Semua Bab Puber Kedua Pak Suami: Bab 41 - Bab 50
106 Bab
41. Dewa Penolong
Dalam waktu sekejap, bermunculan orang-orang di sekitar kejadian. Mereka berniat memberikan pertolongan pada Hanum. Beruntung mobil Hanum merupakan salah satu mobil yang dilengkapi airbag, sehingga dapat melindungi Hanum dari benturan ketika kecelakaan itu terjadi.“Orangnya pingsan kayaknya,” celetuk seorang pria yang berada di samping mobil Hanum.“Coba buka pintu mobilnya! Kita keluarkan dulu dia dari sana,” sahut yang lainnya lagi.Mereka lalu mencoba membuka pintu mobil Hanum, agar bisa mengeluarkan wanita itu dari dalam mobil dan memberikan pertolongan padanya.Di saat yang sama, sebuah mobil dinas dari instansi kepolisian melintas di lokasi itu.“Sepertinya telah terjadi kecelakaan mobil,” ucap seorang pria yang duduk di kursi penumpang belakang, dan mengenakan seragam warna coklat lengkap dengan atribut bintang satu di pundaknya.“Iya, Pak. Sepertinya begitu,” sahut sopir yang merangkap ajudannya.“Coba menepi dulu, Gun! Kita tanya pada orang-orang itu, apa sudah menelepon rum
Baca selengkapnya
42. Pemeriksaan
“Menikah lagi?” ulang Sadewa dengan kening berkerut.“Iya, dan ini bukan menuduh ya, Mas Dewa. Tapi, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Bagus kalau mereka nggak ada sangkut pautnya dengan kecelakaan ini. Misalnya ada, semoga mereka mendapat hukuman setimpal,” sahut Lestari yang tampak geram, terlihat dari wajahnya.“Baik, informasi ini sangat penting. Saya akan meneruskannya ke bagian terkait agar segera dilakukan pemeriksaan bagi keduanya,” ucap Sadewa.Beberapa jam berlalu, akhirnya operasi pemasangan pen untuk patah tulang yang dialami Hanum di tangan kanannya usai sudah. Pintu terbuka dan menampilkan dokter yang melangkah keluar dari dalam ruang operasi.Rafi dan yang lainnya bergegas menghampiri dokter dengan raut wajah harap-harap cemas.“Dok, bagaimana keadaan mama saya?” tanya Rafi, dengan ekspresi cemas yang tak dapat dia sembunyikan.“Operasi pemasangan pen telah berhasil dilaksanakan, Dik. Sebentar lagi mamanya akan dipindahkan ke ruang perawatan. Tapi, mamanya masih bel
Baca selengkapnya
43. Tamparan Keras
Setibanya Andi di depan pintu ruang rawat inap Hanum, dia tak langsung masuk. Dia mengatur napasnya yang memburu, karena tak ingin Hanum tahu dirinya resah. Setelah merasa lebih tenang, barulah Andi membuka pintu ruangan itu dengan perlahan.“Assalamualaikum,” sapa Andi dengan senyuman terbit di bibirnya.“Wa’ alaikumsalam,” sahut semua yang ada di ruangan itu.Andi melangkah masuk mendekati ranjang perawatan setelah menutup pintu. Dia melirik sekilas ke arah Sadewa yang duduk di sofa.“Maaf, aku nggak tahu kalau kamu mengalami kecelakaan, Num. Nggak ada yang kasih tahu aku sebelumnya. Aku tahu juga dari polisi, yang memanggilku ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Lalu apa kata dokter?” ucap Andi ketika sudah tiba di sisi ranjang perawatan, di mana Hanum terbaring lemah.“Lagiannya siapa juga yang mau kasih tahu Papa, kalau kita curiga sama Papa. Pasti Papa senang kan Mama mengalami kecelakaan?” sahut Amelia, mendahului Hanum yang akan menanggapi ucapan Andi barusan.Andi terk
Baca selengkapnya
44. Kedatangan Larasati
