All Chapters of Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO: Chapter 11 - Chapter 20
67 Chapters
11. Kontrak 90 hari
Mendengar persetujuan Jane, tentulah Regan merasa senang. Semua rencananya akan berjalan lancar, Jane juga pasti akan membantunya untuk menjadi normal. Walau di katakan dia memang normal seperti halnya pria lain, tapi Regan selalu merasa dirinya tidak normal.Tapi Jane berkata jangan senang dulu, karena cobaan pertama Regan kini ada pada Madam. Dia harus mendapatkan persetujuan wanita itu juga kalau Regan tidak ingin mendapatkan masalah. Dengan rasa percaya diri Regan berkata,"Aku bisa memastikan kalau Madam tidak akan menolak permintaanku."Well, keduanya kini berjalan menuju ke ruang madam yang berada di lantai dua. Di depan pintu, di jaga dua pria berwajah sangar dan berbadan kekar. "Madam di dalam?" tanya Jane pada salah satu pria itu."Iya."Jane membuka saja pintu yang tertutup itu dan mengajak Regan masuk dengan menggandengnya. Saat sudah berada di dalam, Mereka berdua di hadapkan dengan seorang wanita bermake up tebal dengan baju yang nampak berlebihan. Yah, seperti penampil
Read more
12. Menuju tempat singgah
Dengan membawa barang apa adanya seperti yang Regan suruh, Akhirnya Jane hanya membawa pakaian yang menurutnya sopan dan sesuatu yang sekiranya penting seperti foto saat masih remaja yang ia letakkan di nakas. Tidak pernah Jane kira akan merasakan hal yang tidak pernah dia sangka sebelumnya. Berhubungan dengan Regan bisa membuat dia keluar dari neraka itu walau hanya sebentar. Saat di dalam mobil, senyum senang tidak pernah luntur dari bibirnya. Dia memang sebahagia itu sekarang. "Aku akan membuatmu layak sebelum akhirnya ku perkenalkan pada semua orang." Regan memecah keheningan."Maksud anda?""Etika, sopan santun saat berbicara. Kau harus mempelajari itu sebelum bertemu dengan ayahku.""Baiklah. Oh ya, selama di sana, apakah saya boleh keluar untuk bermain?" "Boleh. Hanya saat bersamaku. Itupun harus di malam hari. Aku tidak ingin anak buah ayahku memergoki kita."Jane mengangguk paham. Protes pun juga percuma. Hidupnya kini berada di tangan Regan. Uang yang di bayarkan di awal
Read more
13. Pertemuan dengan dua saudara Foster
"Siapa kau?"Jane terkesiap. Lidahnya kelu menatap dua bola mata tajam seakan ingin menerkamnya. Kedua lengannya bahkan pria itu cekal kuat. Siapa lagi yang bersikap seperti itu selain Yohan. "Saya? Jane."Rasa takut Jane seakan menghilang entah kemana. Dibandingkan dengan pria hidung belang di luar sana, Yohan tidak ada apa-apanya. "Jane? Siapa Jane ?" Yohan mengerutkan dahinya. Baru pertama kali dia mendengar nama itu. Apakah gadis ini pelayan baru?"Kau pelayan baru? Bagaimana seorang pelayan bisa selancang ini masuk ke dalam kamarku?" Lanjutnya.Yohan berdiri, Jane reflek juga ikut berdiri."Maaf, Tuan. Saya mengira kamar ini adalah kamar Tuan Regan. Apakah anda saudara Tuan Regan?" Yohan diam saja. Tanpa ekspresi dia menatap Jane dari atas sampai bawah. Dia merasa ada yang janggal. Wanita di depannya memakai pakaian handuk, bahkan tali bra-nya kelihatan saat baju di pundaknya turun. Dia tidak merasa malu, bahkan tidak ada rasa sungkan sama sekali. Padanya di hadapannya adalah
Read more
14. Perseteruan
