Semua Bab Ranjang Panas Milik Tuan Lukas: Bab 141 - Bab 150
175 Bab
PANGGILAN TUAN LIEM!
PANGGILAN TUAN LIEM!"Ada apa Lagi?" tanya Davina."Apa kau sudah memberitahu tentang rencanaku kepada tuan Lukas dan Tuan Liem tentang apa yang aku minta," jawab Mama Davina."Aku sudah bilang dari awal kepadamu kan? Aku tidak akan pernah melakukan hal itu. Aku tidak akan pernah mengatakan apapun kepada Tuan Lukas, apalagi kepada ayah Mertuaku, Tuan Liem. Tidak ada alasan untukku membantu Kan?" sahut Davina."Sialan kau! Mau kau jadi anak durhaka? Hah? Kau tak ingat bagaimana dulu? Tanpa aku kau bisa apa? Gelandangan yang akan di pinggir jalan," sanggahnya."Ck! Aku sudah memberi tumpangan rumah untuk kau dan Leo, kan? Jadi aku harap kau sedikit tahu diri. Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan tapi aku tak peduli hal itu," terang Davina.Dia menghela nafasnya panjang, berusaha menguatkan hatinya untuk tak gampang kasihan dengan orang lain. Lelah sudah selama ini dia mengalah, selalu tertindas karena perasaan bersalah dan simpatinya yang gampang luluh. "Hahaha kau lucu sekali. Ak
Baca selengkapnya
DAVINA MENYINGKIR? ATAU DISINGKIRKAN? SEMUA DEMI LUKAS? BENARKAH?
DAVINA MENYINGKIR? ATAU DISINGKIRKAN? SEMUA DEMI LUKAS? BENARKAH? "Permisi, selamat pagi Tuan," sapa Davina. "Ya, Masuk!" perintah Tuan Liem. Davina pun masuk, dia mengenakan setelan blazer berwarna ungu muda rambutnya digerakin nampak manis sekali. Begitupun Tuan Liem, dia mengenakan hem dengan warna hitam nampak kesan angker, dingin, dan maskulin. Terpancar dari wajahnya, meskipun pria itu sudah setengah baya namun tidak terlihat begitu tua di mata Davina. "Duduklah Davina!" perintah Tuhan Liem. Davina pun menganggukkan kepalanya. Dia sedikit membungkuk, menghormati, dan kemudian duduk di kursi tamu. Begitupun Tuan Liem, dia duduk di samping Davina mereka saling bersampingan. "Davina," panggil Tuan Liem. Davina mendongakkan kepalanya. "Apakah kau tahu kenapa aku ingin menemuimu hari ini?" tanya Tuan Liem. Davina menghela nafasnya panjang. Dia mengepalkan tangannya, sepenuh hati, jiwa, dan raganya sangat emosi, sedih, dan campur aduk saat ini. Dia sudah tahu bahwa maksu
Baca selengkapnya
LICIKNYA TUAN LIEM
LICIKNYA TUAN LIEM"Ya, dia takut kalau di rumah sendiri. Ini yang aku takutkan dari sebuah pernikahan, ini akan mengganggu keberhasilannya. Tapi aku rasa ada sesuatu yang ganjal juga," ucapnya."ganjal? Apa itu, Tuan Liem?" tanya Davina mengerutkan keningnya dengan heran."Dia menikah denganmu tetapi dia tidak berniat melakukannya juga, jadi setengah ingin menikah setengah tidak. Bukankah pernikahan kalian itu belum terdaftar resmi? Apa kau dadar itu, Davina? Kalian hanya menikah secara gereja saja, aku bertanya pada Stevanus ternyata dia belum mendaftarkannya. Menurutmu mengapa dia melakukannya. Karena itu aku ingin mendengar pendapatmu langsung, lalu memanggilmu ke sini. Aku cukup kaget tahu semua itu," ujar Tuan Liem.Mendengar semua ucapan Tuan Liem, membuat Davina langsung terdiam. Mengenai masalah itu, Davina pun tahu dan menyadari sepenuhnya. Karena ini memang merupakan kesepakatan mereka dari awal. Lukas sengaja tak mendaftarkan penikahan mereka karena permintaan Davina agar
Baca selengkapnya
RENCANA DAVINA, TUAN LIEM, DAN LUKAS!
