All Chapters of MY BASTARD BOSS: Chapter 41 - Chapter 50
67 Chapters
Keyland Menyusul Ke Bali
“She is mine.” Keyland seolah ingin menekankan sekali lagi bahwa Helena adalah miliknya, dengan sebelah tangan yang sudah melingkari pinggang wanita itu posesif, sedangkan iris biru pucatnya menatap tajam ke arah pria di hadapan mereka. “Who are you?”“Aku Daniel, hanya seorang wisatawan juga di sini,” jawab Daniel dengan senyum kecil. “Nice to meet you, Helena… I hope we will meet again.”“Thank you, Daniel,” jawab Helena singkat.Daniel memutar badan, bersiap melangkah tapi kembali menoleh dengan tatapan tertuju ke arah Keyland. “Ah ya, You are lucky, Bro….”Keyland mendengus keras, hanya menatap tak suka pada Daniel yang sudah berjalan menjauhi mereka. Dia berganti menatap Helena dengan mata memicing. “Bagaimana bisa pria itu tahu namamu?”“Kami baru saja berkenalan,” balas Helena santai.“Kenapa kau begitu mudah kenalan dengan orang asing, hah?!”“Apa kamu datang ke sini hanya untuk memarahiku?”Keyland mengerjapkan mata, sorotnya berubah lembut. Seketika kekesalannya menguap saat
Read more
Tak Akan Bisa Lepas Dari Keyland
Acara makan malam itu dilakukan selayaknya makan malam biasa, dengan hanya ditambah adanya dj yang mengiringi. Helena sendiri duduk di sisi mbak Nadia dengan mencoba tetap bersikap seperti biasa, tanpa mempedulikan kehadiran Keyland di sana, walaupun semua teman-temannya tampak antusias dengan kehadiran sang CEO di antara mereka.“Kami tidak menyangka pak Keyland akan turut serta bersama kami di sini,” ucap Ardi.“Ah ya, kebetulan saya juga ada kepentingan di Bali,” jawab Keyland dengan tatapan tak lepas dari Helana.“Pak Keyland mau wine mungkin?” tanya Rima yang saat ini duduk tepat di samping pria itu.“Kenapa tidak,” jawab Keyland asal.Rima tersenyum begitu manis, segera menuangkan wine pada gelas berkaki tinggi di hadapan Keyland dengan gaya gemulai. Dia merasa keberadaan Keyland di sini bagaikan angin segar untuknya, dan langsung memberinya ide untuk mendekati pria itu. Tentu saja dia berpikir tidak akan kalah dengan Helena yang dianggap hanya wanita membosankan, sedangkan diri
Read more
Pagi Yang Konyol
Entah sudah berapa lama Helena terbangun, tapi rasanya masih enggan beranjak dari selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya, apalagi ditambah dengan tubuh hangat yang terus memeluknya sejak semalam. Dia hanya bergerak miring, menatap ke arah balkon kamar yang terbuka, menampilkan suasana pagi dengan suara aroma laut yang menenangkan. Perlahan bibirnya terangkat tipis, sungguh aneh saat dia merasakan sebuah kenyamanan saat ini. Suasana tenang, perasaan hangat di tempat yang indah, semuanya membaur menciptakan debaran menyenangkan di dadanya.“Kau sudah bangun?”Suara serak itu membuat Helena tak bergeming, hanya mengangguk pelan tanpa mengubah posisinya. Dia membiarkan Keyland yang semakin mengeratkan pelukan, membuat tubuh polos mereka saling menempel erat.“Apa yang kau pikirkan, hem?”“Tidak ada.”Keyland bergerak pelan, menarik lengan Helena hingga posisi terlentang. Dia sedikit mengangkat kepala untuk bisa menatap wajah cantik itu dari samping. Sebelah tangannya terulur, membelai
Read more
Ide Gila Karena Cemburu
