All Chapters of Rintihan Di Ruang Kerja Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20
98 Chapters
11
"Kupikir kau cukup bijaksana untuk menentukan langkah dan sikapmu tapi kau benar-benar mengundang masalah," desis Mas Farid."Apa maksudmu?""Kau pikir istriku akan diam saja mengetahui ini, Kau pikir dia akan bisa melihat kau meletakkan celana dalammu ke dalam jasku! Akan ada keributan besar dan kehancuran dalam keluargaku, anak-anakku akan murka dan semuanya akan bergulir jadi masalah yang begitu besar, apa kau sengaja melakukan ini?""Aku melakukannya agar kau merindukanku.""Jelas alasanmu tidak masuk akal, kau sengaja meletakkannya karena kau tahu istriku yang akan membersihkan jasku, kau sengaja ingin mengungkap perselingkuhan kita, iya kan.""Kalau iya terus kenapa? Sejauh ini aku menunggu kejelasan darimu kau bilang kita akan menikah dan bersama tapi buktinya belum ada sampai saat ini!"Wanita itu jadi berang dan menyingkirkan tangan mas Farid dari kedua lengannya, dia menepisnya dengan kasar dan berteriak. Untungnya koridor di sayap barat tidak terlalu ramai dengan pekerja ka
Read more
12
Dia terbelalak saat hendak keluar dengan langkah yang cepat dan nyaris menabrakku, dia hampir jatuh karena kaget. Ekspresi wajahnya yang tadinya biasa-biasa saja langsung pias dan gugup."Ka-kau ada di sini?" Mendadak suamiku panik dan terbata-bata. "Ya....""Sejak tadi?""Ya."Dia semakin pucat dan menelan ludah. "Apa kau melihat semua yang terjadi di dalam?""Ya, kenapa?""Ah!" Lelaki itu memegang keningnya dan mulai gelisah."Aku bisa jelaskan Sayang, Ini hanya salah paham. Kau pasti hanya mendengar percakapan itu setengah-setengah saja kan?""Aku dengar dengan jelas saat kamu memanggil wanita itu dengan ungkapan sayang kau bujuk dan kau kecup keningnya lalu kau minta dia untuk kembali ke lokasi proyek! Apa itu salah?" Suamiku gemetar bukan main saat aku mengatakannya. Sebenarnya aku ingin sekali menampar wajahnya dengan tas yang kubawa tapi aku tidak suka main kasar pada kepala keluarga. Lagipula, main kasar akan membuatnya kehilangan respek pada istrinya sendiri. Lalu kesemp
Read more
13
Jujur saja bertengkar dan berteriak-teriak bukan keahlianku, aku lebih memilih untuk bicara seperti itu padanya, dengan demikian, Dia mungkin akan berpikir keras untuk berusaha memperbaiki kesalahan. Atau... bisa jadi dia tidak menemukan kesadarannya.Kuambil makananku ke piring lalu kubawa piringku ke ruang tengah dan makan di depan tv, untuk pertama kalinya aku tidak makan di meja makan karena lelaki itu ada di sana."Aku jadi malu dan segan untuk makan.""Malu menunjukkan bahwa kau masih punya akal. Tapi entah kenapa, sejak awal, ke mana rasa malu itu pergi. Ke mana rasa takut akan dosa dan kemungkinan aibmu akan terungkap di saat kau berani menyingkap pakaian wanita itu di dalam ruang kerjamu?""Aku mohon, aku ...."Aku tidak lagi mendengar perkataannya karena tiba-tiba kuambil remote dan kubesarkan volume TV. Aku benci mendengar pembelaannya yang seperti pembenaran tidak masuk akal. Aku sudah bosan dan aku lelah. Melihatku yang acuh tak acuh saja serta hanya sibuk menonton TV
Read more
14
