Semua Bab Suami Idiotku Ternyata ....: Bab 51 - Bab 60
122 Bab
Wanita dari Masalalu
Sesampainya di rumah sakit, aku dan Arsen menjadi pusat perhatian oleh beberapa staf disana.Namun aku tidak begitu peduli, pikirku mungkin itu adalah hal yang biasa pada pasien yang baru datang. Hingga pada saat aku dan Arsen mengantri untuk mendaftar, tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri kami."Arsen?!" serunya.Kutatap seorang wanita cantik dengan pakaian khas dokter tersebut. Ia nampaknya begitu senang saat melihat Arsen. Sedangkan Arsen sendiri tetap dalam mode penyamarannya."Maaf, dokter kenal dengan suamiku?" tanyaku pelan.Perempuan itu nampak terkejut mendengar pertanyaanku barusan. Namun, detik berikutnya ia tersenyum kemudian meminta aku dan Arsen untuk segera ikut ke ruangannya tanpa harus mengantri terlebih dahulu."Tangannya kenapa? Kok bisa sampai terluka separah ini?" tanya dokter tersebut padaku begitu kami sampai di ruangannya."Tadi Arsen mengamuk!" Aku memilih menjawab apa adanya."Ak
Baca selengkapnya
Salah Paham
Sesampainya di rumah, aku langsung mengintrogasi Arsen dengan berbagai pertanyaan tentang Dokter Siska. Dan ternyata, semua yang dikatakan Dokter Siska Arsen benarkan!"Lalu, kenapa kamu tidak menikah dengannya saja?" pertanyaan yang sedari tadi membuatku penasaran akhirnya terucap juga."Aku sudah tidak mencintai nya! Sudahlah, kamu jangan bahas dia lagi! Dia hanya masalalu!" sahut Arsen singkat.Akan tetapi, sikap Arsen yang seolah menghindari tatapanku, membuatku semakin terbakar cemburu. Aku jadi curiga kalau dia sedang berusaha membohongiku soal perasaannya.Namun, aku sadar bahwa emosi Arsen saat ini sedang labil. Makanya aku enggan untuk terus menekannya meski sebenarnya hatiku menuntut hal itu.Kubiarkan Arsen pergi ke kamar, dan akupun memilih untuk tetap berada di ruang tamu ini guna menenangkan diri juga.Ya, walau bagaimanapun, sebagai seorang wanita tentu saja aku merasa tidak baik-baik saja saat tiba-tiba saja ada w
Baca selengkapnya
Kecelakaan yang Disengaja
Setelah penjelasan Arsen kemarin, aku jadi merasa sedikit lega. Setidaknya aku tau kalau dia tidak marah padaku. Selain itu, rasa cemburuku pada Dokter Siska juga sudah terpatahkan.Kemarin, Arsen bilang, hari ini Bu Hanum akan pulang. Maka dari itu, aku sengaja bangun lebih awal untuk membuat aneka masakan guna menyambut kedatangan beliau.Setauku, Bu Hanum sangat suka makan pepes ikan dan juga ayam bakar. Maka, sejak pagi aku berkutat di dapur untuk menyediakan dua menu spesial itu.Namun, selain kedua menu tersebut. Aku juga menyiapkan menu lainnya seperti sayur, sambal, dan juga aneka lalapan. Pokoknya, untuk hari ini, meja makan penuh!"Kamu masak banyak, Ze?" tanya Arsen begitu ia masuk dapur."Iya dong! Untuk menyambut kedatang ibu!" sahutku antusias.Kulihat Arsen tersenyum. Tak lama kemudian dia menghampiriku dan memelukku dari belakang."Makasih, ya!" bisiknya."Kok, makasih?" tanyaku seraya mengernyit
Baca selengkapnya
Sosok Berwajah Rusak
