Semua Bab Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha : Bab 41 - Bab 50
55 Bab
Bab 41
RinaAku tengah menunggu grab yang tadi kupesan ketika seseorang menarik kerah bajuku dari belakang. Aku menoleh.Astaga...!"Bu Rasti? Ibu ngapa-ngapain????" Aku terkejut ketika mendapati Bu Rasti ibunya Ahmad. Wanita paruh baya tersebut memelototiku dengan kasar."Kudengar kamu menggugat cerai anakku, haa? Dosa hukumnya seorang istri menggugat cerai!" Ia semakin menarik kerah bajuku, hingga jilbabku juga ikut tertarik. Aku kesal dibuatnya."Tolong yang sopan dikit, Bu Rasti! Di sini bukan tempat ajang tarik-tarikan rambut! Malu ntar dilihat sama orang!" Aku mencoba mengingatkan."Apa peduliku sama orang! Aku nggak ganggu mereka. Jadi aku gak peduli! So sekali kamu sekarang! Kenapa manggil aku dengan panggilan nama? Aku ini mertua kamu, jadi seharusnya kamu panggil aku dengan kata-kata "ibu!""Lho, bukannya ibu dari dulu nggak nganggep aku menantu? Bukannya dulu ibu bilang najis kalo punya menantu kayak aku?" ujarku. Apa yang aku bilang memang apa adanya. Sebab dari dulu dia memang
Baca selengkapnya
Bab 42
Sebelum melangkah pergi, aku berdiri menghadap ke kantor pengadilan agama yang berdiri kokoh di hadapanku. Sebuah kenangan besar terukir pada hari ini. Memori yang sama sekali tidak pernah ku inginkan sebelumnya. Rasanya hari-hariku hancur setelah ini. Rasanya aku tak sanggup melalui masa-masa kedepannya nanti. Ya Rabb....Aku seakan tidak percaya jika ini semua akan terjadi. Aku bahkan tidak pernah menyangka jika pernikahaku dan Rina akan berakhir dengan cara seperti ini. Rina tega menggugat cerai aku, Rina kererlaluan. Setelah sekian lama aku mencoba untuk mempertahankan pernikahanku dengannya, tapi akhirnya semua yang aku usahakan sia-sia belaka. Dia tetap kukuh pada pendiriannya sendiri, tanpa sedikitpun mengindahkan pendapatku.Apa kau merasa hebat karena sudah berhasil menghancurkanku dengan cara seperti ini, Rina??Aku memukul-mukul kepalaku sendiri.***Rina"Keterlaluan kamu Rina! Kamu memang sengaja mau menghancurkan hidup anak laki-lakiku ya? Kamu lihat dia sekarang Ahm
Baca selengkapnya
Bab 43
Aku berdiri mematung ketika menyaksikan Bastian berhenti di depan sebuah pusat perbelanjaan. Di belakangnya Rina melangkah menyusuri langkah kaki Bastian.Emosi di dada ini kian bergemuruh. Istriku sedang berjalan beriringan dengan pria lain. Apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu? Berani-beraninya dia mengajak istriku seperti ini! Apa karena dia seorang manajer hingga merasa berhak melakukan apapun? Aku memberhentikan sepeda motorku di area parkiran yang tersedia. Sudah tak tahan lagi rasanya hati ini untuk mengikuti kemana langkah kaki mereka berjalan. Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan di area perbelanjaan seperti ini? Apa Bastian akan memberikan uang kepada Rina? Aku tidak bisa terima jika Rina mau menerima uang dari pria lain! Dasar perempuan murahan. Seharusnya Rina tahu diri. Jika dia punya harga diri seharusnya dia menolak bepergian dengan laki-laki yang bukan muhrim. Dengan mengendap-endap aku mengintai kedua orang tersebut. Sebenarnya aku ingin melabrak mereka l
Baca selengkapnya
Bab 44
