Semua Bab KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA: Bab 11 - Bab 20
35 Bab
BAB 11
"Papa berangkat dulu sayang." pamit Niko, pada putrinya, yang sedang asik bermain puzzle, bersama Sekar."Iya Papa, hati-hati di jalan ya! Jangan lupa, pulang bawa oleh-oleh." Sekar memainkan tangan Tania, dan menjawab ucapan Niko, seakan Tania lah yang menjawab itu.Niko terkekeh mendengar suara Sekar yang dibuat seperti suara anak-anak itu. "Kalau oleh-oleh sih, palingan kamu yang mau itu!" ucap Niko, terkekeh."Non Tania kok yang pengen." jawab Sekar, tertawa kecil."Oke, nanti dua-duanya aku bawakan, tak perlu malu-malu begitu yang mau berterus terang." ejek Niko, membuat Sekar nyengir.****"Sekar mana Nov? Oma pengen makan bubur buatannya!" ucap Oma, kepada Novi."Ada Oma, dia lagi temani Non Tania di bawah." jawab Novi."Ya sudah, coba kamu suruh dia masak ya, Oma kepengen banget ini." Novi segera turun ke bawah, untuk menyuruh Sekar membuatkan bubur Oma."Sekar!" panggil Novi, saat melihat gadis berkerudung coklat itu, tengah membereskan mainan-mainan milik Tania, yang bers
Baca selengkapnya
BAB 12
"Sakit apa keponakan saya, dokter?" Denis segera menyambut dokter yang memeriksa Tania, begitu keluar dari ruang periksa."Kami masih belum bisa pastikan, perlu melakukan beberapa cek laboratorium, untuk mengetahui penyakitnya.Denis tampak menghela nafasnya kasar. "Apakah penyakitnya berat dokter? kenapa harus cek lab?" tanya pemuda yang hanya mengenakan kaus pendek, dan celana selutut itu, terlihat khawatir."Ada benjolan di leher pasien, tapi kami belum bisa pastikan, benjolan itu karena apa. Besok pagi kami baru bisa melakukan test lab, oleh karena itu, sebaiknya pasien malam ini menginap." jelas dokter, kemudian pergi meninggalkan Denis sendiri.Tak lama, seorang perawat mendatanginya, untuk melengkapi administrasi."Pasien mau di rawat di ruang apa Mas?" tanya perawat itu."Masukkan saja ke ruang VVIP. " jawab Denis, kemudian segera mengeluarkan ponselnya, untuk memberitahu Niko.Setelah beberapa kali melakukan panggilan, akhirnya telpon pun tersambung."Hhhm, ada apa Denis? In
Baca selengkapnya
BAB 13
Hari demi hari, harus di lalui dengan berat oleh Tania, karena ternyata, gadis kecil itu dinyatakan terkena kanker kelenjar getah bening, stadium 4.Sekar sebagai pengasuhnya, merasa tak tega dengan penderitaan gadis cilik itu, yang harus menanggung sakit, yang begitu berat.Hampir setiap hari, Sekar menangis, dan selalu mendoakan yang terbaik, untuk nona kecilnya itu.Semenjak dinyatakan terkena kanker, Tania semakin tak mau lepas dari Sekar, apalagi ia sekarang harus selalu keluar masuk rumah sakit, karena kondisinya yang naik turun. Meski sempat membaik setelah di bawa ke luar negeri oleh Papa dan juga Neneknya, namun kondisinya masih belum stabil.Karena kondisi sang cucu yang sedang sakit, Bu Raya tak lagi memperdulikan kondisi rumah, karena fokus pada cucunya.Hal itu tentu saja sangat menguntungkan bagi Sisil, yang selalu bekerja dengan seenaknya.Novi selaku kepercayaan bu Raya di rumah itu, juga sama sekali tak ia takuti.. Denis yang masih terlalu muda, dan mudah terpengaru
Baca selengkapnya
BAB 14