Juan melongo. Regan tertawa dalam hati. Sepertinya Yohan sudah bertemu dengan lawan yang seimbang. Yang tidak takut padanya, yang tidak bisa dia injak seenaknya."Bagaimana? Saya juga akan bersama anda kalau anda membayar sama besarnya seperti Tuan Regan," tambah Jane semakin membuat Juan menganga tak percaya. Ternyata ada juga wanita tangguh seperti itu, yang bisa melawan kakak pertamanya. Batin Juan."Kau wanita yang tidak mempunyai harga diri?" Ucap Yohan akhirnya membuka suara. Mungkin dia merasa sudah tidak di hargai sejak pertama melihat Jane. Insiden pertama kali bertemu adalah salah satu alasan Yohan tidak menyukai Jane. Sudah bukan wanita baik-baik, tapi banyak tingkah. Jane menaikkan kedua bahunya,"Harga diri saya sudah menghilang sejak bertahun-tahun yang lalu."Yohan menyeringai, Jane hanya tersenyum saja seperti mengejeknya. Suasana panas itu segera di tengahi Regan yang berdiri dari duduknya."Aku pergi bekerja dulu. Dan aku tidak mau tahu. Sebisa mungkin kalian rahasiak
Read more
15. Malam yang hangat bersama Juan
"Kalian mau pergi kemana?" Itu Regan yang mendadak muncul di depan Juan dan Jane. Dia berdiri di depan keduanya setelah pintu depan terbuka. "Kenapa kau sudah pulang?" Juan merasa heran. Dia tahu kalau Regan akan lembur malam ini. Ini masih terlalu cepat untuknya pulang."Apa? Kau bertanya kenapa aku sudah pulang?" Ini sudah jam tujuh malam.""Bukannya kau lembur? Setiap hari juga lembur sebelum ada Jane di rumah ini." "Aku pulang lebih awal. Tunggu, Kenapa kau mengalihkan pembicaraan? Mau kemana kalian?" "Aku dan Jane akan berjalan-jalan sebentar. Dia ingin membeli baju juga merasa lapar. Aku berniat mengajaknya makan malam."Tatapan Regan mengintimidasi. Dia melihat Jane dari atas sampai bawah."Bukankah sudah ku bilang, kalau ingin keluar, tunggu aku saja? Kemarin aku mengatakan ini padamu, kan? Kita akan membeli keperluanmu sebagai tanggung jawabku membawamu ke sini."Jane diam, tapi matanya memandang Regan lekat. Jane tidak suka dengan nada bicara Regan. Dia terlalu menekan.
Read more
16. Malam yang hangat bersama Juan 2
"Jane, aku sudah mendapatkan es krim yang kau mau!""Ah sial. Kenapa dia harus datang sekarang?" Batin Jane saat Juan mendatanginya dengan wajah senang namun sepersekian detik kemudian ekspresi wajahnya berubah. Juan diam mematung manatap bergantian Jane dan Rosse."Siapa dia? Apakah dia tamu VIP yang sedang kau tunggu?" ucap Rosse.Juan terlihat bingung. Tamu VIP? Apa maksudnya?"Jane, Apa ini? Dia terlalu muda untuk wanita setua dirimu. Ternyata kau juga berminat dengan pria di bawah umur. Ah sial, Kau menjijikkan juga." Juan yang kelihatan kesal menyahut,"Di bawah umur? Terima kasih karena secara tidak langsung anda sudah memuji wajahku yang terlihat awet muda. Saya yang di bawah umur ini kalau anda bilang, sudah bisa menghamili banyak wanita. Apakah anda mau? Saya juga punya banyak waktu. Tidak ada kegiatan setelah ini. Mungkin saja uang yang saya punya juga bisa membeli mulut anda yang seenaknya itu."Jane melongo mendengar jawaban Juan yang sangat savage itu. Dia bahkan menampi
Read more
17. Sekali lagi, Tuan! (M)
Regan menduga Jane akan melakukan ini lagi. Tapi belum seminggu dia di sini, masih hitungan hari saja Jane mulai seberani ini. Wanita ini memang lain dari pada yang lain. Tak sekalipun Jane merasa sungkan jika ingin memulai duluan. Tapi seperti biasa, Regan terlihat tidak tertarik walau Jane mengusap setiap sisi wajah juga tubuhnya. "Apa yang kau lakukan?" Gumam Regan. "Kan sudah saya bilang, kita harus berhubungan lagi. Seperti waktu itu." "Ini tidak akan berhasil.""Kata siapa? Jangan meragukan saya." Di dorongnya tubuh Regan hingga ambruk terlentang di ranjang. Dilihatnya Jane yang saat itu satu persatu melepaskan pakaiannya hingga tidak memakai apapun lagi. Dada itu terlihat menjulang polos dengan ujung merah muda yang sangat menggoda. Namun ekspresi Regan masih tetap sama. Tidak menunjukkan ketertarikan. "Lelaki normal pasti akan berekspresi saat melihat tubuh polos tak berbaju. Tapi apa ini? Anda terlihat tidak tergoda." Mendengar Jane mulai protes, Regan tersenyum miring