"Ada apa sebenarnya Bunda?" Putra sulungku datang bertanya padaku saat diri ini mencuci piring sendiri yang di dapur sementara kedua putriku duduk dengan ayahnya di depan TV sambil makan buah.Tiada seorangpun yang menyadari kesalahan Ayahnya di antara mereka, lagi pula aku tidak ingin merusak citra panutan mereka menjadi lelaki yang akan mereka benci seumur hidup. Aku tidak akan merusak keluargaku atau menghancurkan rumah tangga dengannya hanya saja aku butuh waktu untuk menerima kenyataan dan berdiri menata hatiku sendiri. Mungkin suatu saat Mas Farid akan sadar dan bertobat, mungkin juga tidak. Segala sesuatu atas keputusan dan sikapnya hanya akan kupasrahkan kepada Tuhan yang maha kuasa. Yang di atas lebih tahu mana yang terbaik untukku dan anak-anak.Di sisi lain, kadang dalam kesendirian dan saat terlintas kenangan-kenangan baik aku kerap meneteskan air mata, aku benar-benar mencintainya dan mempercayainya tapi tiba-tiba dia berselingkuh dengan seorang arsitek hanya karena wa
Read more
15
"Aku terkejut karena kau tiba-tiba datang dan memaksa untuk akrab dengan keluargaku malam malam begini, biasanya seseorang membeli kabar sebelum datang terlebih ini adalah rumah orang asing yang sama sekali tidak mengenalmu, kedatanganmu benar-benar mengejutkan."Wanita itu tertawa sambil menyibak rambutnya sementara kedua putriku menatap diri ini dengan berbagai pertanyaan di hati mereka, karena untuk pertama kalinya aku bersikap tidak ramah kepada tamu yang datang. "Sebenarnya aku sudah merencanakan hal ini....""Siapapun yang ingin akrab pada keluargaku maka mereka harus minta izin padaku dan akrab denganku dulu," balasku."Dengan senang hati, saya merasa tersanjung bila Mbak Hafsah mau berteman akrab dengan saya.""Bukankah suamiku adalah atasanmu dan kau memanggil dia dengan sebutan Pak, harusnya kamu manggil diriku dengan kata ibu, iya kan? Ataukah kau benar-benar tidak tahan lagi untuk segera akrab dengan kami.""Bundaaa... Bunda kenapa?"Putriku Alexa nampak tidak mengerti
Read more
16
"Teganya kamu mengatakan perceraian dengan tatapan mata sedingin itu ... aku memang salah jatuh cinta pada orang lain dan mengumbar janji dengan mudahnya tapi aku tidak pernah bermaksud meninggalkanmu.""Aku lebih percaya dengan kata-kata yang kau ucapkan pada wanita itu dengan tatapan serius dan penuh sumpah," jawabku sinis."Aku khilaf saat mengatakannya, aku hanya terbawa suasana," balasnya, aku tergelak mendengar alasan yang dilontarkan Suamiku di mana itu terdengar sangat klise dan kekanak-kanakan.Apapun yang dia katakan terdengar seperti sebuah kalimat omong kosong yang benar-benar membuatku membencinya. Takbiran Antara cinta dan kebencian itu sangat tipis sehingga itu bisa terbalik dalam sekelip mata. Minggu kemarin aku memujanya, bangga memilikinya sebagai suamiku, tapi hari ini, aku menyesal, aku malu pada diriku sendiri karena sudah memilihnya sebagai suami.Aku malu telah membawanya ke hadapan orang tuaku dan meyakinkan mereka bahwa ia pria yang pantas jadi pendampingku
Read more
17
Kutepikan mobil garasi, mematikan lalu menutup pintunya sambil menghela nafasku. Jujur saja keluar rumah selama 1 jam dan mencari udara segar membuatku sedikit terbebas dari rasa pengap dan kesedihan hati. Terus berada di rumah membuatku terpikirkan akan kejadian yang kulihat di kantor suamiku serta bagaimana kenangan indah tentang kami mencekik leherku. Aku sebenarnya tidak mau teringat-ingat lagi tapi entah kenapa bayangan itu berkelebat dan terus terngiang-ngiang.Saat aku mendorong pintu utama suamiku yang kebetulan duduk di ruang tamu langsung berdiri."Kau dari mana saja?"Melihat dia terlihat begitu tegang aku hanya menanggapi dengan santai, kutatap jam dinding lalu bertanya kembali kepadanya."Kamu pulang kantor lebih cepat hari ini?""Aku khawatirkanmu mengingat betapa seriusnya percakapan kita semalam kupikir....""Jangan khawatir aku tidak pergi ke pengadilan agama untuk menggugatmu, aku menunggu tawaran terbaik yang bisa kau berikan padaku.""Bagaimana kalau aku tidak bi
