All Chapters of THE ISLAND : I'M IN LOVE: Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
BAB. 31 Berdansa Ria Di Penghujung Malam
Langit malam semakin dipenuhi bintang-bintang yang berkilauan. Cahaya bulan yang terang memancar ke bumi, menambah keindahan momen tersebut. Edu dan teman-temannya terus berkumpul sambil bernyanyi, menikmati kebersamaan di bawah langit yang penuh dengan keajaiban.Mereka tertawa dan bercanda, mengisi malam dengan keceriaan. Api unggun yang berkobar semakin tinggi, memberikan cahaya dan kehangatan yang menyenangkan. Edu terus memainkan ukulele dengan penuh semangat, mengiringi kegembiraan teman-temannya.Malam semakin larut, namun semangat para pemuda dan pemudi itu tidak surut. Mereka terus saja bernyanyi dengan gembira, menciptakan kenangan yang takkan terlupakan. Edu dengan penuh kegembiraan menikmati momen tersebut, merasa bahagia bisa berbagi keahliannya dalam bermain musik dengan teman-temannya.“Kalian mau menyanyikan lagu apa lagi? Aku pasti akan mengiringinya dengan ukulele kesayanganku, ini!” tawar Edu kepada semuanya.“Edu, bisakah kamu mainkan lagu Petualangan, dari Fiersa
Read more
BAB. 32 Semua Orang Merasa Lelah
Malam semakin larut dan udara semakin dingin. Setelah beberapa jam yang penuh tawa dan keceriaan, akhirnya acara api unggun dan bakar ikan selesai juga. Edu, Hezki, Ronald, Lia, Mira, dan Sera duduk bersama di sekitar api unggun yang mulai meredup. Mereka masih bisa merasakan kehangatan yang tersisa dari bara api yang menyala-nyala.Dalam keheningan malam, setiap orang merasa begitu bahagia. Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka yang lelah namun penuh dengan kenangan indah. Semuanya saling berbagi cerita dan tawa, mengenang momen-momen yang telah mereka lewati bersama. Api unggun telah menjadi saksi bisu dari kebersamaan para pemuda dan para pemudi itu.Saat ini, kelelahan mulai merasuki tubuh mereka. Mata setiap orang terlihat semakin berat rasa kantuk pun mulai menyerang. Mereka merasakan kehangatan tidur yang menghampiri. Udara malam yang sejuk membuat mereka semakin mengantuk. Suara deburan ombak di kejauhan menambah ketenangan dan kenyamanan suasana.Ronald menguap panjang
Read more
BAB. 33 Rencana Misterius Ronald Dan Hezki
Dini hari pun telah tiba, suara deburan ombak semakin terdengar jelas. Hezki yang sedang bertugas jaga, merasa ada yang berbeda dengan suara ombak itu. Dia berdiri dan sedikit melangkah lebih dekat ke arah tepi pantai, mencoba melihat kondisi laut dengan lebih jelas.Di bawah sinar bulan yang masih terang, Hezki bisa melihat gelombang laut yang semakin besar. Dia bisa merasakan kekuatan alam yang begitu dahsyat, membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Pria itu berdiri tegap, menatap laut yang semakin liar dengan tatapan tajam.Gelombang laut semakin besar dan tinggi, mencapai ketinggian hampir tujuh meter. Hezki bisa melihat puncak gelombang yang putih bersih, seolah-olah menantangnya untuk berani menghadapinya. Sang pria merasa takjub, tapi juga merasa takut. Dia tahu, bahwa mereka harus segera meninggalkan tepi pantai.“Wah, gelombang laut di pulau ini begitu sangat tinggi! Sangat cocok untuk bermain surfing!” gumamnya dalam hati. Namun saat ini bukan lah waktu yang tepat untuk
Read more
BAB. 34 Cara Mendekati Ketiga Gadis
