All Chapters of Ternyata Aku Tak Mengenal Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20
34 Chapters
Bab 11
Sayup-sayup suara deburan ombak menyusup ke telingaku. Membuat otak ini aktif kembali untuk menganalisa suara kencang itu. Perlahan kelopak mata terbuka setelah lelap yang teramat nyenyak menenggelamkan kesadaran.Namun mata ini seketika menyipit kembali saat cahaya senja yang merah menerpa netra. Ini sudah sore?Aku mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan mata dengan cahaya yang masuk melalui kaca depan mobil. Benar, ini sudah sore. Aku tertidur sampai sore begini? Bagaimana dengan berkas hasil pemeriksaan RS-nya?"Oh, sudah bangun?" Suara Bang Hafiz menyapa dari samping kananku. Kepala ini menoleh cepat. Mataku bertabrakan dengan netra coklat terangnya. Netra yang seindah cahaya senja itu menatap hangat."Ya," jawabku. "Kenapa Abang nggak bangunin Maysa? Kita kan mau ngambil hasil pemeriksaan medis di Rumah Sakit?""Karena kamu tidur terlalu nyenyak. Hasil pemeriksaan itu tidak penting, kamu kan sehat sekarang," jawabnya santai.Entah darimana munculnya emosi. Yang pasti, hat
Read more
Bab 12
Begitu masuk ke dalam kamar, aku langsung menuju jendela. Sehelai kerudung berwarna hijau pastel, sengaja ku lampirkan di celah jendela sebagai kode untuk Bang Bara beraksi.Sepuluh menit berlalu. Nina akhirnya tertidur. Aku mulai resah. Bagaimana kalau Bang Bara masih di kamar pribadinya Ummi?Ummi Rahma melirikku sekilas. "Nina sudah pulas. Selimuti dia dan keluar. Masih banyak pekerjaan dapur yang harus dikerjakan. Nabila saja yang baru beradaptasi sudah pintar berinisiatif membuatkan sambal untuk suaminya. Kamu sudah siang begini baru selesai mengurus anak, itupun harus Ummi bantu!" omelnya dengan wajah mengkerut.Aku cuma mengangguk. Ummi tak tau saja kalau sambal yang dibawa menantu kesayangannya itu hasil buatan menantu yang mau diusir.Namun saat ini aku tak berniat menjelaskan. Rasa panik karena takut Bang Bara akan ketahuan benar-benar membuatku tegang.Ayo berfikir Maysa! Pokoknya harus bisa memastikan dulu kalau Bang Bara tak lagi di sana sebelum Ummi kembali ke kamarnya
Read more
Bab 13
Jadi Bang Hafiz tak tahu bahwa Ummi Rahma bukan ibu kandungnya? Aku benar-benar membatu. Masih syok mengetahui kebenaran yang mencengangkan ini."Tapi... Masak nggak ada yang tau selain Abi dan Ummi? Warga pasti tau, dong?" ujarku ragu."Kalo warga tau, masak Hafiz yang udah segede ini nggak tau kenyataan itu dari mereka? Mulut warga itu mana mungkin nggak ada yang usil?" bantah Bang Bara. Wah.... Ini semakin misterius! KRETEK! Suara ranting patah karena diinjak terdengar dari arah belakang kami. Aku langsung menoleh. Begitu pula dengan Bang Bara. Namun tak ada siapapun di sana. Hanya ada perdu rumput gajah yang ditanam bapaknya Bang Bara untuk pakan sapi Abi. Tingginya hampir se dada orang dewasa. Bisa saja ada yang bersembunyi di baliknya.Bang Bara segera memeriksa. Menyibak rumput yang tajam itu dengan kedua lengan berototnya. Namun tetap nihil. "Nggak ada siapa-siapa," ujarnya sembari berjalan kembali. Bibirnya tampak meringis melihat lengan yang tergores rumput."Abang ter
Read more
Bab 14