Keyland cemburu, sekuat apa pun menyangkal- nyatanya dia merasakan kekesalan luar biasa setiap kali Helena berdekatan dengan pria lain. Seperti saat ini, matanya tampak menyala-nyala saat menyaksikan bagaimana Helena digandeng mesra dan diajak berjoget oleh pria yang sejak awal telah membuatnya cemburu. Pria latin berwajah tampan itu tidak bisa diabaikan begitu saja, pasalnya fisik dan ketampanannya bisa dikatakan seimbang dengannya.“Sial… kenapa kau mengundang pria itu, hah?!” bentak Keyland pada Joddy yang duduk di sampingnya.“Maaf, Tuan. Anda berpesan untuk mencari DJ terbaik, dan menurut rekomendasi hotel- dia lah yang baru-baru ini digemari oleh para pengunjung hotel saat perform,” terang Joddy.“Tapi aku sangat tidak menyukainya,” geram Keyland.“Apa saya perlu mamanggil nona Helena untuk menjauh dari DJ itu?” pertanyaan konyol Joddy yang langsung mendapat tatapan tajam dari tuannya.Keyland mungkin marah, tapi dia tidak akan bertindak konyol dengan menarik Helena dari sana. W
Read more
Perasaan Yang Tak Seharusnya Ada
“Enough….” Keyland sedikit mendorong tubuh Rima hingga ciuman mereka terlepas, matanya memicing ke arah Helena yang berlari menjauh.Rima memasang senyum menggoda, kembali mengalungkan kedua tangan di leher Keyland. “Apa kita akan melanjutkan di kamar-““No,” jawab Keyland cepat, bibirnya mengukir senyum miring dengan tatapan merendahkan. “Tenyata kau bukan seleraku.”“Apa?” pekik Rima dengan mata melebar.Keylan melepaskan pelukan wanita itu kasar. “Kau sama tidak bisa membuatku bergairah sedikit pun.”“Tapi-“Keyland tak mengindahkan Rima yang tampak terkejut dengan pernyataannya, memilih untuk langsung melenggang pergi begitu saja. Dia berjalan cepat ke arah Helena berlari, menyusuri lorong yang membawanya ke bagian dek kapal belakang yang tampak sepi. Dia tersenyum, matanya menatap lurus pada Helena yang berdiri dekat pada pagar pembatas, bahu wanita itu tampak bergetar pelan.Keyland berjalan semakin mendekat, dan sepertinya wanita itu tak menyadari kehadirannya. Perlahan kedua t
Read more
Go Publik
“Jadi, kamu ke sini hanya untuk menyuntikku?” tanya Helena pada Cindy yang baru saja menyuntikkan obat kontrasepsi padanya.“He’em,” jawab wanita itu singkat sembari membereskan peralatan.“Kenapa tidak menunggu saat aku kembali ke Jakarta saja?”“Karena ini mendesak, Helena… hubunganmu dengan Keyland sudah lebih dari tiga bulan,” terang Cindy.Helena menggigit bibir dengan wajah canggung. “Sebenarnya aku juga tidak menyangka kalau sudah selama itu.”“Berarti kau juga menikmatinya,” goda Cindy dengan senyum jahil.“Tidak seperti itu,” Helena memalingkan wajah untuk menyembunyikan rona merah yang mungkin sudah tergambar di wajahnya, “aku hanya mencoba pasrah.”“Biasanya Keyland akan membuat kontrak dengan para wanita yang dibeli, lalu bagaimana dengan kontrak kalian.”Helena menghela nafas panjang. “Kami juga punya kontrak, tapi bodohnya, aku hanya menerima saja saat tidak ada batas waktu dalam kontrak tersebut. Saat itu aku percaya saja saat Keyland mengatakan kalau dia tidak akan per
Read more
Seolah Honeymoon
Pagi ini Helena terbangun dengan senyum terukir di bibirnya. Sudah dua hari ini dia selalu dimanjakan dengan atmosfer keindahan dan kenyamanan setiap kali bangun tidur. Suasana privat yang tenang, pemandangan pantai yang indah, ditambah dengan suara deburan ombak yang seolah menjadi miliknya sendiri.Sejak Keyland mengklaim dirinya di depan tim marketing, dirinya memang langsung berpindah kamar ke private villa yang masih menjadi bagian dari hotel tersebut. Tidak hanya itu, Helena seolah tengah menikmati bulan madu bersama Keyland, dan tidak lagi mengikuti jadwal liburan bersama teman-temannya. Sesekali mereka pergi ke beach club, menghabiskan sore di pantai, dan bahkan berbelanja. Helena benar-benar merasakan kehidupan 180 derajat berbeda dari sebelumnya, ditambah sikap Keyland yang seolah begitu mencintainya.Helena mengerang pelan, rasanya masih enggan untuk meninggalkan kenyamanan tempat tidurnya. Namun, suara deburan air kolam menarik perhatiannya, berpikir kalau Keyland pasti se