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, saat mereka berangkat.Karena daerah yang dituju lumayan jauh, Pak Supri meminta ijin, untuk membawa seorang teman lagi, takut ada apa-apa di perjalanan. Jarak tempuh ke daerah Sekar memang cukup jauh, membutuhkan sekitar 5 jam perjalanan. Niko akhirnya duduk di tengah bersama Sekar, dan membiarkan Pak Eko, yang merupakan satpam di rumahnya, duduk di depan, menemani Supri.Sepanjang perjalanan, Sekar hanya terus memandang keluar jendela, dan merapatkan tubuhnya ke pintu. Niko yang melihat tingkah Sekar, hanya dapat tersenyum dikulum."Sebenarnya Ibumu sakit apa?" tanya lelaki bertubuh tinggi kekar itu, melirik ke arah Sekar."Waktu itu kata dokter gagal ginjal, tapi sudah operasi dan berhasil. Kalau yang sekarang, saya juga belum tahu, apa penyakitnya." jawab Sekar, menunduk.Gadis yang biasanya selalu ceria dan sedikit menyebalkan menurut Niko itu, kini tampak murung, dan bermuram durja. "Aku lihat tadi, sepertinya laki-laki yang kamu panggil
Baca selengkapnya
BAB 15
Tak dapat menahan rasa penasarannya, Sekar segera menanyakan kondisi sang ibu."Ibu mana Pak? katanya masuk rumah sakit lagi?" tanya Sekar, tampak tak sabar.Pak Ramli menghela nafasnya kasar.. "Ada di kamarnya Nduk, kamu lihat saja ke dalam, ayo." ajak lelaki paruh baya itu, kemudian bangkit dari duduknya ..Sekar segera menghambur ke kamar ibunya, terlihat di depan matanya, sang ibu yang tampak terbaring lemah, dengan tubuh kurus nya.Air mata gadis berusia 18 tahun itu meluncur begitu saja, dengan derasnya, membasahi pipi putihnya.Pak Ramli kemudian mendekati sang istri, dan duduk di sebelahnya. "Dek, bangun dek..itu anak kita sudah datang." ucap Pak Ramli, membangunkan istrinya, sambil membelai lembut pipi istrinya.Bu Ningrum segera membuka matanya."Ada apa Pak?" tanyanya lirih."Anak kita sudah pulang." Pak Ramli menunjuk ke arah Sekar."Sekar..." panggil wanita paruh baya itu, memanggil putri satu-satunya, dan berusaha bangun, dari tempat tidurnya. Tak dapat membendung ras
Baca selengkapnya
BAB 16
Sekar terbelalak mendengar itu. "Maksudnya mau lihat bagaimana to Juragan?" tanya Sekar ketakutan.Mulyono menyeringai senang, melihat istri mudanya itu, tampak ketakutan."Ya tak lihat dulu sini, beneran merah apa endak?" ucap lelaki ber perut sedikit buncit itu, kembali merangkak di atas kasur besar miliknya, mendekati Sekar."Jangan juragan! biar saya lepas dulu saja, di kamar mandi." seru Sekar, menghentikan gerakan lelaki mesum itu."Tolong juragan, jangan seperti ini, saya malu." ucap Sekar dengan suara gemetar."Ckk, terus kapan aku boleh melihatnya?" decak Mulyono kesal."Eng, itu, besok saja kalau sudah bersih Juragan, sekarang saya malu, karena masih kotor." ucap Sekar, berharap laki-laki yang sekarang menjadi suaminya itu, membebaskannya untuk saat ini."Oh, jadi karena itu ya. Baiklah, aku akan sabar menunggu sampai kamu benar-benar suci lagi sayang.. " ucap Mulyono, kemudian mengalah, demi mendapatkan hati Sekar.'Tak ada salahnya aku turuti permintaannya, apalagi Sekar
Baca selengkapnya
BAB 17
"Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa kembali lagi kemari, Sekar." sambut bu Raya senang."Iya Nyonya, alhamdulillah." jawab Sekar segera menyalami punggung tangan wanita paruh baya itu, sembari melirik ke arah Niko, yang baru masuk, kemudian duduk di ruang tengah."Sekar, buatkan aku teh manis! " serunya, sembari merebahkan punggungnya, ke sandaran sofa."Ya ampun Niko, Sekar kan masih capek, biar di buatkan Novi, atau Sisil aja ya?" ucap bu Raya, menatap Sekar tak tega."Ckk, capek apanya sih Ma, orang dia cuma tidur terus sepanjang perjalanan kemari." cetus lelaki bertubuh kekar itu, melirik ke arah Sekar.Sekar hanya dapat tersipu malu-malu, karena sepanjang perjalanan tadi, dia memang tidur terus.Gadis itu kemudian bergegas ke dapur, setelah meletakkan tas kainnya, ke lantai."Gak jadi Sekar, buatkan aku wedang jahe saja!" seru Niko lagi, membuat bu Raya hanya geleng-geleng kepala saja, melihat tingkah putranya itu.Sekar segera melaksanakan perintah Niko, Novi yang sedang membuatk
