Lahat ng Kabanata ng ISTRI KONTRAK CEO AROGAN: Kabanata 41 - Kabanata 50
125 Kabanata
Ini Cinta, Bukan Nafsu Belaka
Vin naikkan dagu Lea, karena merasa telah mendapatkan ijin dari Lea, Vinpun ingin membuat posisi yang lebih nyaman untuk mereka berdua. Vin mendorong tubuh Lea perlahan agar bisa berposisi terbaring di bawah kungkungan tubuhnya, sehingga kini, Lea tertindih tubuh atletis Vin.."Aku...nggak sanggup....menahan."Ungkapan lirih Vin ini semakin membuat Lea terbuai. Hilang sudah teori-teori pertahanan ala wanita teguh iman yang baru terucap beberapa menit berselang.Persetan. Lea tak bisa pungkiri, memang sulit menolak sentuhan Vin. Mereka berdua juga telah menikah, pikir Lea.Tatapan sayu Vin bersambut anggukan Lea, sebagai balasan persetujuan akan apa yang Vin katakan, juga yang akan dia lakukan padanya.Vin cium kening Lea untuk pertama kali, lalu turun ke kedua matanya, sehingga keduanya kini sengaja Le pejamkan. Ciuman Vin berlanjut pada bibir mungil nan penuh Lea. Tidak lagi satu kecupan lembut di awal seperti sebelum-sebelumnya, namun Vin berikan sentuhan lebih membara. Posisi be
Magbasa pa
Dengar Laraku
"Ta tapi, gimana kalau ada hal penting?!"Lea tanggapi pertanyaan Vin ini dengan sewot. Diambil laptop, dan semua barang-barangnya, dirangkul menjadi satu, lantas berdiri."Saya kerjain dikamar saja. Besok selepas shubuh, saya harus pulang dulu. Nggak bawa ganti. Selamat malam. Pak," pamit Lea, dengan kedua pipi sedikit menggelembung tanda khas wanita ketika sedang kesal."Lho, hei!" panggil Vin lantang, tanpa menyebut nama. "Tugasmu belum selesai!" protesannya.Lea tak menanggapi, tujuannya hanya satu, kembali ke kamar, dan luapkan semua disana."Nggak jelas!" umpatnya. "Aduh, Lea. Lo mau aja sih di gituin? Dimainin sama laki-laki nggak punya hati, nggak punya pikiran, maunya sendiri!" Lea lempar semua barang bawaannya ke atas kasur. "Ih, bodoh bodoh! Nggak mau belajar dari yang sudah sudah!" Lea salahkan dirinya sendiri untuk kesekian kali.Saking keselnya, Lea turunkan semua barang-barangnya ini, berganti dirinya yang menguasai kasur, setelah terdengar suara Vin dibalik pintu kam
Magbasa pa
Bicara Sebagai Pria dan Wanita
"Penuhi kesepakatan di surat kontrak. Hanya itu."Lea menerawang, mencoba menelaah secara singkat poin-poin yang sempat dia baca di surat kontrak pernikahan mereka.Pada kenyataannya, Lea tak berani menyimpan salinan miliknya dirumah, tapi sengaja dititipkan pada Vin, sehingga sampai detik inipun, dia tak pernah lagi menyentuh dokumen tersebut."Yang mana, Pak?" tanyanya bingung."Yang kamu permasalahkan waktu itu.""Yang bilang, saya harus jadi istri kontrak sebenarnya itu?" tanya Lea balik sambil merengut. Usia Lea yang baru lepas masa remaja, tentu tak bisa terima, bila tuntutan sepihak dari Vin itu harus dia alami.Vin adalah pria kaku dan dingin, sangat jauh, jauh sekali dari sebagian besar kriteria suami idamannya. "Hmm." Vin duduk di kursi tinggi model barstool, meneggak air sampai beberapa kali tegukan, terlihat sekali dia sedang alami susah menelan."Tenggorokan anda lagi radang, ya?" tanya Lea kemudian, tak disangka buat Vin menatapnya sayu."Kamu ini lulusan sarjana ekonom