Read more
18. Pria menyebalkan
Terbangun dalam keadaan kerongkongan kering, memaksa Jane mencari air untuk membasahi tenggorokannya. Walau dia masih sangat mengantuk, matanya masih menutup, tapi Jane tetap membangunkan tubuhnya, berjalan menuju meja yang tidak jauh dari ranjang. Dia masih berada di kamar Regan. Permainannya dengan pria itu semalam lumayan menyenangkan. Walau Regan tidak handal dalam hal itu, tapi cukup membuat Jane merasa puas. Mereka bahkan melakukannya sebanyak dua kali. Senyum Jane mengembang sedikit. Di lihatnya Regan yang masih tertidur pulas dengan selimut yang menutup penuh di tubuhnya yang polos. "Aku berhasil. Yah, kau berhasil Jane. Walau dengan bantuan alkohol, tetap saja kau sudah berhasil. Bagus bagus," pujinya pada dirinya sendiri. Mengusap kepalanya sendiri sambil tersenyum.Sekarang pukul lima pagi, Regan bilang akan berangkat sekitar pukul tujuh. Ada sedikit waktu sebelum Jane membangunkan Regan. "Aku akan berenang dulu," ucapnya keluar kamar dengan memakai baju handuk milik Re
Read more
19. Sang perusak suasana
"Tuan?" Gawat. Pastinya Regan marah kalau melihat kejadian tidak mengenakkan itu, apalagi di depan kedua matanya. Pikir Jane. Bukan karena apa-apa, hanya saja Jane tidak ingin Regan mempunyai pikiran kalau dia menggoda Juan juga. Yah, walau tidak ada larangan darinya untuk tidak menggoda Juan. "Kenapa kalian belum siap?" Tanya Regan tidak di sangka-sangka. Ternyata pria itu tidak menanyakan kenapa mereka berpelukan."Iya, sebentar lagi saya siap, Tuan." Dan brak! Jane berlari masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintunya. Juan membisu, di tatapnya sang kakak yang kini memasang wajah dinginnya. Regan berjalan mendekati Juan, pun dia menatap Juan tajam."Kau menyukai Jane?" Tukasnya tanpa basa-basi.Juan terlihat salah tingkah,"A-apa? Jangan bicara seperti itu. Mana mungkin aku berani menyukainya. Bukankah Jane wanita yang kau bawa?" "Kau menyukainya atau tidak?" Ulang Regan tidak mendapatkan jawaban pasti dari mulut adiknya. Tapi kali ini Juan tidak menjawabnya. Entahlah, dia j
Read more
20. Menghindar dari pria itu
Juan berlari menyusul Jane yang saat itu sudah berlari keluar bar. Juan tidak berharap banyak Jane akan membaik kalau seandainya dia datang untuknya. Tapi setidaknya Jane tidak sendiri. Juan berharap kedatangannnya menghibur Jane dari kesedihan. Langkah Juan berhenti tepat di tepi jalan. Dia melihat Jane duduk di tepi jalanan sambil menangis. Juan tidak berani mendekat, Dia tidak cukup pengalaman untuk menenangkan seorang wanita yang tengah menangis. Pun dia mengambil ponselnya lalu mengetik di pencarian,'Cara menghibur wanita yang sedih.'Ada begitu banyak jawaban, dari memberi sebuah pelukan, mengusap bahu dan menepuknya, juga mengajaknya berbelanja. Poin paling mudah adalah mengajaknya berbelanja. Tapi dia bukan Regan yang mempunyai banyak uang. Opsi kedua dan ketiga boleh juga, memeluk dan mengusap bahu. "Ah tidak-tidak. Tidak boleh memeluk," gelengnya."Baiklah. Aku akan mengusap punggung dan bahunya saja agar dia sedikit tenang." Lanjutnya. Juan kembali berjalan untuk mende
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status