Semua Bab Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya: Bab 21 - Bab 30
174 Bab
Bab 21 - Dia Tak Ingin Aku Risau?
Selama beberapa detik, dunia seperti sedang menahan napas hanya untuk menunggu Arley memberi Prims jawaban.Selagi gadis itu tidak mengalihkan matanya dari iris kelam Arley, pria yang duduk di hadapannya itu masih mengatup kedua bibirnya. Saat Prims berpikir bahwa Arley akan menjawab ‘tidak’, yang didengar oleh Prims justru sebaliknya.“Iya,” ucap Arley dengan sebuah anggukan. Dia mengatakan kejujuran tetapi Prims malah berpikir jika dia mulai terang-terangan mengakui hubungannya dengan Alice, wanita pilihan ibunya.Prims menundukkan kepalanya, perubahan wajahnya yang terlihat sendu dan kilatan kemarahan yang dijumpai Arley pada matanya yang cantik membuatnya tersenyum kecil. Seolah ekspresi yang diperlihatkan oleh wajahnya itu adalah kombinasi yang unik.“Tahu dari mana kamu kalau aku bertemu dengannya?” tanya Arley untuk menghancurkan keheningan yang memeluk mereka. Dan berhasil membuat Prims mengangkat w
Baca selengkapnya
Bab 22 - Karena Kau Melukai Dirimu Sendiri, Nona
Raga seorang perempuan yang dia sukai?Begitukah yang dikatakan oleh Arley?Prims tentu saja terkejut mendengar hal itu karena Arley sepertinya mengatakannya dengan tanpa sadar.“A-apa yang ... T-Tuan Arley katakan?” tanya Prims dengan gugup. Dadanya bergemuruh mengundang rasa nyeri yang aneh. Ia menunggu jawaban Arley, kepala pria itu masih menunduk sebelum terangkat kemudian barulah dia menanggapi Prims, “Apa yang kamu dengar memangnya?” Jika indera pendengarannya salah, Arley pasti akan menganggap Prims sebagai si percaya diri yang menggelikan karena menganggap Arley mengatakan perihal perasaannya. “T-tidak ada,” jawab Prims dengan suara yang sedikit serak. “M-mungkin aku salah.”Hela napas Arley terdengar sekali lagi sebelum dia kembali berujar, “Kamu ceroboh sekali, Primrose.” “Kenapa?”“Karena kamu sudah melukai di
Baca selengkapnya
Bab 23 - Orang Ke Tiga Itu Adik Tiriku
Di mata Prims, ia bisa menebak jika saat ini Alice sangat tidak suka dengan yang dia lakukan. Rasa benci itu terlihat cukup besar di kedua matanya.Gadis itu juga tak bisa bertingkah banyak. Ia tak mungkin melarang Prims menyentuh Arley karena bagaimana pun mereka adalah pasangan. Prims adalah istri sah Arley Miller.Dan karena di depan banyak orang, Alice jelas tidak bisa melakukan hal mencolok karena dia harus menjaga image anggun dan cantiknya, sehingga dia tetap berjalan mendekat dengan senyum yang terbit di kedua sudut bibirnya.“Halo, Kak Prims,” sapanya dengan sekilas melambaikan tangan, memutuskan tak hanya menyapa Arley saja.“Hai,” balas Prims singkat, mempererat pelukan tangannya di lengan Arley yang tak bergerak di tempatnya berdiri di
Baca selengkapnya
Bab 24 - “Mau Kau Bawa Ke Mana Wanitaku?”
