All Chapters of Nama Kontak Yang Menyakitkan Hatiku : Chapter 71 - Chapter 80
170 Chapters
71
Tiga jam duduk di depan meja rias membuat punggungku hampir patah. Usai memastikan riasan mereka membantuku mengenakan kebaya, memasang sanggul dan hijab di kepala serta memastikan kembang goyang agar tidak copot. Sebagai sentuhan terakhir, mereka memasangkan kerudung pengantin yang panjangnya menjulang sampai 3 meter, di belakang kembang goyang kerudung itu disematkan. Kupikir itu berlebihan, tapi itu adalah permintaan Mas Fadli agar semua orang melihat betapa cantik dan anggunnya sang pengantin."Masya Allah Cantiknya," ujar ibuku dengan Bu bola mata yang menggenang kaca-kaca."Iya, kayak bukan Fatiya.""Bolehkah saya melihat diri saya sendiri?" "Tentu!" Asisten make up artist membantuku untuk berjalan ke kaca yang lebih besar. Melihat diri ini memakai kebaya kutu baru dengan tali pinggang berwarna merah, aku terpukau dengan pantulanku sendiri.Kutatap wajahku, dengan alis yang tegas dan bibir merah merona aku terlihat seperti bukan Fathia yang selama ini. Fathia yang selalu tam
Read more
72
"Eh, tidak juga. Justru Bunda sudah mendapatkan kebahagiaannya," ujar Mas Kevin pelan.Mas Fadli yang baru saja berjuluk suamiku segera menyadari kecanduan yang terjadi. Halaman rumah orang tuaku yang tidak begitu luas tapi dipenuhi oleh tamu undangan dan family, membuatnya harus turun tangan."Dik, ayo sapa Tante Fifin dan Om Yogi," ujarnya sambil menggandeng diri ini."Iya, Mas."Aku mencoba menetralisir perasaan akibat pertanyaan anakku kepada ayahnya, pun mas Kevin juga tertawa dengan canggung tapi semua orang sekaam menangkap kegetirannya. "Lihat ayah, Om Fadli dan Bunda sekilas mirip, senyum mereka sama bagusnya." Daffa berkomentar."Iya, mereka sama bagusnya Ibumu juga cantik seperti boneka," jawabnya, dan itu masih kedengaran olehku."Ayah bodoh sekali meninggalkan Bunda," ujar Sinta."Hei, sayang, Jangan bicara begitu," ujar ibu Jihan sampai memeluk cucunya, mencoba untuk melarang Sinta berujar seperti itu lagi. "Tapi benar kan, Nek. Ayah memang bodoh meninggalkan Bunda ya
Read more
73
"Eh, tidak juga. Justru Bunda sudah mendapatkan kebahagiaannya," ujar Mas Kevin pelan.Mas Fadli yang baru saja berjuluk suamiku segera menyadari kecanduan yang terjadi. Halaman rumah orang tuaku yang tidak begitu luas tapi dipenuhi oleh tamu undangan dan family, membuatnya harus turun tangan."Dik, ayo sapa Tante Fifin dan Om Yogi," ujarnya sambil menggandeng diri ini."Iya, Mas."Aku mencoba menetralisir perasaan akibat pertanyaan anakku kepada ayahnya, pun mas Kevin juga tertawa dengan canggung tapi semua orang sekaam menangkap kegetirannya. "Lihat ayah, Om Fadli dan Bunda sekilas mirip, senyum mereka sama bagusnya." Daffa berkomentar."Iya, mereka sama bagusnya Ibumu juga cantik seperti boneka," jawabnya, dan itu masih kedengaran olehku."Ayah bodoh sekali meninggalkan Bunda," ujar Sinta."Hei, sayang, Jangan bicara begitu," ujar ibu Jihan sampai memeluk cucunya, mencoba untuk melarang Sinta berujar seperti itu lagi. "Tapi benar kan, Nek. Ayah memang bodoh meninggalkan Bunda ya
Read more
74
