All Chapters of Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku: Chapter 41 - Chapter 50
99 Chapters
Dicuekin
Aaron dan Bella sudah kembali ke apartemen. Bella bergegas menidurkan Alessandro di kamar, lalu kembali ke luar. Tok tok tok! Bella mengetuk pintu kamar Aaron. "Bisa bicara sebentar!" seru Bella. Tidak berselang lama, Aaron ke luar dengan kancing kemeja yang sudah terbuka. Tampaklah tubuh sixpack Aaron. Sejenak Bella memalingkan muka. "Kau melanggar perjanjian!" kata Bella cepat. "Yang mana?!""Bukankah kita sudah sepakat, jangan ikut campur masalah pribadi masing-masing! Apa itu kurang jelas!" tegas Bella. "Jelas!" jawab Aaron malas. "Kalau begitu patuhi, dong! Ingat, jangan ikut campur dengan urusanku. Aku mau bertemu siapapun, kau tak berhak melarang!""Aku suamimu! Aku berhak melarang!"Tiba-tiba Aaron menarik lengan Bella. Jadilah tubuh wanita itu menempel dengan tubuh Aaron. Dengan kasar Aaron meraih dagu Bella yang membuat wajahnya mendongak. Secepat kilat Aaron me
Read more
Ancaman Aaron
Tiba di toko, Bella menitipkan bayinya kepada sang baby sitter, sedangkan dirinya mulai disibukan dengan membuat buket bunga. Walaupun masih tahap belajar, Bella dengan cepat menguasai teknik pembuatan. Ketika asyik mendekor, sebuah mobil box datang mengantar ragam bunga palsu. Sebagian karyawan sibuk menurunkan barang. "Mana karyawan barunya?" tanya Bella. "Mungkin sebentar lagi, Nyonya."Baru saja bicara, sepuluh orang datang, dimana lima perempuan dan lima orang laki-laki. Bella mengarahkan karyawannya untuk membimbing dan membagi tugas mereka. Tak terasa jam makan siang tiba. Saat hendak masuk kamar, Alex datang. "Bella, tunggu!"Bella menoleh ke arah suara. "Eh, Kak Alex. Kenapa, Kak?""Sebelumnya mohon maaf. Bisakah kita makan siang bareng. Mama jadinya pulang kampung sore ini. Beliau memaksa Kakak untuk ajak kamu."Bella tersenyum. "Baiklah!""Restoran biasa, ya? Dekat taman," kata
Read more
Masuk Rumah Sakit
Bella memejam diiringi dengan tarikan napas yang terasa berat. "Lakukan saja apa maumu! Aku tidak takut!" Bella melanjutkan langkahnya.Mendengar ancamannya tak membuat Bella gentar, Aaron beranjak, dan dengan cepat menarik tangan Bella. "Aku minta maaf, Bella. Aku berjanji tidak akan bersikap seperti ini lagi. Mulai sekarang kau bebas melakukan apa saja! Kumohon, biarkan pernikahan ini berlangsung selama satu tahun." Bukan tak beralasan Aaron memohon. Ia tidak mau melihat Mitha sedih. Mitha sangat menyayangi Bella. Bella hanya diam. Terdengar suara Alessandro menangis. Bella bergegas membuka pintu. Diraihnya Alessandro dari tangan sang baby sitter, lalu dibawa masuk. Bella sama sekali tak memedulikan keberadaan Aaron. Wanita itu bergegas ke kamar. Ponsel Aaron berdering. Rupanya dari Damian. Aaron menerima laporan tentang toko bunga dan bengkel. "Bagaimana, Tuan?" tanya Damian. "Toko dan bengkel tetap milik mereka. Dan untuk toko bunga, sementara kau yang handle." Aaron mema
Read more
Terungkap
Operasi sudah selesai. Dokter menyatakan operasi berhasil, tetapi Aaron masih dalam keadaan kritis. Benturan kepala yang dialami Aaron menyebabkan pendarahan otak, karena saat kejadian Aaron tidak mengenakan sabuk pengaman. "Kapan kami bisa menemuinya, Dok?" tanya Mitha. "Setelah masa kritisnya lewat, Nyonya. 2x24 jam adalah masa kritis seseorang pasca operasi dan banyak hal bisa terjadi seperti pendarahan atau infeksi, dan lainnya. Oleh karena itu, Tuan Aaron masih mendapatkan perawatan intensif. Semoga saja tidak ada reaksi negatif dari tubuhnya. Permisi, Nyonya." Dokter pun pergi. Deg! Batin Bella bermonolog. "Kritis? Ya Tuhan .... Apa umurnya panjang?Bella menggeleng cepat. "Ah, ya, ampun, kenapa dengan pikiranku? Dia pasti selamat!" Bella yang masih setia menemani Mitha pun memeluk wanita paruh baya itu, memberi kekuatan untuk sang mertua juga dirinya sendiri. Bella melerai pelukan. "Mami pulang, istirahat saja. B
Read more
Aaron Siuman, Tapi Lupa Ingatan?
