Semua Bab MENDADAK DINIKAHI BIG BOSS: Bab 171 - Bab 180
230 Bab
(ZS) Suka Siapa?
Zavier menatap ke arah perempuan mungil miliknya, memperhatikan istrinya yang sedang menjelaskan seputar tentang trik memancing dan rencana kedepannya. Zavier menghela napas pelan lalu memijit pangkalan hidung, dia mencari istrinya dan ternyata Nara ada di sini–sedang berkumpul dengan club pancingnya. Meskipun sudah terbiasa dengan tingkah random istrinya, tetapi tetap saja Zavier heran dengan hal satu ini. Bagaimana bisa Nara punya club pancing yang anggotanya terdiri dari bapak-bapak? Atau inikah yang dikatakan dengan extrovert sejati? Berteman tanpa pandang kalangan? "Itu teman satu club pancing Nara," jawab Zavier datar, melirik ke arah Daddy dan juga papa mertuanya. "Mereka semua teman-teman Nara," tambahnya. "Apa?" Bukan hanya Alarich, bahkan Bian pun ikut syok. Tak menyangka jika putri kesayangannya berteman dengan kumpulan bapak-bapak. Bagaimana bisa? "Bu Tati, tambah dong kopinya satu," sahut suara perempuan yang sedang Zavier dan ayahnya bicarakan. "Siap, Neng Nara. Mau
Baca selengkapnya
(ZS) Ketika Tembok Berbicara Serius
"Humm?" Zavier mengerutkan kening, menatap Nara sejenak lalu mengerjap beberapa kali–saking tidak mengertinya dia dengan apa yang istrinya sebutkan. Ada yang suka? Siapa? Lalu suka pada siapa? Nara ingin menjawab kebingungan Zavier, akan tetapi pria itu tiba-tiba menggendongnya lalu membawanya cepat-cepat dalam kamar. Setelah di sana, Zavier langsung membaringkan Nara–langsung menindih perempuan tersebut supaya Nara tidak bisa kemana-mana. Sebenarnya tidak sepenuhnya menindih Nara, hanya sebagian tubuh perempuan itu. "Maksud perkataanmu tadi apa, Mi Nara? Siapa yang suka dan pada siapa?" Zavier menatap dengan nada berat. Sedikitnya Zavier khawatir ada yang menaruh perasaan pada istrinya. Jika bisa jangan! "Ada yang suka pada Mama Aeera." Nara berkata berbisik, pelan karena dia takut ada yang mendengar. Meskipun sudah dalam kamar tetapi Nara tetap memilih waspada. Ada banyak orang di rumah ini, siapa tahu ada yang memata-matai mereka hingga dalam kamar. Walau jika Nara pikir lagi i
Baca selengkapnya
(ZS) Zavier Mulai Aneh
"Daddy, Mommy, Za izin menghasilkan anak dengan Nara."Uhuk uhuk'Aeera terbatuk-batuk, seketika melototkan mata ke arah putranya. Alarich langsung melayangkan tatapan tajam. Sedangkan Nara, perempuan tersebut menganga lebar dengan raut muka pucat pias. Zavier yang mengatakan hal tersebut, Nara yang merasa malu luar biasa. 'Mending Mas Za nggak ngomong sama sekali, Tuhan. Udah bagus dia tadi cosplay jadi batu!' batin Nara, sudah merah pipinya dengan tampang cengang luar biasa. "Anak sekecil ini-- kau berniat menghamilinya?!" geram Alarich, masih menatap dingin ke arah putranya. Luar biasa! Dia sama sekali tidak paham dengan jalan pikiran Zavier. Mentang-mentang Alarich mengizinkan Zavier menikahi Nara, bukan berarti anaknya ini bisa semena-mena pada Nara. Ayolah! Menantunya masih sekolah, masih fokus pada pendidikan. Itu yang memberatkan Alarich. Zavier menatap ke arah istrinya. Melihat istrinya masih menganga, Zavier menyentuh dagu Nara lalu mendorong pelan–untuk menutup mulut N
Baca selengkapnya
(ZS) Ada yang PDKT
