All Chapters of Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha : Chapter 31 - Chapter 40
55 Chapters
Bab 31
Aku hampir tak percaya mendengarnya. Kalau Rina bekerja sebagai sekretarisnya Pak Bastian, sudah pasti mereka berdua akan bertemu setiap hari. Mendengar ini hatiku langsung berkata lain. Ada sesuatu yang tak beres di antara mereka berdua. "Rina kerja di sini sebagai sekretaris Bapak? Haha... Itu nggak bisa Pak Bastian! Rina ini cuma lulusan SMA biasa, nggak punya keahlian khusus. Jadi, kurasa sangat tidak layak bagi perusahaan untuk menerima pekerja yang berpendidikan rendah. Ini akan memperburuk citra perusahaan itu sendiri, Pak!"Serta merta Aku mengeluarkan pendapat. Sebenarnya aku tak masalah bila Rina bekerja di sini, karena dengan begitu Aku punya kesempatan setiap hari untuk menemuinya. Akan tetapi kalau dia bekerja sebagai sekretarisnya Pak Bastian, tentu saja aku tidak bisa terima. Ini bukan pertanda baik. "Aku harap bapak akan berpikir dua kali untuk keputusan yang baru saja bapak. Pekerjaan sekretaris membutuhkan keahlian khusus! Kalau Rina aku tak yakin bisa melakukan tu
Read more
Bab 32
FikaAku terkejut ketika mendengar suara seseorang dari arah luar.Aku kaget ketika melihat sebuah mobil terparkir di depan sana."Siapa itu, Mas?" Aku lekas bertanya pada Mas Ahmad.Mas Ahmad membuka tirai jendela namun keningnya juga ikut berkerut."Kok kayaknya Mas juga nggak kenal,"Hingga akhirnya tiga orang keluar dari dalam mobil. Tatapan mataku terpaku pada seorang laki-laki paruh baya yang berjalan belakangan.Dia kan....Ceklek, tiba-tiba saja pintu rumah terbuka.Aku tentu saja kaget ketika mengetahui ternyata wanita tersebut membuka pintu rumah begitu saja tanpa izin terlebih dahulu."Oh.. Astaga... Maaf," Ibu paruh baya tersebut nampak terkejut ketika bertatapan muka denganku."Maaf, saya kira rumah ini sudah dikosongkan," ibu-ibu itu berkata."Mmmaksudnya!" Aku dan Mas Ahmad sama-sama."Kami sekeluarga akan pindah ke sini minggu depan. Rencananya hari ini kami akan membersihkan setiap ruangan sebelum ditinggali nanti," ucapnya.Aku tentu kaget dong. Begitu juga dengan m
Read more
Bab 33
FikaAku menjemur 2 keranjang pakaian sendirian. Aku harus cepat-cepat menyelesaikannya, sebab di kompor sana sepanci lauk harus segera di aduk agar tidak gosong. Aku memang harus cepat-cepat mengerjakan semua pekerjaan yang membosankan ini. Sebab aku juga ingin membersihkan diriku. Aku sudah tidak tahan rasanya. Tubuh ini terasa lengket dan kotor. Sudah seminggu yang lalu body washku sudah habis. Lulur andalan juga sudah lama tinggal kotaknya saja. Aku tidak boleh membiarkan ini terjadi berlarut-larut. Tubuhku juga butuh nutrisi internal maupun eksternal. Aku berdecak kesal ketika mendapati kulit tangan dan kakiku kering bersisik akibat kekurangan nutrisi perawatan. Rambut juga terasa kusam, karena sejak hampir sebulan ini aku terpaksa harus memakai shampo biasa tanpa conditioner tambahan. Padahal sebelumnya aku tidak pernah memakai shampo untuk kalangan rakyat jelata seperti ini. Tapi apa daya, isi kantong tidak lagi mendukung. Mas Ahmad mulai pelit dan ibunya juga cerewet Masya
Read more
Bab 34