Semua orang cemas. Semua orang sedih. Tak terkecuali Bella. Wanita itu duduk sendiri di kursi stainless agak jauh dari keluarga. Bella menunduk dengan kedua telapak tangan yang menutup wajah. Seketika Bella teringat akan sumpah yang terucap dulu. Bell mendongak. "Ah, Ya Tuhan ... sembuhkan pria itu. Aku maafkan dan aku cabut sumpahku. Jangan, jangan biarkan dia mati karena sial dengan sumpahku, Tuhan!"Bella menyaksikan seorang dokter dan dua perawat ke luar dari kamar Aaron. Semua keluarga berdiri, menghampiri si dokter. Bella berlari, turut menghampiri. Terdengar sang dokter mengatakan, jika tadi Aaron sempat mengalami henti jantung. "Jangan khawatir, sekarang keadaannya sudah kembali normal. Permisi." Dokter itu pun pergi. Semua merasa lega. Akhirnya, Mitha meminta agar Belinda, Julio dan John untuk beristirahat di Mansion. "Bella? Bawa mereka ke mansion," kata Mitha."Lebih baik Mami saja. Sekalian Mami istirahat. Biar aku di sini yang jaga," saran Bella. "Tidak! Kasihan Al
Read more
Mendadak Mesra
Dokter dan tim medis lainnya sudah meninggalkan kamar. Bella bergegas masuk dan berdiri di samping Mitha sembari menatap Aaron yang sedang terpejam. "Apa kata dokter, Mi?"Mitha menggenggam tangan Bella. "Sekarang, tugas kamu yang merawat Aaron. Nanti juga Aaron sembuh, kok. Tadi dokter bilang, Aaron hanya mengalami amnesia ringan. Apalagi sudah satu minggu Aaron tidak sadarkan diri, kan? Jadi, kinerja otaknya berhenti. Untuk berpikir dan mengingat saja pasti loading."Mitha menghela napas, menatap sendu putranya itu. Wanita paruh baya itu kembali berkata, bahwasannya hilangnya ingatan efek dari benturan atau bahkan dari operasi otak itu sendiri. Masa penyembuhan sendiri sekitar empat sampai dua belas minggu. Tidak ada hitungan pasti mengenai kapan pastinya untuk sembuh seperti sedia kala, semua tergantung kondisi pasien. Namun, kebanyakan pasien sembuh total dalam waktu enam bulan. "Kita harus bersyukur karena Aaron bisa bicara, walaupun terdengar lemah. Banyak efek lain setelah op
Read more
Pengakuan Aaron dan Bella
Sudah tiga minggu Aaron dirawat. Selama itu pula dengan setia Bella selalu menemani. Sandiwara yang diperankan Bella semakin hari semakin mendekatkan dirinya dengan Aaron. Hanya saja, Bella tidak mengikuti kemauan Aaron untuk hal peluk cium. Bella selalu menolak halus tentunya dengan ragam alasan.Seperti pagi ini, Bella berniat akan memberi tahu status pernikahan mereka yang sebenarnya. Bella sudah mempersiapkan salinan surat perjanjian pernikahan yang Aaron kirim melalui e-mail saat itu. "Selamat pagi?!" sapa Bella, saat masuk kamar. Aaron tersenyum menyambut kedatangan istri dan putranya. "Kemari!" pinta Aaron. Bella yang sedang menyimpan tas bayi bergegas menghampiri."Ada apa?" tanya Bella sembari menarik kursi. Alessandro yang ada dalam pangkuan seketika tak bisa diam seolah-olah meminta digendong oleh sang papa. "Sini, Nak!"Bella menidurkan putranya tepat disamping Aaron bersandarkan lengan kekar Aaron. "Ceritakan tentangmu!" pinta Aaron sembari mengusap sayang kepala Al
Read more