RENCANA DAVINA, TUAN LIEM, DAN LUKAS!"Terima kasih Tuan Liem, aku akan memegang janjimu itu," kata Davina.Davina segera pergi ke kantor. Dia berbuat seolah tak terjadi apa-apa di sana, dia tak ingin mengatakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Lukas, saat sampai di kantor. Untung saja Davina belum terlambat, dia belum melihat Lukas masuk ke ruangan. Dia berbisik ke arah Eca,"Apakah Tuan Lukas belum datang?" tanya Davina pada Eca."Kenapa? Apa kalian bertengkar sehingga tak berangkat bersama?" tanya Eca balik."Tidak, aku tadi ada keperluan lain," jawab Davina."Kau sepertinya sangat menikmati sekali peranmu menjadi istri seorang CEO," sindirnya.Davina pun hanya melengos, dia melihat ke arah ruangan kerja Lukas yang masih kosong. Entah mengapa beberapa minggu belakangan ini setelah semua teman, rekan kerjanya di bagian divisi tahu bahwa dia sudah menikah dengan Lukas, Davina merasa tidak nyaman. Karena apapun yang diperbuatnya seolah-olah selalu berhubungan dengan Lukas. Padahal
Baca selengkapnya
UGKAPAN CINTA DAVINA, TANDA PERPISAHAN!
UGKAPAN CINTA DAVINA, TANDA PERPISAHAN!"Tunggu! Aku mau makan dulu. Aku lapar sekali," sanggah Lukas menolak Davina."Kenapa? Kau menolakku, Tuan Lukas?" tanya Davina kaget.Lukas menggelengkan kepalanya perlahan. Karena sebenarnya dia lapar sekali, dia justru takut tak fokus memuaskan Davina dan takut performanya tak maksimal. Mengingat dia sangat lapar karena selama siang hari sibuk oleh pekerjaan yang menumpuk. Ya, tentu saja pekerjaan yang di buat oleh Sean dan harus segera di selesaikannya agar perusahaan tak begitu merugi.'Cup' satu kecupan mendarat di bibir Davina."Tidak begitu, aku lapar. Justru aku takut rasa laparku ini akan membuat pertempuran kita tidak maksimal. Aku mau mengisi perut, agar bisa memuaskanmu," jawab Lukas. Davina tersenyum, dia bergelendot manja di lengan sang suami."Aku sudah masak makanan yang lezat untukmu, Tuan Lukas. Aku lebih lapar darimu sekarang," bisiknya."Benarkah? Kenapa kau tak makan?" tanya Lukas heran."Tidak. Aku mau makan bersama suami
Baca selengkapnya
WARNING 21++ DI BAWAH NAUNGAN SHOWER KAMAR MANDI
WARNING 21++ DI BAWAH NAUNGAN SHOWER KAMAR MANDI "Davina apa maksudmu mengatakan semua ini? Mengapa kau mengatakan seolah-olah kau sedang berpamitan?" tanya Lukas. "Memang kau hendak kemana? Davina percayalah, kita akan menjalani kehidupan ini dengan lebih baik. Jika memang ada halangan ke depannya, aku janji akan menyelesaikannya segera mungkin. Percayalah ini bukan masalah besar," ujar Lukas. "Aku akan menyelesaikan semuanya," sambungnya. Davina menggelengkan kepalanya. Dia memandang Lukas dengan tatapan yang sungguh sulit diartikan. Tak Ingin rasanya mengatakan kepada Lukas tentang sebenarnya apa yang dia sembunyikan tentang pertemuannya dengan Tuan Liem maupun tentang perjanjian mereka. Tapi bagaimana lagi semua harus tetap berjalan, janji itu harus tetap dilakukan meskipun rasanya susah. Tapi dia juga tak mau ingkar janji apalagi dengan Tuan Liem. Davina pun membelai wajah Lukas perlahan dan lembut. " Kenapa kau melakukan ini,
Baca selengkapnya
KEPUTUSAN DAVINA!
KEPUTUSAN MENGEJUTKAN DARI DAVINADavina pun menganggukkan kepalanya, dia pun menungging dan berbalik di balik dinding. Lukas segera menghampirinya. Tangannya langsung menyentuh payudara Davina dan meremasnya. Batangnya yang keras menggesekkan diri di bawah Lubang milik Davina. Lukas memainkan punting Davina."Ahhhhhhhhhhhhh......""Aku akan memasukkannya dengan segera, Davina. BErsiaplah," perintah Lukas"Arggghhhhhhhhhhhhh!" lenguh Davina dengan panjang Sekarang terasa sekali bibir bawahnya yang sesak dengan batang milik Lukas yang panjang, besar, seakn hendak menyobek nya. Davina pun mengangkat kepalanya, mencongak ke atas merasakan nikmat dan perih yang bercamput menjadi satu."HAaaaaahhhh, nikmat sekali," gumam Lukas."Tuan, ini sangat nikmat. Perih sekaligus nikmat bercampur menjadi satu," gumam Davina. Tangannya menopang pada dindingLukas tak menjawab dia menggoyangnya, maju dan mundur mengocok batang itu."Tuaaan," gumam Davina menikmatinya.