"Maaf aku minta maaf Pak Bastian, bukan maksudku untuk melanggar privasi tapi... Tapi...,""Tapi apa? Kenapa malah nampak gugup?"Ya Tuhan, bagaimana cara aku untuk menjawab pertanyaan Bastian. Laki-laki ini memang terus menekanku. "Aku cuma nggak sengaja aja ketemu sama kalian di sini pak,""Terus apa maksud kamu memvideokan kami?"Ya Rabbb... Pertanyaan macam apalagi ini?"Ma... Maaf, Pak! Tadi... Tadi aku lagi iseng aja ambil video, tapi nggak sengaja ternyata kedapatan sama bapak dan Rina," jawabku."Apa benar begitu?""I.. iya, pak!""Bagaimana kita cek CCTV yang ada di sini?"Astaga, ada-ada saja akalnya laki-laki ini. Ngapain harus mengecek CCTV segala? Kan aku sudah bilang kalau nggak sengaja. "Waduh..., Kayaknya nggak usah, Pak! Soalnya kan aku cuma iseng aja. Udah aku minta maaf atas kejadian ini, sungguh minta maaf. Tolong maafin aku, Pak!" Aku memohon padanya.Mengapa pula harus ke taman segala sih? Kalau begini kan keadaan akan semakin sulit. Aduh, salahku juga tadi ter
Baca selengkapnya
Bab 45
"Alasan dikeluarkan bisa bapak lihat sendiri di surat ini! Dan itu pun tidak bisa ditoleransi lagi! Karena sebelumnya beberapa peringatan telah dirayakan namun Bapak tetap melanggar!"Aku kembali membaca tulisan yang tertera pada surat tersebut.Aku benar-benar terkejut ketika melihat beberapa alasan yang menyebabkan aku dikeluarkan.Mati aku kalau begini!....."Rinaaa! Mana Rina?" Ucapku."Ada masalah apa dengan Rina?" Bastian menatapku.Mengapa dia yang tak suka jika aku menyebut nama Rina? Huuh, "Pak, maaf. Aku sama sekali nggak suka bikin masalah, apalagi keributan! Jadi tolong jangan pecat aku, Pak! Di rumah istriku sedang hamil, aku sedang banyak membutuhkan uang, Pak. Jadi tolong aku!" Kali ini aku memang terpaksa memohon-mohon padanya. Sebab aku tak bisa kehilangan pekerjaan secepat ini. "Lalu apa hubungannya dengan Rina?""Ehmm," aku kelabakan sendiri."Pak, maksudku, apa aku benar-benar akan dikeluarkan dari sini?""Ahmad, kalau surat sudah dikeluarkan, artinya keputusan
Baca selengkapnya
Bab 46
"Apa, Bapak mencintai istri saya?" Aku menatap Pak Bastian dengan tajam. Sejenak aku lupa dengan siapa aku bicara. Habis kata-kata yang dia ucapkan tadi cukup menghujam jantung. Anda bisa bayangkan jika ada laki-laki yang berterus terang mengatakan mencintai istri kalian, tentu kalian akan sangat sakit hati bukan? Nah tentu perasaan itulah yang sedang aku rasakan sekarang. Rasanya harga diriku diinjak-injak di depan mata kepalaku sendiri. "Kenapa nampak tak suka? Apa kamu masih mencintai Rina?"Pertanyaan macam apa yang ditanyakan? G*la sekali, sudah tentu aku masih mencintai Rina. Kalau tidak, tak mungkin aku bisa menahan hati sesakit ini."Iya. Dia istriku! Tentu aku masih mencintainya! Anda tidak boleh sembarangan mencintai istri orang, Pak! Aku suaminya, aku tidak bisa mentolerir pengakuan Bapak tadi!" tegasku."Nggak usah memberi pernyataan yang nggak sesuai kenyataan, Ahmad! Ingat! Kita udah bercerai resmi. Udah nggak ada ikatan apapun diantara kita! Jadi hentikan mengatakan a
Baca selengkapnya
Bab 47
Bab 47 (KBM 43)(Tolong Rin, balas pesan aku! Aku cuma merindukan anak-anak. Demi anak-anak, ayo kita perbaiki hubungan, atau aku akan ambil hak asuh anak-anak? Bagaimana?)Aku sedikit mengembangkan senyum. Saya rasa kalau menyebut masalah anak, Rina pasti tidak bisa berbuat banyak. Soalnya dari dulu Rina mempunyai kedekatan yang sangat akrab dengan amat anak. Dia pasti tidak ingin dipisahkan.Ting!Apa yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Pesan dari Rina.(Kamu mau ambil hak asuh anak? Kalau kamu mampu ambil saja! Apa kamu yakin bisa mengurusnya dengan baik? Kalau yakin ya udah, nanti aku anterin!)Whatt? Dia tak keberatan jika aku mengambil hak asuh anak-anaknya? Mengapa dia tidak merasa takut dengan ancamanku? Malah membalas dengan seenak jidat saja, seperti tidak terbebani dengan isi pesanku.Tapi nanti dulu, Aku akan mencoba untuk mengikuti alur permainannya. Sebab aku yakin ini hanya sikap kepura-puraannya saja. Aku tak yakin dia semudah itu memberi hak asuh anak-anak pada