Malam ini juga aku dan Arsen langsung berangkat ke tempat yang sudah Tuan Gavin informasikan. Tak lupa, Arsen juga menyuruh anak buahnya agar pergi kesana.Beberapa obat-obatan Arsen bawa termasuk peralatan medis lainnya juga.Kali ini, Arsen memilih menyetir mobilnya sendiri meskipun kulihat ia begitu lelah."Apa gak sebaiknya minta orang lain saja untuk menyetir mobil?" tanyaku saat kulihat kondisi Arsen yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Kalau harus nunggu mereka dulu, itu akan memakan waktu yang lama. Sedangkan aku harus segera sampai kesana untuk memastikan kondisi ibu," sahut Arsen.Perjalanan malam ini kurasa begitu menegangkan karena Arsen menyetir dengan kondisi yang kalut. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, namun ia tak sadar bahwa dirinya kerap kali hampir saja ketiduran.Beberapa kali aku menegurnya saat Arsen mulai hilang fokus dan hampir saja menabrak. Seandainya aku bisa menyetir, mungkin akan a
Baca selengkapnya
Jebakan Tuan Gavin
Dengan sigap, Arsen langsung berlari ke arahku dan mengeluarkan pistol dari sakunya. Ia menyuruhku untuk berlindung dibelakang tubuhnya. Sedang ia sudah bersiaga dengan pistol ditangannya."Kalian berempat, merapat kesini! Lindungi tubuh Zea dan tetap waspada dengan senjata kalian!" titah Arsen pada anak buahnya yang kini turut mengeluarkan senjata yang sama.Aku yang belum pernah ada diposisi ini sebelumnya rasanya sangat takut. Degup jantung yang terus berpacu dengan cepat membuat tubuhku jadi gemetaran.Dor!Lagi, aku menjerit saat suara tembakan itu kembali terdengar.Salah satu anak buah Arsen yang tepat berdiri disampingku kembali tumbang karena peluru yang mengenai kepalanya.Dor! Dor! Dor!Arsen dan anak buahnya yang lain langsung menembak kearah datangnya peluru tersebut. Meski tak ada lagi serangan balik dari sana, namun ketiga anak buah Arsen terus menembak secara sembarang. Sedangkan Arsen sendiri langsung me
Baca selengkapnya
Pilihan yang Sulit
"Apa tuan pikir aku membawa kabur Zea?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alisnya.Nampaknya Arsen masih berusaha untuk mengelak dan menutupi kesalahannya. Hal itu membuat Tuan Gavin melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar lalu menyunggingkan seulas senyum."Aku membawa Zea pergi atas persetujuan Pak Seno sendiri. Dia sendiri yang bilang kalau Zea ini merepotkan karena dia sering mengalami pendarahan!" sambung Arsen."Oh, jadi ... kamu menghamili istrimu terlebih dahulu, setelah itu menjualnya?" cibir Tuan Gavin kemudian tersenyum miring."Aku-"Arsen nampak tak mampu melanjutkan ucapannya. Hingga Tuan Gavin kembali menghampirinya dan menepuk-nepuk bahunya pelan."Oke, oke! Aku memakluminya! Kebetulan, tidak semua barang kamu perlakukan seperti itu. Hanya saja ... sepertinya kamu memang sengaja mengistimewakan dia!" ucap Tuan Gavin kemudian menunjukku."Apa aku harus kembali mengingatkan salah satu poin penting
Baca selengkapnya
Berpisah
Aku dan Arsen sama-sama terkejut saat melihat Bu Hanum yang ternyata sudah ada bersama Tuan Gavin.Kekhawatiran ku pada Bu Hanum karena kecelakaan pesawat itu sedikit berkurang saat melihat keadaan beliau nampak baik-baik saja.Meskipun saat ini Bu Hanum sedang berada dibawah ancaman Tuan Gavin, tapi setidaknya ada harapan untuk bisa menyelamatkan beliau."Lepaskan ibuku!" ucap Arsen penuh penekanan."Itu hal yang mudah, Arsen! Kamu tenang saja, aku akan melepaskan ibumu, tapi kamu ... kamu juga harus melepaskan Zea! Tepati perjanjian yang sudah kamu sepakati sebelumnya!" ujar Tuan Gavin.Kulihat Bu Hanum hanya diam, namun dari sorot matanya ia sangatlah tertekan. Ingin sekali rasanya aku berhambur dan menolong wanita yang sudah kuanggap sebagai ibu kandungku sendiri itu. Namun, apalah daya, aku hanya seorang pecundang yang tak punya keberanian!"Kenapa kamu masih diam?" Tuan Gavin kembali bertanya saat Arsen masih bergeming.