Perhatian pengunjung seketika itu tersita pada Arley. Suaranya yang dingin dan rendah sedang memberikan riak marah meski tak begitu kentara.Sementara di samping kirinya, Prims sedikit terkejut saat mendengar bahwa Arley baru saja menyebutnya sebagai ‘wanitaku.’Kala Prims masih tenggelam dalam rasa tertegun, Richard lebih dulu menghancurkan keheningan sepersekian detik di antara mereka dengan lebih dulu menyapa, “Tuan Arley.”Ia menundukkan kepalanya dengan sopan, seolah baru saja menyadari jika Prims tidak datang sendirian melainkan bersama dengan suaminya. Ia mengangkat wajahnya dan tersenyum, “Maaf, aku tidak tahu jika Tuan Arley ada di sini. Aku pikir Prims datang sendirian tadi,” ucapnya dengan bergantian memandang Arley serta Prims.Namun, permintaan maafnya tak serta merta ditanggapi oleh Arley karena rautnya terlihat enggan. Tatapan matanya seperti sedang mengumpati teman masa sekolah Prims itu dengan kata ‘LANCANG’ yang teramat keras.Pemandangan itu bisa disaksikan oleh Pri
Baca selengkapnya
Bab 25 - Pria Yang Perhatian Kecilnya Mendebarkan
Alice menatap Arley dengan wajahnya yang polos. Yang bagi Prims, adik tirinya itu kentara sekali sedang berusaha untuk memengaruhi Arley agar mengabulkan keinginannya. Apalagi dengan bubuhan kalimat ‘Kak Prims tidak akan keberatan’, sejatinya dia sedang memerangkap pria yang bisa disebut sebagai ‘kakak iparnya’ tersebut menjawabnya dengan sebuah ‘Iya.’Namun, Arley tak begitu saja melakukan hal tersebut. Dia memandang Prims yang hanya diam di sebelah kanannya. Tiba-tiba, Arley merengkuh pinggangnya dan menautkan pandangan mereka. “Bagaimana, Sayang? Apakah kamu tidak keberatan jika Alice pulang bersama dengan kita?”‘S-sayang?!’ jerit Prims dalam hati. 
Baca selengkapnya
Bab 26 - Terjebak Kado Dewasa
Prims termangu mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh Arley. ‘Menunggu di sini dia bilang?’ Prims tak salah dengar, ‘kan? Ia tak ingin melakukan itu, Prims tak ingin mengenakan benda-benda itu. Ia berniat kabur tetapi rasanya itu tak akan berhasil. “Akh!” jeritnya kecil saat Arley meraih pinggangnya dengan sebelah tangannya dan menempatkan Prims tersudut tak bisa bergerak dengan punggung yang membentur lemari pakaian di belakangnya. “Mau melarikan diri?” tanya Arley dengan meletakkan tangan kirinya di samping telinga Prims yang tubuhnya berdiri kaku. Napasnya tertahan di tenggorokan saat melihat Arley kembali menunduk mensejajarkan wajah mereka. Matanya yang sekelam langit malam memindai setiap sudut wajah Prims yang sedang sekuat tenaga mempertahankan diri dengan meremas kedua tangannya. Menjaga agar detak jantungnya yang tak karuan ini tidak ditangkap oleh indera pendengar Arley karena memang jarak mereka telah terlampau dekat. “Kamu akan melarikan diri?” ulangi Arley
Baca selengkapnya
Bab 27 - Kunjungan Dari Mama Mertua
Prims terkejut dengan kedatangan Katie yang tiba-tiba. Sama halnya dengan Arley yang tak menyangka bahwa ibunya ada di sini, seolah sengaja memberi ‘kejutan’ pada mereka dengan tak memberi kabar untuk berkunjung ke rumahnya. Terlepas dari rasa terkejut yang menghampiri mereka berdua, Prims mendengar apa yang baru saja beliau sampaikan. Seperti biasa, kalimatnya selalu bernada penghinaan, kemarin 'wanita rendahan' dan sekarang adalah 'wanita tak berpendidikan'. “Apa istrimu memengaruhimu untuk melakukan hal tidak berguna seperti ini, Arley?” tanyanya kembali, lebih menggebu ketimbang sebelumnya. Prims tidak ingin Arley direndahkan oleh ibunya sendiri, sehingga dia bermaksud menjawabnya. Tetapi saat hal itu hampir ia lakukan, kalimatnya kembali tertelan karena Arley lebih dulu memberinya tanggapan, “Tidak ada yang melakukan hal tidak berguna, Mama." Ia mendorong napasnya dan alisnya sedikit berkerut saat bertanya, "Apa yang Mama lakukan di rumahku?” “Mama ingin bicara denganmu,” ja