Klik.Terdengar suara pintu yang sedang dibuka dari arah belakangku. Seketika tubuh ini menegang kaku."Maysarah! Sedang apa kamu di sini?!" Suara yang sangat ku kenal itu seumpama petir yang menyambar di telingaku.Aku langsung berbalik. Ummi Rahma berdiri menjulang di ambang pintu. Menatapku tajam dengan mata yang menyipit.Habis lah aku hari ini!"Sedang apa kamu di kamar Ummi, Maysa?!" Ummi Rahma mengulangi pertanyaannya, penuh penekanan."Ma-Maysa..." jawabku terbata. Tenggorokan ini tercekat. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja dadaku seperti kehabisan oksigen, sesak.Ummi Rahma menatap ke sekeliling. Memeriksa keadaan kamarnya. Seolah takut salah satu barang berharganya menghilang. Untunglah lemarinya sudah tertutup. "Hafiz!" teriak Ummi sembari tetap mengawasi ku. Aku merasa seperti tikus yang terperangkap kucing di sudut ruangan, tak bisa kemana-mana. Berdiri dengan tubuh panas dingin. Berharap keajaiban datang ataupun kucingnya berubah pikiran."Hafiiiz!" teriak Ummi semakin k
Read more
Bab 15
Setelah kepergok kemarin, aku semakin dimusuhi Ummi Rahma. Dan Nabila semakin meninggi dagunya, dong? Yah, begitulah situasi hidup bersama madu. Mau tak mau tetap bersaing.Tapi aku lebih percaya diri. Pasalnya, setelah mencari informasi kesana-kemari, aku yakin kalau Bang Hafiz yang meminta Pak Hasan membantuku. Karena Bik Halimah pun katanya tidak menyuruh suaminya. Dan aku juga sudah memastikan kembali pada Pak Hasan, apa beliau memang tau sendiri kalau aku sedang disidang Ummi Rahma kemarin, atau karena permintaan orang lain?Beliau menjawab sembari tersenyum simpul, katanya tau dari orang lain. Dan orang itu adalah orang sangat peduli padaku. Siapa lagi kalau bukan Bang Hafiz? Tak mungkin Ijah, tak mungkin pula Nabila, dan lebih tak mungkin lagi si Ustad palsu. Idiih... Mengingat perannya yang bermuka dua saja sudah membuat ilfill.Eits, tak sengaja kepikiran, si Ustadz palsu muncul. Ada urusan apa lagi doi masuk ke rumah ini? Aku segera bersembunyi di balik lemari kitab Abi. L
Read more
Bab 16
Hari ini, aku tak lagi peduli. Kalaupun tak lagi menemukan ketenangan di dalam rumah, aku akan mencarinya di luar. Membawa Nina jalan-jalan, membeli makanan dan baju sesuka hati. "Bang, Maysa mau jalan-jalan sama Nina. Tapi nggak punya uang," ujarku dingin. Jangan salahkan aku jika tak ada lagi kehangatan di hati ini. Bang Hafiz yang sedang mencari sesuatu di dalam lemari kaca besar yang berjejer kitab-kitab dan map-map berisi berkas-berkas penting, melirikku sekilas.Sementara itu, si Nabila tanpa Syakieb menatapku tak senang. Jih, peduli amat! Orang minta duit sama suami sendiri kok!"Berapa?" tanya Bang Hafiz singkat.Aku melirik ke arah Nabila yang tampak was-was menanti jawabanku. Hingga timbul ide untuk membuatnya semakin kesal."500 ribu," pintaku tak tanggung-tanggung. Tapi kemudian muncul penyesalan, bagaimana kalau Bang Hafiz menolak? Auto tengsin dong ditertawakan perempuan ini?"Baiklah...." Jawaban irit Bang Hafiz sungguh membuat hati ini lega."Tapi Ummi bilang tadi,
Read more
Bab 17
POV NabilaAku menatap layar ponsel ini dengan senyuman puas. Sesaat lagi Bang Hafiz pasti akan menceraikan istri pertamanya. Aku harus memastikan, Maysarah keluar dari rumah ini secepatnya. Agar posisiku terjamin aman.Aku tahu, Ummi Rahma meminangku untuk Bang Hafiz agar bisa memberikan keturunan untuk penerus Pesantren. Tapi, sampai saat ini Bang Hafiz masih belum menyentuhku. Aku takut, Maysarah akan lebih dulu hamil dan melahirkan anak laki-laki. Posisiku di rumah ini bisa terancam!Kenapa Bang Hafiz sama sekali tak tergoda denganku? Padahal setiap malam tidur dengannya, aku selalu memakai pakaian terbuka, dan bahkan pernah ku buka semuanya. Tapi laki-laki itu tak terpengaruh dan malah menatapku muak.Apa mungkin ia lemah sya*wat? Atau memiliki kelainan?Ah, entahlah! Yang pasti, setelah Maysarah pergi. Aku akan lebih mudah mendekati nya."Assalamualaikum," ucap Bang Hafiz begitu masuk ke kamarku. Duh, lihatlah... Betapa tampannya ia. Bagaimana aku tak jatuh hati dan ingin memili