"Za, Mommy ikut yah dengan kamu dan Nara. Mommy ingin berbelanja," pinta Aeera yang sudah siap-siap untuk berangkat dengan putra dan menantunya, "Daddy sedang demam, jadi Daddy nggak bisa mengantar Mommy," lanjutnya. Semalam Alarich tiba-tiba meriang lalu berakhir demam. Suaminya tersebut bekerja begitu keras akhir-akhir ini. Ditambah dengan kematian sang Nenek, memberikan efek luar biasa bagi Alarich. Dulu, Alarich sangat anti berlama-lama di rumah ini. Namun sekarang, suaminya tersebut sulit meninggalkan rumah ini. Bahkan melarang Zavier dan Nara pulang. Alarich adalah kesayangan Ruqayah, jelas Alarich sangat kehilangan. Zavier menganggukkan kepala, langsung membuka pintu mobil untuk Mommynya–mempersilahkan cinta pertamanya tersebut untuk masuk ke dalam. Aeera tersenyum lembut ke arah Zavier, lalu masuk ke dalam mobil. Namun, langkanya tertahan sebab seseorang memanggilnya. "Tante," panggil seorang perempuan, berlari cepat ke arah Aeera, Zavier dan Nara. Aeera menoleh ke arah s
Baca selengkapnya
(ZS) Pil
"Minum ini."Nara menerima gelas tersebut kemudian minum secara perlahan. Setelah itu, dia menghela napas perlahan kemudian membaringkan dirinya lesu di atas sofa. Perlahan, Nara merasa membaik, pandangannya tidak mengabur lagi dan kakinya perlahan menghangat. 'Hah, astaga. Malu-maluin saja.' batin Nara, menatap seorang pria yang saat tengah menghubungi seseorang. 'Kocak banget dah aku! Dulu ajah upacara plus gladi dua kali, aku sanggup tanpa pingsan meskipun nggak sarapan sama sekali. Sekarang? Aku nggak ngapa-ngapain padahal. Ya, emang sih, aku takut mau rapat.' "Sarapanmu belum kau sentuh." Suara bariton yang mengalun dingin, terdengar. Nara menatap kembali menatap ke arah sosok tersebut. "Siang juga tidak makan.""A--aku belajar," cicit Nara, menekuk kaki ketika pria tersebut duduk di sudut sofa–di sebelah kaki Nara terentang. Namun, pria tersebut menarik kaki Nara lalu meletakkannya di atas pangkuannya. Dengan lembut, tangan besar dan kekarnya memijit telapak kaki Nara. Itu men
Baca selengkapnya
(ZS) Cari Perhatian pada Zavier
"Bukan, Mas," jawab Nara sembari menggelengkan kepala kuat dan cepat. Dia panik serta gugup secara bersamaan. Bagaimana bisa benda seperti itu ada dalam tasnya? "Kutanya padamu dan jawab dengan jujur." Wajah Zavier terlihat sangat serius. Akan tetapi matanya sayu, memancarkan sedikit kekecewaan di sana, "apa kau ingin memiliki anak denganku?"Dengan kaku Nara mengganggukkan kepala. "Pengen tapi tidak sekarang. Aku pe-pernah bertemu dengan kakak seniorku. Dia sedang skripsian dan dalam kondisi hamil. Ti-tidak ada yang menemaninya ke kampus, dia berjalan susah payah. Benar-benar sendiri! Habis itu, beberapa minggu kemudian, aku jumpa lagi dengannya dan perutnya sudah rata. Aku kira sudah melahirkan ternyata keguguran, Mas. Ja--jadi aku takut seperti dia. Tapi pil itu bukan punyaku. La--lagian sejak kapan Nara meletakkan tas di atas nakas? Aku selalu langsung menyimpannya ke meja belajar," jawab Nara sembari menjelaskan jika pil tersebut benar-benar bukan miliknya. Zavier menatap tas i
Baca selengkapnya
(ZS) Kamus Berkata Baik
"Ekhm." Zavier berdehem, cukup kaget mendengar perkataan istrinya. Ah, kenapa juga Zavier harus kaget? Sudah tabiat istrinya mahir dalam berkata buruk. Zavier seharusnya kaget ketika Nara berkata sopan, lemah lembut dan manis. Itu baru mencurigakan. Jika seperti ini, artinya masih normal. Zavier berdecis geli, mengetuk pelan bagian belakang kepala istrinya kemudian menyeret Nara untuk masuk dalam mobil. Jika pikir lagi, lucu juga ucapan Nara pada Sabila. "Kau tidak perlu meladeninya. Masuk dalam mobil," ucap Zavier pelan, tersenyum tipis ke arah Nara. Nara menganggukkan kepala, menuruti perkataan sang suami. Namun, sebelum dia masuk dalam mobil, Nara menyempatkan diri untuk melayangkan tatapan tidak suka pada Sabila.Sedangkan Sabila, mimiknya menahan marah. Dia menghentakkan kaki dengan kesal saat mobil Zavier meninggalkan kediaman Azam. "Awas saja kau, Nara. Aku akan menyingkirkanmu. Segera!"***Tuk'Nara yang saat itu tengah menyiapkan laporan akhir magang, sontak menoleh ke a
Baca selengkapnya
(ZS) Ada Apa dengan Bakwan?