Read more
18
"Apa kau gila?" Tanya suamiku sambil mendesahkan nafasnya dengan kasar."Kau pikir anak-anak akan diam saja melihat orang tuanya tidak sekamar lagi?""Aku hanya butuh jeda Antara Aku dan dirimu aku harus memulihkan hatiku dari kenangan buruk dan adegan percintaan kalian, bantu aku untuk pulih, alih-alih kau terus mengintimidasi perasaanku.""Begini...." Ucap lelaki itu sambil menggigit bibirnya."Bisakah kau berikan aku kesempatan agar kita bisa memulihkan hubungan ini.""Caranya hanya satu, tinggalkan wanita itu dan pecat dia dari tempat kerjamu, singkirkan dia dari kehidupanmu sehingga aku tidak lagi mencurigai kalian.""Bagaimana aku menyingkirkannya sementara dia adalah pegawai yang berharga bagi perusahaan, karya dan desainnya sangat bagus, bagaimana aku bisa memecatnya.""Kalau begitu, putuslah dengannya....""Ya Tuhan..." Suamiku mengadu sambil menjambak rambutnya sendiri."Oh tentu kau tak bisa, mana mungkin kau bisa lepas dari wanita itu di mana kau sendiri bilang kalau tak
Read more
19
Aku berdiri dihalangi oleh sebuah dinding yang jadi pembatas antara dapur mini dan kamarnya. Suamiku dan wanita jarang itu bercinta di ruang tamu utama yang difungsikan juga sebagai ruang nonton tv. Ada film panas yang sepertinya sedang ditiru adegannya oleh mereka berdua. Mataku panas, dadaku bergejolak, aku ingin meraih pisau yang tertancap di wadahnya lalu mengganti tancapannya ke tubuh mereka. Tapi, aku takut dengan penjara, Aku tak mau jadi pembunuh yang menghancurkan masa depanku karena dua manusia bejat seperti mereka.Di sisi tempat aku berdiri ada teko air listrik yang tersambung ke steker sumber daya. Aku terpikirkan untuk menyalahkannya, menekan tombol sehingga lampu teko otomatis itu berubah merah. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan dengan air panas hanya saja aku mengikuti naluri."Ayang, aku kangen," ucap Mas Farid dengan napas memburu."Aku juga Mas, sehari tak bercinta membuatku merana, ah, ...."Tentu saja wanita itu mengerang erang, mendesah tak karuan menikm
Read more
20
Usai melampiaskan kemarahanku aku turun dari plat yang berada di lantai 3 itu, aku memasuki mobil, meraih botol air lalu meneguknya dengan cepat.Aku belum berinisiatif untuk segera menyalakan mesin lalu meluncur pergi demi meredakan perasaanku yang kini bergejolak dan membara, aku memilih untuk menunggu Apakah Mas Farid akan segera turun lalu pulang ke rumah ataukah dia malah pergi ke rumah sakit bersama dengan niken.Setelah lima menit dua sejoli itu terlihat turun, saat turun suamiku nampak terlihat hati-hati dengan memeriksa keadaan sekitar untungnya mobilku sengaja aku parkirkan tersamar di antara mobil-mobil yang lain Jadi mereka tidak tahu kalau aku masih ada di sana. Perlahan mas Farid menjemput seorang wanita dari lift, lalu wanita itu terlihat tertatih dan masuk ke mobil suamiku. Sepertinya mereka melakukannya dengan hati hati, khawatir aku masih ada di sana atau orang lain melihatnya. Tak lama kemudian mobil Fortuner berwarna putih itu meluncur keluar lalu menambah kec
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status