All Chapters of Healer Kesayangan Sang Duke : Chapter 31 - Chapter 40
42 Chapters
Episode 31 : Bertemu Penguasa Mimpi
"Aku salut jika Healer sepertimu rela membantu menyebuhkan seseorang dengan tulus," ucap Tabib. "Kenapa kau mau membantu Elf itu, wahai Healer Gracewill?" tanya Tabib.Aricia memang tidak punya alasan khusus, jika karena balas budi kebaikan Pria Tua itu karena sudah menumpanginya menuju Nariha, tentu bukanlah alasan yang tepat tapi karena Aricia tersentuh dengan cinta yang mereka miliki. "Seseorang menantimu selama bertahun-tahun, melalui musim demi musim dengan harapan jika kau akan membuka mata dari mimpi yang panjang, Nah Tabib, bisa kau bayangkan bagaimana rasa bahagia itu jika akhirnya kau mendapatkan harapan jadi kenyataan?" tanya Aricia dengan lembut. Aricia menepikan beberapa helaian rambutnya ke belakang telinga. "Cinta yang seperti itu ... semua orang akan menginginkannya." Duke baru tiba diambang pintu, langkahnya cukup pelan namun ia dapat mendengar suara Aricia yang berbincang dengan pamannya itu. Saat berada diambang pintu menuju ruangan, ia tertegun ketika mendengar
Read more
Episode 32 : Elf yang Menderita
"Apakah kau dewa Morpheus?" tanya Aricia. "Ah itu ... haha, kau kenal Verdandy ternyata," jawab Wanita itu tertawa hambar.[Morpheus, Dewa Mimpi]Seketika panel menampaki identitas dari Sang Dewa, dugaan Aricia benar kemudian Aricia beranjak dari duduknya kemudian menyambar tangan kanan Wanita itu dan menggengamnya. "Aku membutuhkan bantuanmu," ucap Aricia. "Eh?" Wanita itu mengeryitkan dahinya dengan heran. Aricia menatap dengan penuh harapan pada kedua mata merahnya yang berbinar. Ia tak memerdulikan wajah Morpheus yang kala itu menatap degan bingung sampai pada akhirnya Morpheus pun menghela napas. Ia menyerah menatap kegigihan dari Aricia. "Baiklah namun kau harus menerka jawaban dari pertanyaanku," ucap Morpheus. Aricia tersenyum lebar atas keberhasilannya bertemu dengan Dewa Mimpi itu. "Katakan, aku akan berusaha menjawabnya." Aricia menyahut dengan semangat. "Mengalir dengan perlahan mengikuti inti bumi, menjadi sebuah kehidupan?" tanya Wanita itu. Aricia lama terdiam. P
Read more
Episode 33 : Ide Briliant
Sebelumnya ..."Lama tidak berjumpa Aricia," "Dewi Verdandy, maafkan aku ... namun, aku butuh bantuanmu," ucap Aricia. "AKu hanya takdir masa kini, lantas apa yang bisa aku bantu?" tanya Dewi Verdandy."Di sana terbaring Elf yang terkena penyakit mimpi, apakah mimpi saat ini bisa kita lihat melalui bantuanmu? aku yakin, jiwanya terkutuk di dalam sana karena tubuhnya baik-baik saja, tidak seperti orang yang sakit," ucap Aricia. "Memasuki mimpi seseorang tentu butuh bantuan Teman Lama, namun sepertinya dia akan senang hati membantu,""Untuk saat ini aku hanya bisa memberitahumu jika ia masih hidup," ucap Dewi Verdandy. "Aku setuju dengan saranmu.""Oh maaf, astaga ... ini Dewi Verdandy, dia seperti ibu periku dan ini Duke Victor Frederic Ashkings," ucap Aricia mengenalkan keduanya. "Kekasihmu seorang mahluk suci yang dekat dengan kami, salam ... Naga Api Suci," ucap Dewi sembari menunduk hormat."Salam, Dewi Verdandy ... sungguh sebuah kehormatan dapat bertemu denganmu yang keberad
Read more
Episode 34: Tiada yang Lebih Menyakitkan daripada Jatuh Cinta