Baca selengkapnya
LENGUHAN PERCINTAAN TERAKHIR!
LENGUHAN PERCINTAAN TERAKHIR! "Lalu? Kenapa? Bukankah kau sudah tahu jawaban dari semua kelakuan burukku di luar sana? Image kotorku selama ini. Apa yang terjadi kepada diriku. Davina, meskipun aku tak pernah mengungkapkan perasaanku kepadamu, bukankah harusnya kau mengertikan?" tanya Lukas."Davina, sudah lama sejak aku di cap sebagai orang yang menyedihkan oleh Tuan Liem," gumam Lukas menghentikan semua ucapannya.Lukas menghentikan perkataannya, dia tak mau melajutkan lagi. Dia takut terlihat lemah di hadapan itu. Davina pun menggelengkan kepalanya, dia mengeluh tangan Lukas perlahan. Kemudiam dia mencium kedua tangan Lukas, selalu menatap Lukas dalam-dalam. Hal itu membuat luka semakin sakit, wanita gila mana yang bisa mencintainya seperti Davina begitu tulus dan perlakukannya begitu manis. Tak ada rasanya."Ternyata benar apa yang dikatakan Tuan Liem, Tuan Lukas terlalu salah paham dengannya. Entah bagaimana komunikasi yang terjadi antara keduanya sampai bisa membuat mereka ber
Baca selengkapnya
ERANGAN NIKMAT PEMBAWA LUKA
ERANGAN NIKMAT PEMBAWA LUKA"Emhhhhh!""Bagaimana rasanya nikmat bukan! Kau sangat menikmatinya kan? Hah!! Bentak Lukas,""Beri aku kesempatan menyelesaikan ucapanku, Tuan Lukas! Argggg," lenguhan Davina sambil menggigit bibirnya."Hash! Bedebah!! Rasakan ini," kata Lukas dengan membabi buta mencupang, memelintir puting Davina."Arggggghhhhh!!! Ahhhh, Tuan. Dengarkan aku. Kau sudah membantuku menebus rumah itu kau memberikanku uang yang lebih dari cukup untuk aku bisa membuka perusahaan dengan Dea. Aku tidak memutuskan hubungan denganmu, Tuan Lukas. Aku hanya memintamu untuk sedikit bersabarlah. Sebentar saja, Tuan Lukas. Percayalah.... Arhhhhggggggg...." pekik Davina."Percayalah bahwa ini tidak akan memerlukan waktu lama sampai semua akan membaik," sambung Davina dengan terengah-engah.Lukas menggelengkan kepalanya dengan kasar. Ini pertama kalinya dia merasakan sakit sekali di hatinya. Dia takut kehilangan Davina sama seperti dia takut kehilangan orang tuanya bukan hanya takut keh
Baca selengkapnya
ANCAMAN LUKAS DAN SEBUAH KESALAHPAHAMAN
ANCAMAN LUKAS DAN SEBUAH KESALAHPAHAMAN"Davina!" teriaknya mulai kacau. Dia mengusap wajahnya dengan kasar."BAJINGANNN!!!!!!" teriak Lukas."Pasti dia telah melakukannya," kata Lukas sambil segera berganti baju. Lukas segera ingin menemui Tuan Liem, dia sudah sangat emosi. Mengendarai mobil secara ugal-ugalan, tak memperhatikan kiri dan kanan. Di otaknya hanya satu, ingin segera sampai di kantor pusat menemui Papa angkatnya. Baru saja saat sampai di kantor Tuan Liem, dia langsung membuka pintu dengan paksa.'Brak' pintu itu terbuka sedikit keras, membuat semua orang yang ada di dalamnya menengok ke arah Lukas. Di sana ternyata tak hanya Tuan Liem saja, namun ada Sean saja. Lukas langsung tersenyum sinis."Bajingannn! Dua pria bedebah ini ternyata sedang bersama. Mencoba untuk menggunjingku sepertinya di belakangku."Halo, selamat pagi adikku tersayang. Kenapa kau pagi-pagi sudah datang? kenapa wajahmu memerah? Sepertinya kau juga sangat emosi sekali," kata Sean dengan wajah tak be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status