Feri tiba di rumah Larasati, tiga puluh menit setelah wanita itu mengirimkan lokasi rumahnya.“Ada apa, Mbak? Kok tumben suruh aku datang? Biasanya hanya telepon atau kirim pesan,” ucap Feri ketika sudah duduk di sofa ruang tamu.“Polisi tadi memanggil aku dan suamiku ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, terkait kecelakaan yang dialami perempuan itu. Tapi, tentu saja aku berakting dong. Nah, sekarang kamu sebaiknya pulang kampung saja atau pergi ke mana gitu, supaya nggak terlacak oleh polisi. Ini aku kasih uang untuk biaya perjalanan kamu, dan juga untuk keperluan istri dan anak kamu. Terserah kamu mau pergi ke mana, yang penting pergi sejauh mungkin dari Jakarta. Terus jangan bilang kalau kamu mengenal aku, ya.” Larasati berkata sambil meletakkan amplop berisi uang di atas meja.Feri meraih amplop itu dan mengintip isinya. Seulas senyum terbit dari bibirnya setelah tahu Larasati memberinya uang dalam jumlah besar.“Terima kasih, Mbak Laras. Uang ini banyak sekali,” ucap Feri
Baca selengkapnya
45. Bertemu Tania
Andi yang melihat kedua mata Larasati berkaca-kaca, seketika emosinya luruh. Dia menyentuh pundak istri mudanya itu dengan tatapan teduh.“Pulanglah, Laras. Jangan ganggu istirahat Hanum. Lihat akibat ulah kamu tadi, yang menyebabkan piring jatuh ke lantai dan makan siang Hanum berserakan. Padahal dia harus makan sebelum minum obat. Turunkan ego kamu, ya. Kita akan bicara lagi nanti di rumah,” ucap Andi lembut.Larasati akhirnya menurut. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah keluar ruangan.Bersamaan dengan itu, cleaning service rumah sakit datang ke ruang rawat Hanum. Kemudian sigap membersihkan lantai, dan mengangkut pecahan piring serta makanan yang berserakan di lantai.Setelah lantai bersih kembali, dan cleaning service telah pergi dari ruangan itu, Hanum menatap sang suami dan membuka suaranya.“Mas sebaiknya pulang juga sekarang. Susul istri kamu itu yang sekarang sedang ngambek,” ucap Hanum lirih. Hati Hanum tercubit, ketika menyebutkan kata ‘istri kamu’ yang menegaskan
Baca selengkapnya
46. Sugar Baby
Andi seketika jadi salah tingkah dengan kehadiran Tania di rumah sakit itu.“Mas, kok diam saja sih? Katakan siapa gadis itu?” ucap Larasati mengulangi pertanyaannya.Andi bergeming. Dia lebih memilih bungkam untuk menghindari keributan di muka umum. Sudah pasti kalau Larasati akan marah padanya, andaikan tahu siapa Tania dan ada hubungan apa gadis itu dengannya. Andi ingin rasanya berlari dari tempat itu, meninggalkan wanita yang sama-sama cantik meski beda usia. Tapi, kini tak ada tempat untuk Andi berlari maupun bersembunyi.Tania yang melihat Andi gelagapan dan Larasati yang curiga, tampak menikmati momen tersebut. Dia bahkan berniat untuk mengompori Larasati yang terlihat semakin penasaran, karena Andi yang tetap bungkam.“Tante penasaran ya tentang siapa aku ini?” celetuk Tania dengan senyuman.Larasati mengalihkan tatapannya pada Tania yang kini tersenyum semringah. Kedua matanya menatap tajam pada gadis muda nan cantik berkulit putih bersih.“Tante...Tante. Memangnya saya suda
Baca selengkapnya
47. Pertemuan
Andi terdiam. Dia sejujurnya malas untuk membahas mengenai hubungannya dengan Tania, karena semuanya tentang gadis itu sudah berakhir semenjak Hanum memergokinya di kafe. Namun, kini sepertinya dia tak bisa menghindar dari tuntutan Larasati yang butuh penjelasan darinya.“Aku akan jelaskan semuanya. Tapi, dengan satu syarat,” ucap Andi berusaha tenang, karena dalam hatinya mulai berdebar. Dia yakin kalau setelah ini Larasati pasti akan mengamuk.“Apa syaratnya?” tanya Larasati.“Kalau penjelasan yang aku beri nanti, adalah yang terakhir kalinya. Aku nggak mau membicarakan soal itu lagi, dan kamu jangan mengungkit lagi masalah itu. Bagaimana?” sahut Andi dengan tatapan lekat pada wajah cantik Larasati.Larasati berpikir sejenak, dan akhirnya setelah beberapa detik dia menganggukkan kepalanya.“Ok, aku janji nggak akan mengungkit masalah itu lagi.”Andi lalu melangkah menuju ke sofa yang ada di pojok ruang kamar. Diikuti oleh Larasati.“Aku mengenal Tania secara nggak sengaja. Saat itu