Aricia kembali pada rutinitasnya di kediaman Ashkings. Hari ini Aricia tengah membaca buku mengenai ramuan obat dari koleksi buku-buku di perpustakaan kediaman ini. Ia sudah berhasil mengembalikan Zumra terbangun dari mimpi panjangnya sekaligus memurnikan luka dari Iblis yang ada pada Zumra. Nerius dan Zumra sudah kembali hidup bersama meski beberapa hari kemudian, Aricia menerima kabar kematian Nerius karena Pria itu sudah dimakan oleh usia. Aricia menatap sendu karena teringat dengan sepasang kekasih itu. Ia melamun sejenak dengan buku yang terbuka di hadapannya. Aricia mengingat salam perpisahan Zumra usai menabur abu dari suaminya di Sungai Oru yang suci dan jernih. Zumra akan berkelana sembari terus membasmi para Iblis yang ia temui. "Bagaimana jika Zumra tidak pernah terkena penyakit itu dan mereka hidup bersama?" "Itu tidak akan bisa terjadi karena manusia memiliki umur yang lebih pendek daripada Elf." Aricia menoleh mendapati Duke Victor yang ada diambang pintu sehabis m
Read more
Episode 35 : Bunga dan Kupu-kupu
Aricia kini memandangi Pangeran dengan raut merasa bersalahnya. "Asvaldr kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?" celetuk Aricia berbicara sendiri. "Karena aku baru bisa melakukan telepati padamu, Dasar Bodoh." "Satu hal lagi, bukankah tadi Pangeran itu bilang jika dia baru bertemu Ratu dari Plumeria itu? bukankah Duke juga sedang pergi menuju perbatasan Plumeria dan Helian?" "Apa yang tengah kau coba katakan?" "Pikirkan lagi, apakah kebetulan ini terlalu aneh?"Aricia tidak lagi menanggapi ucapan Asvaldr yang menggema dibenaknya itu. Aricia beranjak meski ia dicegah oleh Pangeran Alphonse. Ia menatap Pangeran itu dengan tatapan datarnya. "Aku harus kembali," ucap Aricia dingin. "Baiklah, kita bisa tunda makan malamnya, di lain waktu," ucap Pangeran dengan senyuman tenangnya. Aricia memberi hormat pada Sang Pangeran kemudian pergi tanpa sepatah kata apa pun. Pikirannya berkecamuk karena memikirkan Ratu Clara yang memang memiliki kebencian padanya, meski Aricia tahu tipuan dari
Read more
Episode 36 : Tidak Akan Bisa Menangkapku
Aricia menerjabkan kedua matanya. Pandangan yang ia lihat pertama kali adalah bintang-bintang kerlip pada langit yang gelap. Aricia terbangun saat malam hari, ia masih berada disebuah kapal pengangkut batu bara yang akan menuju kerajaan Plumeria. Ia keluar menuju geladak, suasana kapal yang sepi kecuali awak kapal yang masih terjaga dianjungan. "Nona, ini sudah malam, kapal tiba di Plumeria saat subuh nanti," ucap Awak Kapal yang kebetulan berjalan melintasi Aricia. "Aku hanya ingin bersantai," sahut Aricia. "Kalau begitu ambillah, meski kain selimut ini berasal dari bahan domba yang tak berkualitas sehingga tipis," ucap Awak Kapal itu. Aricia mengangguk sembari meraih kain itu. "Terima kasih." Aricia berucap sembari berjalan lebih jauh sembari menyelimuti dirinya dengan kain tipis yang didapatkan dari awak kapal. Angin malam menerpa membuat rambut panjang bergelombangnya ikut bertiup. Aricia memandangi lautan luas tanpa ujung. Ia menghela napas, untuk merasakan perasaannya yan
Read more
Episode 37 : Markas Penyembuh
"Nak, minumlah," ucap Tabib Gilovich sembari meneteskan air pada bibir Aricia yang mengering."Aku ... aku di mana?" tanya Aricia dengan suara paraunya. Pria itu menyentu dahi Aricia kemudian kembali duduk di bangku yang ada didekat ranjang kasu itu. Pria berjubah putih menatap Aricia tajam dan tak bersahabat meski sikapnya baik hati padanya. "Kau cukup bodoh mendatangi Negara yang paling membenci keberadaanmu, seharusnya kau sudah mati,"desak Pria Tua itu.Aricia tertegun, kedua matanya merjab terkejut tak kala ketika Pria Tua itu tampak mengenalnya dengan baik. Kala Aricia masih terkejut panel menampilkan dekripsi pemberitahuan mengenai Pria Tua itu. [Pemimpin Markas Penyembuhan, Tabib Agung Gilovich, Sang Healer tertinggi]. Aricia menghela napas cukup panjang karena orang yang paling ia temui sejak dulu ada dihadapannya. Beruntung selama ini Aricia sering membaca mengenai dirinya dari Afokrifa. Aricia tak mengelak karena keputusannya mendatangi Plumeria memang karena hendak menem