Magbasa pa
Tak Mampu Tepati Sebuah Janji
"Wanita, selalu serba ingin tahu!" Sebelum Lea beri tanggapan, panggilan masuk dari ponsel Vin, sehingga tinggalah Lea sendirian didapur, setelah Vin memilih menerima panggilan diruang sebelah."Oh iya, kacamataku!" pekik Lea, baru menyadari. "Dari semalam, kayaknya masih dimeja," sadarnya.Lea mengikuti Vin, tapi memperlambat langkah, tatkala mendengar atasannya itu berbicara dengan tajam.Lea tempelkan telinga dibalik tembok, guna menguping, mendengarkan pembicaraan yang dibayangkan antara Vin dan salah satu wanita pemujanya."Dikira kawin terus punya anak keturunan itu bisa secepat itu?!" amarah Vin, dengan alis menikung tajam ala Angry Bird. "Kapan agenda kedatangannya?...What? Hari ini?...Dannzione. Molto tortuoso!" umpat Vin dalam bahasa Italia. "Iya iya...aku tahu. Taruh dimejaku saja...hmm, pagi."Lea julurkan kepala saja untuk melihat ekspresi Vin, tapi segera balik ke dapur dengan langkah berjingkat ala balerina."Kayaknya bukan Wilona atau cewek lain deh," gumam Lea sedik
Magbasa pa
Butuh Bayi Pewaris
"Apa-apaan ini?! Disini bukan hotel, tapi perusahan saya!"Gertakan Vin ini, disambut tundukan kepala dari semua yang berada diarea lobby, termasuk itu Morgan, sempat melirik Lea dengan ekspresi bersimpati, atau lebih tepatnya merasa kasihan, karena akan mendapat semburan dari Vin."Maaf, Pak. Kami masuk," sahut Lea mendahului Dani, lalu menariknya agar menaiki tangga saja, setelah berpamitan sopan pada Vin."Ihh, Dani. Jangan diulang lagi deh. Iya kamu, bisa langsung belok ke ruanganmu. Lha aku? Gimana harus hadapi bos kita satu itu, hah?!" protes Lea ingin Dani membuka mata. "Sudah tahu bagaimana karakter Presdir Vin kayak gimana, pake drama begitu. Lain kali, kalau mau ngobrol, cari tempat sepi!" omel Lea, kesal setengah mati. Lea cepatkan langkah, lalu tinggalkan Dani yang bengong begitu saja. Dani masih tak percaya, Lea yang sekarang berbeda dengan Lea saat mereka bersama."Hmm. Entah apa yang merubahmu, Lea, tapi nggak tahu kenapa, gue jadi semakin terobsesi sama lo!" Senyum D
Magbasa pa
Ku Peluk Hatimu
Vin pencet tombol interkom antar ruangan, keraguan dia singkirkan sementara waktu."Lea. Masuklah.""Baik, Pak." Lea arahkan bagian depan poninya ke belakang telinga, mengambil tali kuncir, lalu mengikat keseluruhan rambutnya menjadi ekor kuda. Tadi belum sempat dia lakukan, karena terburu-buru."Iya?" tanya Lea, setelah didepan meja Vin."Ehm, ada hal penting." Tidak biasanya Vin ragu untuk ungkapkan sesuatu."Apa itu, Pak?""Ehm..."Deringan panggilan terdengar dari meja Lea. Suasana hening, jadikan suara itu menggema di 2 ruangan dengan pintu tak tertutup."Iya, Pak?" tanya Lea lagi."Angkat dulu telponmu." "Oh, baiklah." Lea kembali ke meja dan meraih ponselnya. Usaha cepatnya, tak membuatnya terlalu senang, karena yang menelpon ternyata Dani, yang pasti bukan soal pekerjaan. "Dani? Ada apa?" balasnya malas."Pak Vin marahin kamu, tidak?" selidik Dani pelan, bermaksud tunjukkan perhatian."Nggak," jawab Lea singkat."Syukurlah. Aku jadi nggak bisa konsentrasi kerja, gara-gara mi
Magbasa pa
Jangan Sentuh Wanitaku!