Baca selengkapnya
Bab 48
Bab 48 (KBM 44)"Tega kamu, Mas!" Hardikku pada Mas Ahmad."Tega kenapa lagi sih?"Lihat dia! Berlagak seperti tak sadar saja terhadap apa yang udah dia lakuin."Pokoknya aku nggak mau lagi kamu berhubungan sama Rina, Mas! Istri kamu sekarang itu aku! Dia hanya mantan! Jadi seharusnya menghargai aku!" Sambil terisak aku terus memohon padanya. "Dari kemarin-kemarin kamu melarang aku untuk kontak sama Rina, memang masalah kamu apa?""Jelas-jelas aku sakit hati, Mas!" hardikku cepat."Sakit hati mulu yang kamu bicarain! Bisa nggak sedikit aja kamu kesampingkan sakit hati kamu! Oke aku sama Rina emang mantan! Tapi aku juga punya anak sama dia! Apa aku salah jika terus menjalin komunikasi sama anak-anak aku?" Sedikitpun dia tidak menunjukkan empati untukku. Bahkan dalam pandanganku dia tetap lebih condong kepada mantan istrinya tersebut. "Tapi kamu nggak bicara sama anak-anak kamu, Mas! Kamu bicara sama Rina! Nggak usah ngeles lagi kamu! Kamu kayak ngejar-ngejar dia terus! Aku nggak suka
Baca selengkapnya
Bab 49
FikaAku mengambil beberapa baju lalu memasukkannya ke dalam koper. Sengaja aku melakukan itu di depan Mas Ahmad. Semoga saja dengan melihatku begini dia benar-benar berpikir kalau aku memang akan pergi meninggalkannya, bukan hanya sekedar ancaman semata. Tapi melihatku melakukan semua ini dia malah diam saja sambil masih sibuk memainkan ponsel. Tidakkah terpikir olehnya untuk mencegahku pergi? Mengapa dia membiarkan saja? Padahal Aku mengharapkan dia memeluk dan menghiburku. Tapi apa yang kulihat sekarang sungguh tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Dia justru semakin cuek dan tak peduli.Bahkan ketika aku membawa koperku keluar, dia masih diam tanpa melakukan apa-apa. Seolah memang benar-benar membiarkanku keluar dari rumah ini begitu saja. Aku terus melangkah meninggalkan Mas Ahmad di kamar, terus melaju hingga pintu depan. Di pintu aku berhenti beberapa saat, tapi apa yang aku tunggu tidak kunjung tiba. Mas Ahmad ternyata tidak mengikutiku. Dia benar-benar membiarkanku per
Baca selengkapnya
Bab 50
"Assalamualaikum"Aku menenggak ludah ketika laki-laki itu benar-benar datang. Bastian, dia benar-benar laki-laki yang nekat. Semula aku akan menyangka dia hanya akan datang seorang diri. Ternyata tidak.Sebab di belakangnya turut serta pula kedua orang tuanya dan. Laki-laki ini benar-benar nekat menemui kedua orang tua dan keluargaku. Semula Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini. Ini benar-benar di luar dugaanku.Dengan sedikit canggung aku mempersilahkan mereka untuk masuk. Sebenarnya aku tak enak dengan keluarganya yang jelas-jelas adalah orang-orang berada. Sedangkan aku adalah seorang perempuan biasa yang kukira tak punya kelebihan yang mencolok. Terlebih dengan statusku, jadi sedikit membuatku malu. Syukurlah kedua orang tuaku cukup baik dalam meladeni pembicaraan mereka. Kedua orang tuaku sama sekali tidak terlihat sanggup, jadi aku tak perlu bicara terlalu banyak. Hanya sesekali saja ketika itu memang diperlukan. Hingga tibalah saatnya mereka berbicara ke topik utama.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status