Sesusah mandi, aku mengenakan gamis dan mengeringkan rambutku, duduk di depan kaca Ria sambil memakai pupur dan lipstik. suamiku yang baru menggeliat dari tidurnya tersenyum menatap diri ini dari pantulan kaca."Apa tidur Mas pulas?""Tentu, ada boneka hangat dalam pelukanku," jawabnya tertawa."Aku akan siapkan sarapan dan kopi Mas.""Aku masih ingin berbaring di sini.""Oh, jadi, kau ingin bermalas malasan?" tanyaku mendekat, yang mengulurkan tangannya menarikku, membuat diriku duduk di tepian tempat tidur. Ia lingkarkan tangannya di pinggangku dan membenamkan wajahnya ke pangkuan ini. "Entah kenapa, aku langsung jadi manja," desahnya, aliran napasnya terasa di pahaku."Wajar seorang suami manja pada istrinya," jawabku sambil membelai rambutnya."Lebih baik diam di sini dalam pelukanku daripada kau keluar ke sana.""Hei, tak enak pada Ibu, apalagi aku ini wanita, sampai jam berapa lagi aku akan berada di dalam kamar.""Toh, mertuamu tidak di sini kan, kedua orang tuaku menginap d
Read more
75
"Apa kau dapat kabar baik, Mas?" Wanita yang masih ditancapi dengan beberapa selang, infus dan selang oksigen di hidungnya itu bertanya padaku dengan suaranya lirih, nyaris tak terdengar.Melihatnya rasanya sesak di dada, ingin pecah tangisan tapi aku menahannya, bagaimana pun, karma yang terjadi padanya disebabkan olehku. Andai aku bisa mengendalikannya, keadaanya tak akan seperti sekarang."Sakit Mas, pedih sekaki.""Iya, Mil, sabar.."Aku iba dengan penderitaannya, aku iba dengan rintihan kesakitan dan air matanya. Akibat panasnya minyak yang membakar, banyak bagian tubuhnya yang rusak, kulit rontok dan syarafnya ikut rusak, butuh waktu lama untuk regenerasi menumbuhkan sel serta membuat urat-urat kembali mengalirkan darah."Sakit Mas, perih sekali, aku mulai merasakan tubuhku berbau anyir dan menjijikkan. Darah dan nanah ini membuat siapapun tak tahan berada di dalam ruanganku," desahnya dengan air mata yang perlahan meleleh."Mil! Sabar sayang." Aku ingin menggenggam tangann
Read more
76
"kau sudah kembali?""Ya." Wanita yang terbaring di pembaringannya itu seakan menunggu kabar baik yang akan terlontar dari bibirku, sorot matanya penuh pengharapan bahwa aku akan membawa angin segar untuk kesembuhannya.Sekali lagi kupandangi badannya dari atas ke bawah, hanya lengannya yang terbuka lemah sementara yang lainnya tertutup kain. Menyaksikan kulitnya yang berubah dari merah muda menjadi kuning pucat dengan urut-urat yang terlihat jelas, hatiku makin perih. Aku ingin segera menyelamatkannya tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan. "Mas, Apa kau dapat pekerjaan atau pinjaman uang?""Tidak, belum ada.""Lalu kau ke mana saja dari pagi sampai sore?""Mencari uang.""Kenapa lama sekali?""Karena aku jalan kali, Mil. Motorku sudah kujual untuk pembayaran rumah sakit ini.""Apa? Tapi bukannya ayahku yang akan membayarnya.""Ibumu memintaku untuk bertanggung jawab sebagai suami. Dia bilang kau adalah anak perempuan satu-satunya yang sangat ia cintai. Dia wanitaku bertanggun
Read more
77 POV Kevin
Konflik yang terjadi barusan hanya segelintir dari ribuan kata-kata ibu mertua yang selalu menusuk hati. Bahkan sejak pertama menikah dia mulai menunjukkan sikap tidak akrab padaku.Padahal aku telah berjanji bahwa jika aku berhasil meyakinkan Ibuku dan mendapatkan uang, kami akan melakukan resepsi pernikahan yang tidak kalah megah. Namun sepertinya ego dari ibu mertua tidak terpuaskan dengan janji semacam itu. Dia jadi benci dan dendam padaku karena tidak memberikan anaknya mahar dan pernikahan yang pantas. Aku juga tidak menyerahkan sejumlah uang padanya sebagai penembus putrinya Jadi mungkin itulah yang membuat dia semakin kesal saja.Setelah membantu Mila menyuapinya makan dan membersihkan badannya aku kemudian mengajaknya berbincang sebentar."Aku keluar sebentar ya, kamu istirahatlah.""Mau ke mana lagi Mas? meski keluargaku banyak, mereka yang menemaniku tapi tetaplah kehadiran suami adalah obat yang terbaik.""Aku harus cari solusi untuk kita Mil, agar ibumu tidak terus menyud