Read more
Episode 38 : Jati Diri
"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya heran."Itu adalah upacara pengukur energi seorang Healer, setiap lukisan sudah dimanterai untuk mengetahui potensimu dan sebenarnya kau punya Energi yang hampir menyeimbangi seorang Dewa." Tabib Gilovich menjawab sembari duduk disalah satu bangku. "Tapi tampaknya kau lupa menggunakan kekuatanmu, maka aku akan melatihmu lagi," ucapnya. "Aku ingin menanyakan satu hal juga," ucap Aricia."Katakan, aku tak suka berbasa basi.""Apa kau tahu mengenai kematianku?" tanya Aricia dengan pandangan mata yang serius, ia tau jika Tabib Agung Gilovich mengetahui kebenaran dari semua ini. Setidaknya itulah dugaan Aricia karena menganggap Tabib Gilovich sebagai salah satu yang berpengaruh. Tabib Agung Gilovich menatap Aricia. "Kau memang kembali tapi seolah jadi orang lain." Pria Tua itu berucap sembari beranjak berdiri dan mengibas ujung lengan jubahnya yang lebar itu. "Bergegaslah, latihan akan dimulai," ucap Pria itu sembari beranjak pergi.Sepeninggalan Tabi
Read more
Episode 39 : Babushka
"Nak, Gracewill terakhir terlihat lima tahun lalu, itupun karena Kepala Keluarga Gracewill dipanggil Yang Mulia Clara untuk melaporkan kematian dari Putri Termuda mereka yang berbakat itu," jawab Sang Nenek."Mengapa semua orang membenci Gracewill?" tanya Aricia."Itu karena ... Putri Termuda mereka jadi Healer paling berbakat disepanjang sejarah, ia dibenci karena kemampuannya yang luar biasa hebat bukan karena kesalahannya." Nenek itu tersenyum. "Satu kesalahan saja akan diingat oleh manusia meski kau membuat seribu kebaikan sekalipun, itulah yang membuat Iblis mudah menyerang kita." Nenek itu melambaikan tangannya kala Aricia memulai perjalanannya. Aricia menggunakan petunjuk Sang Nenek untuk pergi menuju kediaman Gracewill. Kala itu hari nyaris menjelang petang, Aricia tiba di tengah hutan belantara. Pepohonan wisteria tumbuh subur di sekitar hutan ini. warna kelopak magenta yang gugur memenuhi sepanjang jalanan setapak menuju ke sebuah kediaman.Aricia mendadak gugup karena temp
Read more
Episode 40: Putri Bungsu Terlantar
"Jangan mencoba lebih mahir dariku atau Emily," cibir Gadis itu. "Akulah yang akan lolos jadi lulusan terbaik Healer," ucap Gadis itu dengan tatapan sinisnya. Kemudian meninggalkan Aricia yang mematung di ruang tamu."Apa ... yang baru saja terjadi?" gumam Aricia masih memengangi pipinya sendiri. Demi menyelesaikan Quest agar bisa kembali ke alur dunia ini, Aricia menghela napas dan membiarkan rasa berdenyut di pipi usai diberi tamparan oleh Karina. Aricia menatap kediaman mewah ini kemudian berjalan keluar dari ruang tamu. Ia mendapati para pelayan sibuk mengurusi seisi mansion, ada yang sedang membukakan pintu untuknya, ada yang berjalan membawa hidangan makanan dan ada yang sedang mengelap vas-vas kaca yang mahal itu. Aricia menghela napas. Ia sadar jika Aricia di dunia ini benar-benar anak seorang bangsawan yang hidupnya tragis. "Aku ... benar-benar tak menyangka, sebenarnya apa yang Babushka itu hendak perlihatkan padaku?" tanya Aricia seorang diri. Aricia pu mendatangi ruang
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status