"Demam? Nggak!"Vin masih belum sanggup bicarakan sesuatu yang sempat dibahas dengan Sekretaris Li tadi. Hanya bisa mengelak, tapi juga terbebani dalam pikiran."I'm fine. Sto bene!" ungkapnya lagi, kalau memang dirinya baik-baik saja, tak ada yang perlu Lea khawatirkan.Vin acuhkan Lea, kembali ke ruangannya, seolah barusan tak terjadi apapun pada mereka, dan Lea hanya bisa menatap keheranan dari kejauhan."Jelas-jelas badannya demam, kok. Tapi mesti nggak mau ngakuin," gumam Lea, semakin picingkan kedua mata, jadi setajam ucapannya. "Apa maksudnya, coba? Cemburu? Mau lagi, tapi nggak mau ngakuin? Nggak jelas! Huh, dasar mesum!" umpatan sesuai label untuk Vin yang dia ciptakan.Lea cuma bisa membanting kaki, kesel, tapi hanya bisa pasrah dengan kembali duduk di meja kerjanya, untuk selesaikan pendingan pekerjaan yang harus dia kerjakan.Baru saja ruangan itu damai, baik Lea maupun Vin, sama-sama tenggelam dalam kesibukan, mulai berdatangan orang lain."Pssttt...Lea!" panggilan setela
Magbasa pa
Pengganggu Kencan, Lagi
Setelah mengusir Helena secara halus, Vin turun lewat lift untuk pegawai, dan bukan lift khusus sang presdir."Presdir Vin?" ungkap salah satu pegawai dengan jabatan salah satu manager dibagian usaha property Vin yang ada di lantai 3. "Apa anda berencana lakukan sidak pegawai?" tanyanya, baru kali ini mendapati seorang presdir berdiri bersama pegawainya di dalam lift."Sidak?" sahut Vin, jadi tercetus suatu pemikiran. "Hmm iya, kamu benar. Aku mau sidak," lanjutnya dingin. Para pegawai yang menyapanya, hanya ditanggapi dengan anggukan samar saja.Vin dipersilahkan keluar terlebih dulu oleh para pegawainya, lalu menoleh ke arah lift yang biasa dia gunakan."Morgan," panggilnya pada kepala pengawalnya."Tuan? Anda lewat situ?" Morgan terkejut, Vin tidak biasanya."Kita makan disini saja," ujar Vin."Disini dimana, tuan?" Morgan terkesiap mengawal Vin, mengikuti ritme langkahnya yang cepat."Ya disini!"Jawaban singkat Vin tapi menghentak ini, membuat mulut Morgan terkatup. Tak ada gunan
Magbasa pa
Menjaga Perasaanmu Dalam Rahasia
Tatapan Vin, membuat Lea kembali merasakan tiap sentuhan dibeberapa bagian tubuhnya, beberapa menit lalu, sebelum kedatangan Helena."Anda tumben makan disini, Pak?" Pertanyaan dari Dani ini, memecah kebekuan Lea yang tak bisa berkata-kata, mulai canggung."Sidak.""Sidak?" Kebiasaan Lea mengulang bagian akhir ucapan lawan bicaranya, keluar."Kenapa?" sahut Vin. "Karena tidak ada di jadwalku hari ini? Kan namanya saja sidak, ya dilakukan secara dadakan!"Lea mengangguk-angguk dan turunkan tatapan. Kalau gas nada suaranya sudah mulai 60 km/jam bagini, Lea hanya bisa menyetujui saja. Percuma memulai berdebat lama-lama."Benar kata para pegawai, cara anda bekerja dan memimpin sangat berbeda dengan Pak Anthony." Dani justru yang memulai obrolan. Lea hanya penyimak saja.Diterima diperusahaan milik Vin ini belum ada satu tahun, Lea jadi tak terlalu mengenal soal Anthony. Hal ini dikarenakan, kesehatannya yang terus menurun, sehingga lebih sering digantikan oleh Sekretaris Li, sebelum keda
Magbasa pa
Ruang Diantara Luka
Vin berjalan bergegas ke arah kantor, tapi saat dilobby, sengaja diperlambat, untuk berbicara dengan Morgan."Yes, tuan muda?" respon cepat Morgan."Kamu tidak perlu melakukannya, Morg," ucap Vin kecewa.Morgan merunduk, meminta maaf."Saya lakukan itu, karena tidak tega dengan anda. Tidak sepatutnya anda diperlakukan seperti telah lakukan dosa besar, padahal an--""Tapi kamu lakukan itu kalau aku sedang bersama wanita, bukannya lagi berdebat sesama pria," sahut Vin lirih dan geregetan."Sekali lagi maaf, tuan muda." Vin dan Morgan, memiliki kebiasaan unik, dimana Morgan dituntut peka, bila Vin sedang dalam masalah argumentasi dengan seseorang, terutama wanita.Morgan akan ikut ambil skenario, dengan memberikan ponsel pada Vin, dengan alasan sekretaris Li sedang menelpon, dengan tujuan, membantu Vin keluar dari situasi tak mengenakkan, misalnya si wanita menuntut kejelasan hubungan dengan Vin, atau saat kencan buta yang membosankan."Tapi saya tidak menyukai pegawai pria anda tadi,
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status