Baca selengkapnya
BAB 18
"Ayo katakan! siapa yang sudah membuat kamu hamil seperti ini?!" seru bu Raya, dengan sangat geram, begitu mereka telah sampai di rumah.Sekar yang menyaksikan itu segera masuk, untuk ke kamar Tania, karena takut gadis kecil itu sudah bangun.Sedangkan Niko duduk di sofa ruang tengah itu, menyaksikan Mamanya menginterogasi Sisil.Sisil menangis ketakutan, saat bu Raya mencecar nya dengan berbagai pertanyaan, sambil sesekali mendongakkan wajahnya kasar."Sebaiknya segera katakan saja, sebelum kami benar-benar mengusir mu dari sini!" geram bu Raya lagi."Sebenarnya anak ini, adalah anak Mas Denis, anak Nyonya sendiri!!" seru Sisil, saat bu Raya hendak menarik tangannya untuk keluar dari rumah, karena terus saja diam dan tak menyahut.Niko yang mendengar itu, begitu terkejut dengan pengakuan Sisil barusan.Bu Raya seketika menghentikan langkahnya, dan menatap Sisil nanar."Apa katamu barusan?" tanyanya dengan suara yang bergetar, menahan emosi yang tiba-tiba semakin memuncak di kepalanya
Baca selengkapnya
BAB 19
"Wah, iya ya..ini sih bocornya parah banget, harus panggil tukang besok." ujar Niko, setelah memeriksa kamar Sekar yang bocor.Sekar berdiri di ambang pintu, tak ikut masuk ke dalam. "Iya Mas, saya gak tahu tadi, waktu balik dari kamar Non Tania, kasurnya sudah basah." jawab Sekar, tampak mengucek matanya karena mengantuk.Niko jadi merasa iba, melihat gadis belia itu, sudah terlihat sangat mengantuk, di liriknya jam yang ada di dinding kamar Sekar, sudah menunjukkan pukul setengah satu malam."Ya sudah, kamu tidur di kamar aku saja malam ini, aku mau tidur di kamar Tania." ucapnya."Jangan Mas, gak enak, masa saya tidur di kamar Mas Niko, nanti malah pada salah paham lagi." tolak nya, merasa tak enak."Udah, lagian aku juga gak bakalan apa-apain anak kecil kayak kamu!" ujar pemuda itu, menyuruhnya untuk segera tidur ke kamarnya.Sekar mencebik, karena masih selalu di katain anak kecil, oleh majikannya itu."Ya sudah, tapi saya mau gosok gigi dulu Mas." ucap Sekar, akhirnya."Ya sud
Baca selengkapnya
BAB 20
"Sekar, kamu ikut Niko ya, anterin Tania kontrol." ujar bu Raya, menghampiri Sekar.Sekar kemudian melirik ke arah Niko dan langsung menunduk."Tapi saya sedang tidak enak badan, Nyonya." jawab gadis yang memiliki wajah begitu manis dan cantik itu, menolak secara halus.."Loh, kamu sakit?" bu Raya segera meraba dahi Sekar dengan khawatir.Wajahnya tampak sedikit panik, karena tak biasanya Sekar berkata sedang sakit."Gak panas, atau gini aja, Niko! nanti kamu sekalian periksakan Sekar ya, Mama takut terjadi apa-apa padanya." ucap bu Raya, kepada putranya."Iya Ma," jawab Niko, kemudian segera menggendong putrinya untuk dia bawa ke mobil."Ya sudah, kamu ikut saja ya, biar sekalian periksa." perintah bu Raya lagi, seakan tak mau di bantah.Mau tak mau, Sekar akhirnya mengikuti langkah lelaki yang tadi hampir saja menjamah tubuhnya itu, dengan terpaksa. Sekar memilih duduk di bangku belakang, tanpa banyak bicara seperti biasanya.Niko juga membiarkan saja, apalagi saat di lihatnya, wa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status