Setelah puas menertawakan Edu, temannya yang memiliki otak polos. Hezki pun berkata lagi,“Jelasin lebih detail, Nald! “Tunggu sebentar!” sahut Edu tiba-tiba.“Jika kalian ngomongnya masih mutar-mutar, jangan salahkan aku jika aku akan melemparkannya kalian berdua ke laut. Biar dimakan ikan hiu sekalian!” Kali ini sepertinya Edu bersungguh-sungguh dengan perkataannya.Hezki dan Ronald seketika menjadi gentar mendengar ancaman Edu kepada mereka. Ronald pun segera angkat bicara,“Yaelah, Bro! Begitu saja kamu sudah emosi? He-he-he.”“Yaiyalah, kalian ngomongnya seperti itu!” ujar Edu yang masih kesal.“He-he-he. Ya sudah maaf, Bro!” tutur Hezki.“Makanya kamu serius ngomongnya, Nald!” ujarnya lagi.“Ha-ha-ha! Baiklah, Ki. Aku akan ngomong serius kali ini. Dengar baik-baik, Bro Edu.” tukas Ronald dengan wajah serius.“Jadi begini, Bro. Mengingat situasi dan kondisi pulau ini yang sepertinya sangat terasing dengan dunia luar. Maka dari itu, kita perlu membangun peradaban baru di sini. U
Read more
BAB. 35 Dihempas Ombak Besar
Di dalam kamar, tepatnya di atas kapal.Lia terbangun. Dia mulai merasakan guncangan demi guncangan saat ini. Gadis itu berpikir jika kapal yang mereka tempati sekarang sedang diterpa oleh ombak yang besar dan kencang.“Kenapa kapalnya terguncang-guncang begini?” gumamnya dalam hati.Lalu tiba-tiba Mira juga terbangun dan melihat jika sang sahabat, Lia telah lebih dulu bangun. Dia melihat sahabatnya itu sedang duduk sambil berpegangan di salah satu tiang besi di dalam kamar itu.Mira pun ikut duduk dan mulai mencari pegangan agar dirinya tidak terjatuh karena guncangan ombak yang sangat besar. Dia pun menatap ke arah Lia yang menunjukkan wajah penuh kecemasan saat ini. Sembari berkata,“Lia, kenapa kapal ini berguncang lagi? Apakah kita telah kembali berlayar di tengah lautan?” tanya Mira sedikit merasa takut jika mereka kembali merasakan amukan badai laut yang sangat besar saat ini.“Aku juga kurang tahu, Lia. Semoga saja tidak.” Gadis itu pun melirik arloji di pergelangan tangan kir
Read more
BAB. 36 Menikmati Matahari Terbit
Hari mulai merekah, menampakkan cahaya fajar yang berangsur-angsur menerangi Pulau Asu. Ombak yang tadinya berkecamuk dengan keganasan, menciptakan dinding air laut setinggi tujuh meter, kini mulai mereda. Suara gemuruhnya yang tadinya menggema seperti guntur, sekarang telah berubah menjadi desiran lembut yang membelai pantai.Lia, Sera, Mira, Edu, Ronald, dan Rahez, mereka berenam, yang sebelumnya berada dalam cengkeraman ketakutan, kini mulai merasa tenang. Wajah mereka yang tadinya pucat pasi, sekarang telah kembali berwarna. Mata mereka yang sebelumnya penuh dengan kecemasan, kini berbinar dengan harapan.“Syukur banget ombak besar telah hilang!” celutuk Sera senang.“Ya, Sera. Pulau ini ternyata memiliki ombak yang sangat tinggi,” tukas Ronald, menjawab perkataan gadis itu.“Lain kali, kita harus hati-hati. Ombak besar bisa saja kembali akan menerjang!” tutur Hezki, yang dibalas anggukan oleh teman-temannya yang lain.Mereka berenam lalu duduk di tepi pantai, menatap ombak yang k
Read more
BAB. 37 Memasak Bersama
Keenamnya tetap berdiri di tepi pantai, dan masih terpesona oleh keindahan matahari terbit. Semua merasakan keajaiban alam yang begitu besar, dan bersyukur karena mereka bisa menyaksikan momen ini. Setiap orang merasa seperti sedang berada di tempat yang istimewa, di mana keindahan alam semesta terungkap dengan begitu jelas.Matahari terbit di Pulau Asu adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi Lia, Sera, Mira, Edu, Ronald, dan Hezki. Mereka merasa seperti sedang menyaksikan keajaiban yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mereka merasa terhubung dengan alam semesta, dan merasa hidup dengan penuh makna.“Semoga kita dapat mengawali hari ini dengan baik, Guys!” timpal Hezki.“Amin,” sahut semua orang serentak.Matahari terus naik ke atas langit, menerangi Pulau Asu dengan sinarnya yang hangat. Lia, Sera, Mira, Edu, Ronald, dan Hezki, mereka berenam, tetap berdiri di tepi pantai, menikmati momen yang indah ini. Semuanya merasa terinspirasi dan penuh semangat untuk menjalani har