Baca selengkapnya
Tugas Pertama dari Tuan Gavin
"Radit, apa yang sudah kamu lakukan? Apa kamu juga yang mengadukan semuanya pada Tuan Gavin?" tanyaku saat kini hanya ada aku dan Radit saja dalam ruangan bernuansa krem ini."Kalau iya, memangnya kenapa?" sahut Radit membuatku sangat terkejut."Aku muak sama kamu, Ze! Kamu sadar gak, sih? Fara meninggal itu gara-gara kamu?! Dan kamu, sama aja kaya mereka! Saat aku dikurung dan disiksa oleh Arsen, kamu juga cuma bisa diam 'kan?" sambungnya."Aku gak bermaksud seperti itu, Dit!" gumamku."Lalu, bagaimana, hah?!" sentaknya."Seandainya saja aku tak bisa menyelamatkan diriku sendiri, mungkin aku juga sudah mati!" sambungnya."Sekarang, kamu juga harus rasain bagaimana rasanya terpisah dari orang yang dicintai. Dan jangan harap hidupmu akan tenang disini!" ancamnya.Radit berlalu dan membanting pintu cukup keras. Terdengar juga sepertinya ia mengunci pintunya. Aku hanya bisa menghela nafas berat. Orang yang kuanggap teman ki
Baca selengkapnya
Minta Dipecat
"Disini hanya ada aku dan kamu! Pokonya aku gak mau tau, kamu habiskan semua masakanmu itu!"Kali ini aku yang membulatkan kedua mata saat mendengar ucapan Tuan Gavin barusan.Ingin sekali rasanya aku mengumpat.Sudah capek-capek buat makanan sebanyak itu, tapi nyatanya yang makan hanya dua orang saja.Lagian, siapa sangka coba, rumah sebesar ini hanya dihuni oleh satu orang?Namun, karena tak ingin berlarut-larut dalam perdebatan, kubiarkan saja Tuan Gavin menikmati makanannya. Masalah sisanya yang masih banyak nanti biar kupikirkan lagi saja baiknya aku apakan.Setelah selesai makan, aku lekas mengamankan sisa makanan yang tadi kubuat. Setelah itu bergegas menuju lantai atas untuk segera masuk kedalam kamarku.Kulihat, Tuan Gavin nampak heran melihat tingkahku, namun aku tidak peduli dan langsung mengunci kamarku dari dalam.Mengingat di rumah ini hanya ada aku dan dia saja, makanya aku harus waspada!
Baca selengkapnya
Penobatan Bandar Baru
Hari telah berganti malam.Waktu yang ditunggu-tunggu sejak tadi oleh Tuan Gavin telah tiba. Satu persatu tamu Tuan Gavin mulai berdatangan ke rumahnya.Beberapa orang pria yang kutebak anak buah Tuan Gavin sudah siap sedari tadi dan berjaga di berbagai pintu. Kali ini mereka tidak memakai topeng seperti saat menangkap aku dan Arsen dulu, hingga aku bisa melihat wajah mereka secara langsung termasuk Radit."Layani semua tamu dengan baik dan jangan buat kekacauan!" ucap Tuan Gavin memperingatkan saat aku hendak membawa aneka minuman ke depan.Aku hanya mengangguk seperti biasanya lalu melanjutkan langkahku.Beberapa pasang mata di ruang luas yang sudah kutata sedemikian rupa kini tertuju padaku. Tak hanya laki-laki, bahkan wanita pun sama menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan.Aku memindai pakaianku dari atas hingga bawah setelah menaruh nampan yang kubawa.Tak ada yang aneh!Aku berpakaian cukup sopan ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status