Baca selengkapnya
Bab 28 - Sentuhan Lembut
Wajah Katie masih terlihat merah padam, dia tahu tidak bisa banyak bersikap karena sekarang sia seperti sedang melakukan sebuah lelucon. Dengan sadar telah memuji anak menantunya yang kue buatannya sangat baik, sedangkan dia baru saja menyebutnya sebagai seorang wanita berpendidikan rendah yang tidak melakukan apapun di rumah selain berpangku tangan dan menikmati kekayaan anak lelakinya.Dia menggigit bibirnya, memandang ke arah lain dan menganggukkan kepala, “Mama hanya bilang kalau kuenya enak,” ucapnya membela diri. “Bukan berarti Mama mau menyebutnya sebagai menantu yang baik hanya karena dia bisa membuat kue,” lanjutnya dengan mengambil secangkir teh yang ada di atas meja.Prims melihatnya masih sempat mengunyah kue yang sudah terlanjut berada di tangannya, ‘Mungkin sayang jika harus melepasnya begitu saja?’ pikirnya dalam hati.“Primrose,” panggil Arley membuatnya mengalihkan pandang dari yang semula men
Baca selengkapnya
Bab 29 - Sepakat Satu Ranjang
‘Cantik dia bilang?’ tanya Prims dalam hati.Ia merasakan tubuhnya bergeligi mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Arley. Pipinya menghangat dengan cepat, dia malu karena selama ini tidak ada seorang pun yang memujinya cantik, selain mendiang ibunya. Seolah belum cukup membuat Prims menggigil dengan jantung yang berdetak kencang, Arley kembali mendekat saat Prims menarik dirinya dari Arley. Pria itu kembali tersenyum tipis yang semakin membuat tubuhnya meremang, “Apakah kedua pipimu yang berubah merah itu juga karena terkena cat?” tanya Arley dengan dagu yang mengedik pada wajahnya.Prims yang salah tingkah tidak tahu harus berbuat apa karena lagi-lagi Arley membuatnya kehabisan kata. Selagi Prims mencoba menormalkan detak jantungnya kembali, Arley masih tidak mengalihkan tatapannya sama sekali. Dia tidak berpaling, melainkan menikmati kepanikan Prims yang menarik di matanya.
Baca selengkapnya
Bab 30 - Jari-jari Tangan Berkaitan
Mencegah dirinya untuk tidak salah tingkah, Prims menata napasnya yang terasa sesak saat mendengar apa yang dikatakan oleh Arley. “B-bukankah aku sudah bilang, Tuan Arley?” tanya Prims lirih, menatap mata pria yang berbaring berhadapan dengannya ini, saat temaramnya lampu mengambil alih setiap inci penjuru ruangan, alih-alih terlihat redup, kedua irisnya malah terlihat berbinar.“Apa?” tanya Arley balik, suaranya terdengar rendah.“K-kalau kamu harus memperhatikan apa yang kamu katakan karena itu agak ...” Prims menjedanya, memilih kata yang tepat. “Berbahaya,” lanjutnya berhati-hati. “Aku sudah mengatakannya tadi siang, ‘kan? Ucapanmu bisa membuat orang lain ....”Prims menghela napasnya, sengaja tidak melanjutkannya karena ia yakin seharusnya Arley tahu apa yang ingin dia katakan.Pria itu tak menjawabnya, dia hanya terus memandang Prims tanpa mengatakan apapun. Seolah menikm
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status