Permintaan Mitha
Bella tak mampu menolak kemauan Mitha. Apalagi, wanita paruh baya itu sampai memohon. Mau tidak mau Bella bertahan dengan status pernikahan kontraknya sesuai perjanjian. "Kau mengadu sama Mami?" tanya Aaron, saat Bella merapikan bantal di kamar Aaron. Ya, Aaron sudah di mansion. Mitha mendapatkan izin dari pihak rumah sakit untuk merawat Aaron di rumah. Tentu saja Mitha harus membayar mahal untuk itu, yakni keperluan dokter, perawat, dan lain sebagainya. Namun, itu bukanlah sesuatu yang sulit baginya. "Pak, bisa tinggalkan kami sebentar?!" pinta Bella kepada seorang perawat pria."Baik, Nyonya." Perawat itu ke luar. Bella duduk di tepi ranjang. "Maaf, aku pikir Mami memang harus tau hal ini."Aaron tersenyum samar. "Lakukan juga apa yang kau mau!""Maksudnya?""Kau ingin kuliah, lalu bekerja, kan?"Bella mengangguk pelan. "I-iya.""Lakukanlah. Tapi, dengan syarat.""Apa?"Aaron berkata, jika Bella kuliah harus membawa turut serta Alessandro, di antar sopir dan dikawal. Pun dengan b
Read more
Aaron -- Double Win!
Malam tiba. Bella bisa bernapas lega karena sofa tak jadi di keluarkan. Namun, tetap saja tidak mungkin bagi Aaron untuk tidur di sana. Bella'lah yang mengalah. "Di sini saja!" kata Aaron saat melihat Bella menata bantal di sofa. "Tidak! Nanti kau ambil kesempatan!" tolak Bella tanpa menoleh."Hei?! Bagaimana mau macam-macam, selang infus masih menancap! Lagipula, pintu tidak dikunci, kalo Mami ngintip, gimana?"Bella yang baru saja duduk, langsung berdiri. "Iya, kau benar! Baiklah aku akan tidur di sampingmu."Bella meraih bantal serta selimut, lalu merangkak naik ke atas ranjang. Ia tak lekas tidur, tangannya mengambil bantal guling, lalu disimpannya di tengah-tengah sebagai pembatas antara ia dengan Aaron. Sebelah sudut bibir Aaron terangkat melihat tingkah Bella. Padahal, sudah ia bilang tadi, kalau tangannya masih tertancap jarum infus. Ditambah lagi kasur yang mereka tiduri berukuran besar. Jadi, mana mungkin A
Read more
Biasa Saja -- Akur
Pagi-pagi sekali Bella sudah tampil cantik. Jangan ditanya soal sarapan. Semua sudah tersedia di meja makan, walaupun Mitha melarang. Di kamar, Bella merapikan selimut. Dilihatnya Aaron dan Alessandro masih tertidur nyenyak dengan posisi tidur yang sama, miring. Pagi itu, Bella akan bersikap biasa saja, melupakan apa yang sudah terjadi semalam. Bella tersenyum. "Mentang-mentang papa dan anak!"Terdengar suara ketukan pintu. Bella lekas membukanya. "Permisi, Nyonya? Saya mau mengecek labu infus," ucap sang perawat. "Oh, iya, silakan masuk." Bella membuka daun pintu lebar. Bella mengikuti. Rupanya Aaron terbangun. "Sudah tidak memerlukan infus lagi?" tanya Bella saat melihat sang perawat meraih tangan Aaron dan membuka plester. "Tidak, Nyonya. Semalam dokter berpesan agar pagi ini lepas infus. Tapi, untuk lebih jelasnya Anda bisa bertanya kepadanya. Mungkin sebentar lagi datang."Aaron meringis saat jarum infus itu dicabut. "Cih! Badan aja besar. Gitu aja meringis!" ejek Bella.
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status