Read more
Bersiap Untuk Momen Rahasia
Helena tampak duduk bengong di atas ranjang, entah berapa lama dia tertidur tapi sekarang langit yang terlihat dari kamar telah menunjukkan semburat keemasan yang hampir hilang. Perlahan tatapannya bergser, ke arah sebuah gaun merah menyala yang terbentang di permukaan sofa tak jauh dari tempat tidurnya. Sepertinya Keyland benar-benar membelikannya sebuah gaun, dan ia masih tidak tahu malam ini akan ada acara apa dengan pria itu. Helena tersenyum kecil, menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Dia turun dari ranjang, berjalan dengan tubuh polos karena memang sepanjang siang tadi mereka menghabiskan momen panas berdua. Dia meraih gaun tersebut dan menempelkan pada tubuhnya, seketika membuat wajahnya berbinar.“Cantik banget gaunnya, tapi-“ Helena menjeda kalimatnya dengan bibir yang tiba-tiba mengerucut, menatap ragu pada gaun tersebut. “Aku nggak bisa dandan… apa aku harus minta bantuan mbak Nadia?”Helena menggigit bibirnya sendiri dengan wajah bingung, terdengar helaan nafas panja
Read more
Kebahagiaan Yang Tertunda
Keyland terlihat duduk pada sebuah kursi yang telah terbungkus kain satin hitam dengan pita merah di belakang, di hadapannya tampak meja bulat yang telah ditata sedemikian rupa dengan hiasan bunga mawar merah dan lilin yang menyala, sebotol wine dan dua gelas berkaki tinggi pun sudah siap di sana. Di sekitar meja tersebut terlihat kelopak bunga mawar merah dan lilin-lilin kecil yang terhampar di atas pasir pantai, menjadikan tempat tersebut semakin tampak romantis, belum lagi kerlip lampu di atas selanyaknya bintang-bintang malam.Keyland sengaja tidak menyewa pemain music apa pun untuk melengkapi momen tersebut, karena dia tahu bahwa Helena lebih menyukai suara ombak daripada suara music apa pun. Namun, di mana wanita itu sekarang? Bahkan Keyland sudah menunggu lebih dari dua jam sejak dia meninggalkan villa. Kini matanya melirik ke arah jam di pergelangan tangan dengan dengan kening berkerut, berganti menyambar ponsel untuk menghubungi Joddy.“Di mana Helena? Bukankah aku menyuruhmu
Read more
Kemarahan Keyland
“Keyland?!” pekik Helena dengan mata melebar, bahkan jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga. Dia tidak menyangka momen ini akan datang, momen saat pria yang telah berbagi ranjang dengannya bertemu langsung dengan suaminya. Tubuh Helena benar-benar membeku, otaknya tak mampu memikirkan apa yang harus dilakukan. Hingga suara Vian menyadarkannya, membuatnya tergagap cepat.“Kamu mengenalnya?”“Tentu saja,” sahut Keyland dengan nada dingin yang terdengar rendah. Dia bersiap melangkah masuk, tapi dijeda saat melihat Helena yang berjalan lebih dulu ke arahnya.“Kita bicara di luar.” Helena menarik tangan Keyland kuat, membawa pria itu keluar dan melewati suster Sinta yang kebetulan ada di sana. Dia terus berjalan dengan tak melepaskan tangan Keyland, menuju ke lorong sepi di dekat ruangan tersebut.“Bagaimana kamu bisa di sini?” tanya Helena dengan kening berkerut, tapi di detik selanjutnya pertanyaannya terjawab oleh keberadaan Joddy dengan wajah babak belur yang tak jauh dari t
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status