak habis pikir pada Nadia yang mengusulkan ide seperti itu.Tapi setelah dipikir-pikir lagi, Ervan merasa ide Nadia cukup bagus juga. Ketika menyadari pikirannya itu, Ervan buru-bu
Laki-laki itu memandang gadis yang sedang menatapnya bingung. Segera memperkenalkan diri. "Saya Satria, kamu namanya siapa?"Gadis yang ditanya bukannya menjawab malah diam saja. Satria kembali bertanya pada gadis itu. "Boleh saya tahu siapa namamu?"Kali ini pertanyaan Satria dijawab, "Nara ...."Jawaban yang singkat. Satria tidak mempermasalahkannya. Dia pikir mungkin Nara ini baru saja sadar dari komanya sehingga masih linglung. Kemudian Satria pun memanggil suster untuk memberitahukan soal Nara yang siuman.Tidak sampai lima menit, Satria kembali lagi bersama dengan suster dan juga dokter yang kebetulan sedang berada bersama suster saat Satria mencarinya.Satria membiarkan dokter mengecek keadaan Nara tanpa berniat menyela ataupun menganggunya. Kemudian setelah selesai, Satria baru menanyakan keadaannya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Satria."Kondisi sudah membaik tapi masih belum stabil," jawab dokter tersebut.Setelah itu dokter dan suster itu pergi meninggalkan ruangan. Se
Ibu Ervan sampai tersedak mendengar penuturan gadis yang baru datang ini. Dia ingat pernah melihatnya di suatu tempat tapi tidak terlalu ingat di mana itu. Mau tidak mau dia melihat pada putranya dengan tatapan bertanya seolah sedang berkata, "Apa dia benar calon istrimu?"Rupanya Ervan melihat tatapan ibunya tersebut dan membalasnya dengan gelengan kepala sebagai tanda kalau dirinya tidak tahu menahu soal itu."Maaf, lo itu siapa ya?" Pada akhirnya Ervan bertanya.Nadia yang tadinya tercengang, tidak bisa menahan tawanya ketika Ervan bertanya seperti itu. Apalagi saat melihat wajah gadis itu yang seperti tertampar kenyataan. Tawa Nadia jadi semakin kencang.Indah merasa malu karena putrinya tidak bisa menahan sikapnya dan memutuskan untuk keluar dari ruangan persiapan itu."Kita keluar dulu ya, Jeng."Indah memimpin keluarganya keluar dari sana dan bergabung dengan orang lain yang juga datang ke pesta juga."Sepertinya temanmu bakalan melepas status lajangnya, Gas."Agas hanya bersen
"Saya ada acara penting," jawab Agas meskipun dia malas mengatakannya.Tanpa menunggu jawaban dari orang yang ada di depannya, Agas menggandeng Bima melewati orang tersebut."Kamu mau ke acara apa? Aku ikut."Agas tidak mempedulikannya dan terus berjalan bersama Bima."Agas!!!"sentak orang itu yang tidak lain adalah istrinya sendiri, Riri.Agas dan Bima sudah sampai di garasi. Mereka langsung memasuki SUV Hitam milik Agas. Saat mereka berniat pergi, tiba-tiba Riri masuk ke dalam mobil dan ikut duduk di sebelah Agas."Ngapain kamu masuk ke mobil saya?" tanya Agas merasa kesal. "Keluar!"Riri tidak ambil pusing dengan kemarahan Agas dan hanya bersandar dengan santai seolah-olah tidak melihat tatapan tajam dari Agas."Pa, apa mama boleh ikut kita?" tanya Bima dengan ekspresi penuh harap sambil mencuri pandang ke arah Riri yang sama sekali tidak peduli pada anaknya sendiri.Agas membuang napas agak kasar. Dia tidak bisa menolak Bima, akhirnya setuju kalau Riri ikut dengan mereka. Diam-dia
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.