Read more
Bab 18
POV Maysarah:Aku menghapus air mata yang terus berlinang di pipi. Benar-benar sudah tak tahan berada di rumah ini. Bang Hafiz bukannya menjadi suami yang melindungiku, tapi malah menambah derita yang ku alami karena Ummi. Apa ia tak tau, menjauhkan ku dari Nina sama saja seperti mengambil jiwaku. Esok pagi, aku akan minta berpisah. Bang Hafiz pasti akan segera mengabulkannya. Biarlah ia hidup dalam kebohongan Ummi Rahma seumur hidupnya. Aku tak lagi peduli. Dengan langkah pasti, aku menuju ke lemari. Mengambil koper, dan memindahkan baju-bajuku dan Nina seberapa muat saja. Aku akan pulang ke rumah kedua orangtuaku. Masalah uang untuk menghidupi Nina insyaallah akan ada jalannya. Insyaallah Allah akan memberikan rizkinya jika aku berusaha. Semoga langkah nekat ku ini dimaafkan oleh-Nya. "Abiiii!!!" Seketika tangan ini berhenti bergerak saat mendengar teriakan Ummi di luar sana. Ada apa lagi ini?"Tolong Sina Abi!"Kak Sina kenapa?"Hafiz! Cepat lah!"Aku langsung bangkit dan ber
Read more
Bab 19
"Hai, Maysarah!" What? Itu suara Nabila! Dia di balik pintu kamarku!!Aku merasa tenggorokan ini tercekat seketika. Apa yang akan dilakukan perempuan ini sekarang? "Apa kamu ingin keluar? Buat apa? Aku jadi penasaran," ujarnya dengan suara lembut menghanyutkan itu. Psikopat!"Buka pintunya Nabila!" teriakku. "Hmm... Kamu mau ngapain keluar? Semua orang sudah pergi. Aku juga akan segera pergi. Kenapa kamu masih bertahan di rumah ini?" tanya Nabila. "Itu bukan urusanmu! Sekarang buka pintunya!""Kamu sangat mencintai Bang Hafiz? Laki-laki yang hanya bisa menuruti ibunya itu?"Aku terdiam. Percuma meladeninya. Nabila sepertinya sedang depresi berat. Tapi kenapa bisa ia sampai meracuni Kak Sina?"Kenapa kamu menyakiti Kak Sina? Apa kesalahannya padamu?!" tanyaku dengan nada yang meninggi."Tidak. Tujuanku bukan untuk menyakitinya. Aku hanya ingin bertahan di rumah ini. Mungkin orang lain akan sok suci dengan mengatasnamakan cinta. Tapi aku tak munafik, aku menginginkan harta dan marta
Read more
Bab 20
Bab 20"Nabila!" Aku tersentak bangun. Kembali terdengar teriakan di rumah ini. Hh... Tak pernah aman. Aku hanya bisa mengelus dada mendengarnya. Sabar... Esok pagi insyaallah semua akan berakhir.Ku lirik jam dinding, pukul 3 dini hari. Nina masih tidur nyenyak dalam pelukanku. Tadi itu suara Bang Hafiz. Sepertinya ia sengaja pulang untuk memarahi Nabila."Nabila! Di mana kamu?!" teriaknya lagi.Oh, ternyata Nabila telah sadar. Ya sudah pasti dia telah sadar setelah 2 jam berlalu. Lantas kemana perempuan itu sekarang pergi?"Hey! Buat apa kamu di kamar Abi?!"Di kamar Abi? Sedang apa dia di sana? Ah... Aku jadi penasaran. Ini memang sifat buruk yang belum bisa aku rubah. Kepo, dan selalu kepo.Tidak! Aku tak ingin lagi mencampuri urusan rumah ini. Mata ini segera aku pejamkan kembali."Itu apa?! Apa di dalam tas besar itu?!" Suara kencang Bang Hafiz kembali terdengar dan membangkitkan rasa penasaran ini lagi. Ku lirik kembali jam dinding, ini waktunya shalat tahajud, biarlah aku
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status