Fika"Fikaaaaa!"Baru saja aku duduk di sofa dan bermaksud untuk menonton televisi, eh si Mak Erot sudah main berteriak aja dari belakang sana."Ya, Buu," jawabku jengkel."Sini, dulu!" Huuuh... Mau tidak mau aku harus menghentikan menonton film favoritku. "Ada apa, Bu?" Aku menghampirinya."Nih ya, ibu ajarin kamu! Piring yang warna putih ini jangan di taruh di sini! Ntar kepake malah cepet kotor!"Ya ampun, kalau nggak mau kepake kenapa di taruh di rak piring, Lampir? Untuk pajangan doang apa?"Terus yang ini nih, nih ayamnya kurang lembut! Kamu masakin lagi sana! Nggak tahu apa kalo gigi ibu suka sakit kalo makan makanan bertekstur keras?"Yaaaaa, harus dimasak lagi? Melelahkan, cukup melelahkan. Disini serasa aku ini dibikin babu. Ingin rasanya aku pulang ke rumah orang tuaku saja. Tapi, apa aku akan menjilat ludahku sendiri setelah apa yang sering kuceritakan pada mereka?Sebenarnya tubuhku lemas, sepertinya kesehatanku sedang menurun. Tetapi perintah Mak Lampir ini tidak b
Read more
Bab 35
"Apa kamu betah kerja di sini, Rin? tanyaku pada Rina."Iya alhamdulillah," Sebenarnya aku tak suka ketika dia mengatakan suka."Tapi kayaknya pekerjaan sebagai sekretaris bukan pekerjaan yang mudah buat kamu, Rin. Kamu tentu repot dan sibuk banget mengurus berbagai macam urusan," ucapku."Yang namanya kerja ya nggak ada yang enak-enakan. Namanya aja cari uang. Kalau cuma mau seneng-seneng bukan kerja namanya. Hidup ini butuh uang, dan uang nggak bakalan datang sendiri tanpa kerja keras!" ucapnya lagi.Tanggapannya cuek sekali. Ia sama sekali tak terlihat peduli, padahal aku sudah berusaha perhatian padanya."Maksud aku bukan kayak gitu, Rin! Aku hanya takut Kamu kecapean terus bisa sakit. Aku cuma khawatir sama kesehatan kamu," terangku kemudian.Dia nampak melengos seakan tidak suka sama apa yang aku katakan. Aduh bagaimana sih cara menarik hati perempuan ini? Apa aku ini terlalu najis buat dia? Padahal aku ini suaminya."Ahmad, kamu nggak perlu mengkhawatirkan keadaan aku sekaran
Read more
Bab 36
"Aku sungguh minta maaf, Pak Bastian!""A... Aku sungguh ... Maaf, maksudku... Aku tidaklah serius dengan ucapanku tadi. Aku hanya salah dalam penyampaian aja," dengan terbata-bata aku berusaha menjelaskan pada sosok yang ada di depanku saat ini.Tapi sedikitpun aku tidak mendengar tanggapan dari Pak Bastian. Sesungguhnya aku takut dia marah dan melakukan sesuatu yang sangat tidak aku inginkan. Aku tak mau dipecat tentunya."Sebenarnya tadi aku hanya ingin membahas masalah rumah tanggaku sama Rina, Pak sungguh!" Kembali aku meyakinkannya.Pak Bastian tetap diam, tapi matanya menyorotiku tajam. Sikapnya membuatku enggan jika harus menatapnya secara langsung. "Tak perlu mengelak lagi, Ahmad! Sesuatu yang sudah terlihat jelas, tidak usah disembunyikan lagi! Fitnahmu sungguh keterlaluan. Kalaupun seandainya niat kamu hanya ingin membahas masalah pribadi seputar rumah tangga kalian, kamu bisa membahasnya dalam ranah pribadi juga. Karena di sini bukan tempat sepantasnya!" Aku tak tahu har
Read more
Bab 37
Aku sudah berulang kali menyarankan padanya untuk lebih memperhatikan tubuh dan merawat. Tapi jangankan untuk merawat, dia malah bilang uang yang aku berikan tak cukup untuk membeli produk pencerah kulit. Dia memang pembangkang betul.Dengan demikian bukankah dialah yang menyebabkan ku mudah sekali kecantol sama Fika? Seperti yang sering orang bilang, ini adalah hukum sebab akibat. Kenapa aku bisa berpaling? Ya karena istri di rumah yang tak bisa memberikan yang terbaik.Benar begitu kan?Di saat saat istri melalaikan kewajibannya, ih ada seorang wanita yang selalu terlihat cantik dipandang mata yang selalu siap siaga melayani kita dalam bentuk apapun, dan dalam kondisi apapun, mana suami mana yang akan sanggup menolak?***RinaAku sebenarnya kerap terganggu dengan Ahmad yang selalu mendekatiku. Padahal dulu mana pernah dia mau dekat-dekat begini. Justru dulu dia bilang malu jika harus mengakuiku sebagai istri di depan teman-temannya. Dan sekarang kenyataan itu jauh berbeda, dia sel