Read more
BAB. 38 Momen Berenang Di Laut
Sementara menunggu sarapan matang, yang sedang dimasak oleh Lia dan Edu. Hezki pun mengajak teman-temannya yang lain untuk membersihkan area pantai.Pagi itu, pantai tampak sedikit porak poranda. Ombak yang besar dan tinggi tadi malam, telah meninggalkan jejaknya berupa ranting-ranting kayu dan sampah yang tersebar di sepanjang pantai. Namun, suasana pagi itu tidak sepi. Mira, Hezki, Sera, dan Ronald sedang berada di pantai. Mereka sedang sibuk membersihkan pantai dari ranting-ranting kayu dan sampah yang tersebar.Mira dan Hezki membentuk satu tim, sedangkan Sera dan Ronald menjadi tim yang lain. Mereka berempat bergerak cepat dan efisien. Mira dan Hezki fokus pada bagian timur pantai, sedangkan Sera dan Ronald mengambil bagian barat.Pengaturan tim sengaja dibuat oleh kedua pria tersebut, agar mereka berdua dapat lebih mengenal para gadis favoritnya.“Kerja bagus, Bro!” bisik Ronald di telinga Hezki, sahabatnya.“Iya, dong! Kita harus bisa selalu menggunakan kesempatan yang ada!” He
Read more
BAB. 39 Kebersamaan Yang Tak Terlupakan
Lia, Sera, Mira, Edu, Ronald, dan Hezki masih terlihat sedang berenang dengan riang di perairan Pulau Asu. Mereka tampak menikmati kesegaran air laut yang masih terasa hangat oleh sinar matahari pagi. Cahaya matahari yang masih lembut menerpa permukaan air, menciptakan kilauan berlian yang bergerak-gerak di permukaan laut. Langit biru yang cerah dan bebas awan menjadi latar belakang sempurna untuk pemandangan yang begitu memesona.“Guys, udara pagi ini begitu sejuk!” ujar Sera senang.“Benar banget, Sera. Air lautnya juga membuat kita sangat nyaman untuk berenang!” sergah Mira.“Tempat ini benar-benar pulau impian, Guys!” tutur Lia.“Setuju!” celutuk kedua temannya.Lia, dengan rambut panjangnya yang tergerai, tampak berenang dengan lembut dan anggun. Dia terlihat menikmati setiap tetesan air laut yang membasahi kulitnya. Sera, yang lebih energik, tampak berenang cepat dan lincah, sesekali membuat percikan air yang indah.Mira, dengan gaya renangnya yang tenang dan terkontrol, tampak
Read more
BAB. 40 Serangan Kera-kera Liar
Setelah menikmati sarapan, Hezki, Edu, dan Ronald pun berdiri. Mereka menatap teman-temannya yang lain dengan wajah serius. Lalu kemudian Hezki mengumumkan bahwa mereka perlu melakukan rapat penting.“Guys, karena kita telah selesai sarapan. Maka saatnya kita akan rapat penting pagi ini,” ujar Hezki mengawali pembicaraan. Hezki, Edu, dan Ronald telah merencanakan hal ini. Para pria tahu bahwa mereka perlu membuat pemukiman bagi semua orang yang terdampar di Pulau Asu.“Wah, rapat apa nih? Kok aku jadi penasaran, ya?” tanya Sera kepada para pria. Namun sorot matanya menatap ke arah Ronald.Seolah-olah menyadari rasa ingin tahu dari Sera. Ronald pun berkata,“Bisa dikatakan rapat ini sangat penting untuk keberlanjutan hidup kita di pulau ini,” serunya menjelaskan.“Ternyata tentang sesuatu yang sangat penting, rupanya?” tanya Mira.“Ya begitulah, kira-kira.” Edu menyahut dengan tersenyum ke arah Lia.“Sepertinya rapat ini sangat penting, kami akan berpartisipasi dengan baik. Mari, kita
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status