Read more
78
**"Menurutmu sikap Kevin barusan, wajar?" Saat memperhatikan mantan suamiku pergi, ternyata Mas Fadli juga menangkap keanehan yang sama. Dia menyusul diri ini ke balkon dan bertanya sambil menyentuh bahuku. "Aku menyadari dia bersikap tidak biasa, namun aku tidak mengerti kenapa begitu.""Sepertinya dia ingin minta bantuan dari kita, tapi dia terlampau malu untuk mengatakannya. Kau tahu kan' kalau istrinya akan melakukan operasi transplantasi kulit juga pemulihan yang biayanya tidak sedikit, kupikir dia memang membutuhkan uang.""Jika kita memberinya begitu saja, maka dia pasti akan menolaknya karena dia tidak ingin dikasihani, Mas. Sebaiknya Mas memberinya pekerjaan, tapi membayarnya di muka, agar dia tidak terlalu merasa malu.""Kau benar Fat, aku setuju dengan idemu agar Kevin tidak terlalu merasa rendah diri.""Jadi kita akan menelpon dia dan menyuruh dia kembali ?""Tidak usah sayang, kita jenguk dia di rumah sakit sekaligus silaturahmi."""Kupikir itu akan terlalu jauh Mas, ku
Read more
79 POV fatiya
"Kenapa mendadak kau berubah jahat fat Apakah mendapatkan suami kaya membuatmu cenderung untuk sombong dan congkak!""Kau pernah sesombong itu saat memamerkan calon istri barumu. Kau tahu Mas, aku merasa aku diambang maut saat menyaksikan suamiku memutuskan untuk meninggalkan rumah ini demi wanita lain. Aku sesak nafas setiap kali merindukanmu. Sakit hati Ini tiap kali melihat sudut rumah, di mana itu menyisakan kenangan tentang dirimu. Perih rasanya perasaanku, membayangkan suami yang selalu memelukku, kini berada dipelukan wanita lain. Pernahkah kau memikirkan semua itu!" Kini bola mataku mulai dibayang-bayangi oleh lelehan air mata yang akan menetes."Apa kau membayangkan bagaimana aku menyiapkan makanan dengan tulus, tapi kau malah menyuapi kotak bekalmu pada wanita itu dengan penuh cinta. Apakah kau tahu perasaan terburuk di dunia ini? Ya, rasa itu adalah perasaan dikhianati!"Mas Kevin semakin menundukkan kepalanya di saat aku sibuk berkhotbah atas luka-luka hatiku di masa lalu
Read more
80
Kembali ke rumah sakit setelah mengurus segala sesuatu tentang pekerjaan dengan Mas Fadli, aku kembali mengurus segala keperluan untuk biaya administrasi dan operasi. Aku melunasinya dengan sejumlah uang yang tadi. Sebetulnya itu adalah jumlah yang besar, sebetulnya terbebani untuk mengambil lebih cepat uang sebelum melakukan pekerjaan, namun aku terpaksa mengambilnya demi menyelamatkan nyawa Mila. Usai membayar semua biaya, aku langsung ke kamar Mila untuk memberitahu kabar baik ini. Aku pergi ke sana dengan perasaan membuncah. Tapi bukan karena begitu senang tapi karena berhasil menjawab tantangan ibunya."Assalamualaikum Tante."Aku mengucapkan salam kepada wanita yang tengah menyuapi istriku. Seperti biasa dia selalu memasang wajah tidak senang setiap kali melihatku."Hhmm, kamu sudah pulang.""Tante, dokter akan mengoperasi mila secepatnya, karena saya sudah membayarnya.""Oh ya?" Dia tertawa tak percaya."Ya Tante, kita tinggal tunggu jadwal saja, aku yakin Mila akan sembuh,
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status