Read more
Bab 38
[Rin, sesuai janji kamu. Kita akan ketemu ketemu hari ini, kan?] Pesanku pada Rina.[Iya, datang aja ke lokasi yang udah aku share ke kamu!]Alhamdulillah... Akhirnya apa yang aku harapkan akhirnya datang juga, akhirnya Rina mau sedikit berbagi dengan tanahnya.Bagaimanapun, aku juga mempunyai hak yang sama dalam memiliki tanah yang ia beli tersebut. Sebab harta yang dibeli dalam suatu pernikahan adalah hak suami istri secara bersama-sama atau sering dibilang dengan harta bersama, tak peduli dari mana uang berasal. Oleh karena itu meskipun ia membeli murni dengan uangnya sendiri, Rina sama sekali tidak bisa mengklaim hanya miliknya seorang diri. Karena selama yang aku tahu, sedikit banyak seorang suami juga mempunyai peran penting atas kenapa seorang Istri bisa membeli sesuatu semisal tanah atau rumah. Pikirkan saja baik-baik, dia bisa mengumpulkan uang yang banyak untuk membeli tanah tersebut, karena aku yang memberi dia uang untuk membeli kebutuhan. Kalau tidak belum tentu jug
Read more
Bab 39
"Rina, aku sungguh nggak bisa kalau tujuan kamu ngajak aku ke sini untuk bercerai!" Aku menegaskan padanya."Kenapa? Apa alasannya?""Masih aja kau tanya apa alasan aku? Ya jelas lah karena aku masih cinta sama kamu!" Entah mau bagaimana lagi aku harus menjelaskan pada Rina. "Kamu bilang masih cinta sama aku? Lalu apa artinya cinta itu sendiri?"Pertanyaan yang diajukan bagiku cukup b*doh."Apa Kamu nggak lihat kalau aku nggak bisa kehilangan kamu? Inilah yang dinamakan cinta!""Iya, itu menurutmu. Sekarang rumah tangga nggak bisa akan berjalan dengan hanya modal kata-kata cinta aja! Apalagi yang cuma nongol dari mulut doang!" ucapnya."Nggak Rin! Tujuan aku kemari bukan untuk membahas ini. Tapi janji kita adalah untuk membahas masalah pembagian tanah kita!" Aku mengingatkannya kembali akan Apa tujuan yang sebenarnya."Ya memang itu termasuk salah satu yang akan kita lakuin dalam pertemuan kali ini, tentu karena kamu terus-menerus menuntut ""Ya, karena aku berhak atas bagianku!"Ri
Read more
Bab 40
"Maaas! Kenapa nggak pulang-pulang? Kamu pergi ke mana aja emangnya? Aku ini sedang hamil mas! Hamil l! apa Mas nggak ngerti!"Fika meratap ke arahku sembari mengeluarkan air mata. Jika seharusnya aku gembira dengan kehamilanya, taoi entahlah rasanya kali ini aku tidak terlalu antusias lagi dengan perkataannya. Pikiranku masih kalut dan kacau. Rina sungguh membuatku seperti hilang arah. Mengapa dia harus memutuskan untuk bercerai coba? Mengapa tak jalani saja rumah tangga ini sebagaimana biasanya?Atau Rina memang sengaja ingin membuatku gila? Dia memang sengaja membuat kewarasanku hilang? Aaaakh!***"Ahmad, kamu harus menerima keputusan hakim. Karena kamu memang tidak berhak atas apapun yang udah aku dapetin selama ini." ujar Rina.Tentu aku tidak bisa terima keputusan itu."Apa kamu emang bener-bener nggak ngerasa kalau aku punya andil dalam hal apapun, Rin?" Aku kembali mencoba bernegosiasi."Jawabanku tidak! Aku berjuang sendiri dan membelinya sendiri dengan uangku sendiri juga
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status