Baca selengkapnya
48. Dari Gigi Turun Ke Hati
Bukan hanya Rafi saja yang terkejut, tapi wanita muda itu juga terkejut. Wanita yang menjadi koas dokter gigi itu, bahkan sampai membulatkan kedua matanya saking terkejutnya bertemu kembali dengan Rafi. Pria yang tadi dia bentak.“Mas, silakan duduk!” ucap dokter gigi yang kini tersenyum setelah melihat Rafi tertegun di ambang pintu.“Sudah kenal dengan Nadya? Temannya, ya?” imbuh dokter masih dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.“Eh, nggak sih, Dok. Cuma tadi nggak sengaja ketemu dan ada insiden di dekat lobi.” Rafi menjawab dengan tersenyum canggung. Dia lalu duduk di depan dokter yang dibatasi oleh meja.Dokter gigi itu hanya ber ‘oh’ ria mendengar jawaban Rafi.“Apa keluhannya, Mas?” tanya dokter yang kini mulai serius.“Gigi saya yang sebelah kanan paling ujung sakit banget, Dok.” Rafi menjawab sambil meringis menahan rasa sakit.“Sakitnya membuat saya sulit mengunyah makanan,” imbuh Rafi.Dokter gigi itu mengangguk seraya berkata, “Mas ke kursi itu dulu, ya. Saya mau memerik
Baca selengkapnya
49. Ternyata Senasib
Tiga hari berlalu, namun sakit gigi Rafi tak kunjung hilang. Dia akhirnya kembali mengunjungi poli gigi untuk mendapatkan tindakan selanjutnya dari dokter.“Bagaimana, masih sakit?” tanya dokter ketika Rafi sudah duduk di hadapannya.“Memang rasa sakitnya sudah berkurang, Dok. Tapi, sedikit banget berkurangnya. Ini obatnya sudah habis, ya balik sakit lagi seperti semula meski nggak sesakit sebelumnya,” sahut Rafi dengan telapak tangan yang diusap lembut pada pipi kanannya yang agak bengkak.“Ya sudah, kalau begitu sekarang dicabut saja giginya. Silakan duduk di kursi itu, ya!” ucap dokter, yang diangguki oleh Rafi.Rafi melangkah ke arah kursi yang digunakan dokter gigi, untuk melakukan tindakan pada pasien. Dia melirik ke arah Nadya, yang berdiri tak jauh dari kursi itu. Di saat yang sama, Nadya pun melakukan hal seperti yang Rafi lakukan. Tatapan mata mereka pun bertemu, dan seulas senyum spontan terukir di bibir mereka.Rafi lalu duduk di kursi dan siap menunggu tindakan dokter.Ta
Baca selengkapnya
50. Cinta Anak Muda
Kedua bola mata dan mulut Rafi membuka sempurna saking terkejutnya dia mendengar penuturan Nadya, bahwa Larasati adalah mantan istri muda ayah gadis itu.“Ternyata, merebut suami orang adalah hobi si Larasati, ya. Sayang sekali, kalau wajahnya yang cantik digunakan untuk memikat lelaki yang sudah beristri. Padahal masih banyak lelaki lajang di luar sana. Kenapa juga harus yang sudah jadi milik orang lain,” ucap Nadya dengan gelengan kepalanya.“Wajah cantik kan belum tentu hatinya juga cantik, Nad. Ya, contohnya si Larasati itu. Kamu nggak kasih pelajaran padanya, karena dia sudah merusak kebahagiaan keluarga kamu? Kalau aku dan kedua adikku sudah kasih dia pelajaran. Kami datangi dia dan merekamnya, lalu membuat viral. Habis karir modelnya sekarang, Nad. Dia yang semula jadi brand ambasador sebuah produk kosmetik, kini diganti oleh model lain. Gigit jari dia,” ujar Rafi dengan senyuman.“Bagus deh kalau sekarang karirnya hancur. Itu juga mungkin karena dia terkena karma yang merusak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status