"Nara memang seperti itu, Kak Zavier?" tanya Sabila, memperlihatkan raut meringis dan simpati–isyarat memberitahu Zavier jika Nara sangat aneh dengan sikap seperti itu. Bukannya menjawab perkataan Sabila, Zavier memilih memanggil Kenan. "Kenan.""Ah, ya, Tuan?" Segera Kenan menghampiri Zavier. Dia kebetulan baru tiba. Saat di kantor dan di depan orang asing, Kenan akan memanggil Za dengan sebutan tuan. Itu bentuk rasa hormat dan profesionalnya pada Zavier. "Katakan pada pihak agensi StarMoon, tidak ada kontrak kerja sama jika modelnya dia," dingin Zavier, melayangkan tatapan tidak suka pada Sabila. Mata Sabila melebar, begitu juga dengan manager serta perwakilan lain dari agensi tersebut. Mereka sangat terkejut dan langsung panik luar biasa. Bagaimana mereka akan menghadapi bos mereka jika setelah pulang dari sini? "Baik, Tuan," jawab Kenan santai. Dia membungkuk untuk memperlihatkan Zavier berjalan lebih dulu. Zavier melangkah tenang, akan tetapi Sabila langsung menghadang. "Ka
Baca selengkapnya
(ZS) Berubah
"Kenapa kau diam saja?" tanya Zavier, menoleh ke arah Nara yang saat ini duduk diam di sebelahnya.Setelah Nara memberi contoh memakan bakwan kemudian dia langsung muntah, Zavier langsung membawanya ke rumah sakit. Sekarang mereka dalam perjalanan pulang. "Humm?" Nara berdehem, menoleh sejenak pada Zavier lalu kembali menatap lurus ke arah depan. Nara mengerjap beberapa kali lalu memilih diam, tanpa mengatakan sepatah kata apapun. "Ada apa?" Zavier kembali menatap sejenak ke arah istrinya. Semenjak mengetahui kondisi kesehatannya, Nara mendadak menjadi diam dan sangat kalem. Tidak biasanya, "kau tidak suka?" "Suka apa, Mas?" tanya Nara balik. "Suka bayi dalam perutmu." "Suka." Nara mengangguk pelan. "Senang?" "Senang, Mas," jawab Nara pelan. "Jadi?""Jadi?" beo Nara. Zavier menghela napas pelan, memilih diam dan tak berupaya membujuk Nara untuk berbicara lagi. Mungkin Nara sedikit kaget dengan kondisinya yang tengah hamil atau khawatir pada janin di perutnya. Setelah tiba di
Baca selengkapnya
(ZK) Persahabatan Nara
Hari demi hari Nara lewati dengan gembira. Kehamilannya membuat Zavier sedikit lebih manis padanya. Jika soal dimanja, suaminya sejak dulu sudah suka memanjakannya. Namun, setelah Nara hamil, pria itu semakin memanjakannya serta sangat overprotektif pada Nara. Sekarang Nara sedang keluar rumah, bertemu dengan para teman-temannya untuk menyelesaikan perkara mereka dahulu. Nara sudah izin pada Zavier dan dia ditemani beberapa bodyguard serta maid. Mereka menunggu di dalam mobil, sedangkan Nara berkumpul bersama para temannya. "Maafkan aku, Nara. Aku salah sebab hanya diam saat Tamara menyudutkanmu," ucap Karina dengan nada penuh penyesalan dan sedih. Dia sudah pernah meminta maaf dan Nara mengatakan telah memaafkannya. Namun, dia merasa jika Nara menjauh darinya setelah kejadian itu. "Kami juga, Nara. Harusnya sejak awal kami tidak menjadikan Tamara masuk dalam pertemanan kita dan selalu percaya padamu. Maafkan kami, Nar." Sira mewakili teman-temannya yang lain. "Yah, kaki salah. P
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status