Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku

Pernikahan Kontrak dengan Ibu dari Anakku

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-16
Oleh:  Suci KomalaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat. 3 Ulasan-ulasan
124Bab
3.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Aku tak butuh harta dari pria sepertimu!" Aaron dihantui rasa bersalah karena sudah menghamili Bella secara paksa karena mengira wanita itu adalah putri dari pria yang sudah membunuh ayahnya. Hanya saja, dia tak dapat membiarkan Bella membesarkan anaknya sendirian. Sebuah perjanjian kontrak pun tercipta. Tapi, bagaimana jika Aaron menyadari dirinya telah mencintai Bella dan tak mau semuanya berakhir begitu saja?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Salah Target

"Bawa dia!"

"Hei, lepas! Kalian mau apa?!" Seorang wanita meronta karena dua orang pria berbadan besar menarik tangannya, memaksa masuk ke dalam mobil.

"Turunkan aku!" teriaknya saat berada dalam mobil tersebut.

Aaron Addison --seorang pengusaha sukses berusia tiga puluh delapan tahun itu tersenyum lebar saat mobil pengawalnya berhasil membawa targetnya. Ia pun mengikuti dari belakang sampai akhirnya tiba di mansion miliknya.

Aaron melihat kedua pengawalnya mendorong sang wanita ke salah satu kamar yang memang sudah ia siapkan untuk eksekusi.

Aaron menghampiri. Wanita itu tampak beringsut menghindar darinya.

Aaron berjongkok meraih dagu si wanita sembari bertanya, "Siapa namamu?!"

"Be-Bella," jawabnya terbata.

Aaron menepis dagu itu dengan kasar. "Nama yang bagus. Tapi, tak sebagus nasibmu karena bertemu denganku. Hahahahaha!"

Lagi, Aaron berkata. Kali ini ia berbisik, "Aku pastikan kau mati perlahan di tanganku!"

Aaron melihat wanita yang bernama Bella itu melotot. Sudah pasti ia kaget mendengarnya, pikir Aaron.

"Ti-tidak! Apa sa-salahku, Tuan?" Bella beringsut mundur.

Aaron berdiri. Sembari tersenyum, ia mengeluarkan pisau kecil dari saku, lalu berjalan perlahan seiring dengan Bella yang beringsut mundur hingga akhirnya terhenti karena mengenai tembok.

Aaron kembali berjongkok.

"A-aku mohon jangan lakukan ini, Tuan!" Bella merapatkan kedua tangannya, memohon.

Aaron tersenyum sarkas, bahkan ia menjambak rambut Bella membuat kepala wanita itu mendongak. Tiada belas kasih, pisau kecil itu Aaron sapu di pipi mulusnya.

"Yaaahh, kenna!" ucap Aaron saat pisau tajam itu berhasil menggores pipi mulus Bella, lalu tertawa puas.

Aaron melihat Bella menitikkan air mata. Mungkin merasakan takut juga perih, karena darah perlahan keluar dari luka itu.

Aaron merengkuh pundak Bella, membawanya berdiri.

"Hahahaha .... Sakit?! Asal kau tau, tidak ada rasa sakit melebihi ini selain yang aku rasa saat kehilangan sosok ayah. Itu semua karena ayahmu! Ayahmu sudah membunuh ayahku! Dan sekarang, nikmati pembalasanku! Hahahaha ...."

Gadis berambut pirang itu menatap Arron lekat dan menggeleng cepat.

Aaron mengamati Bella dari ujung rambut hingga ujung kaki sembari berkata, "Body'mu boleh juga. Sepertinya akan lebih asyik jika kau melayaniku terlebih dahulu sebelum pisau ini benar-benar menghabisimu!"

"Tidak! Akun mohon jangan!" Napas Bella memburu. Tatapannya memelas, memohon agar Aaron tidak berbuat macam-macam. Namun, sayang ... Aaron sungguh tak peduli. Pria itu mulai mencium leher jenjang Bella.

Wanita bermata hazel itu berontak. Sekuat tenaga ia menendang dan mendorong Aaron, membuat pria itu terjengkang. Ia mengambil kesempatan untuk berlari ke arah pintu. Namun, sayang ... Aaron dengan cepat berlari dan meraih tubuhnya.

"Mau ke mana, hem? Lebih baik kita bersenang-senang. Hahaha ...."

Aaron mengangkat tubuh Bella. Walaupun gadis itu berontak, tetapi tubuh Aaron yang tinggi kekar tidaklah goyah.

Brug!

Aaron melempar Bella ke atas ranjang. Bella merangkak hendak kabur. Nahas, kedua tangan Aaron menarik kaki Bella sampai-sampai tubuh wanita itu terlentang.

Tidak ingin membuang tenaga, akhirnya Aaron mengikat kedua tangan Bella pada ranjang.

"Aku mohon lepaskan aku!" pinta Bella sembari terisak serta menggerakkan tangannya berharap tali itu terlepas.

"Kau menangis darah pun tidak akan aku lepas!"

Aaron melucuti semua kain yang menutupi tubuh Bella.

Terpampang jelas pemandangan yang begitu indah membuat siapa saja akan terlena jika menikmatinya. Aaron tersenyum. Ia tak lekas melucuti pakaiannya sendiri, melainkan duduk di sofa sembari memandang tubuh indah Bella. Sesungguhnya Aaron bukanlah pria brengsek. Namun, amarah dan dendam kepada pria bernama Robert membuatnya menjadi sosok yang kejam.

Aaron mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Kamera pun ia bidikan ke arah Bella. Setelah puas mengambil gambar, Aaron menyalakan rekaman vidio dan meletakan ponselnya pada tripod. Aaron sengaja melakukannya karena gambar dan vidio itu akan ia kirimkan kepada Robert. Ia berharap pria tua itu akan hancur secara mental sebelum akhirnya Aaron melenyapkan Robert.

Dirasa cukup, Aaron menyudahi rekaman itu dan lekas melucuti semua pakaiannya, lalu naik ke atas ranjang.

"Aku pastikan kau akan mendesah merasakan nikmatnya seranganku! Hahahaha ...."

"Cuih!" Bella meludahi Aaron, tepat di wajahnya.

"Kurang ajar!"

Plak!

Plak!

Aaron menampar pipi kiri-kanan Bella, sangat keras. Membuat darah ke luar di sudut kiri bibir Bella.

Wanita berkulit putih itu menatap tajam. "Kau salah orang! Dan aku pastikan, kalau ayahku itu orang baik! Ayahku tidak mungkin melakukan hal sekeji itu!"

"Katakan sesukamu tentang ayahmu itu! Aku tidak peduli. Yang jelas, aku akan membalas dendam!"

Aaron mulai menyusuri setiap lekuk tubuh wanita malang itu. Perbuatan Aaron tentu saja berhasil membuat tubuh Bella menggelinjang hebat. Hati memanglah menolak, tetapi apa daya dengan raga yang memiliki titik sensitif tertentu.

"Aku mohon jangan lakukan ini!" pinta Bella memelas.

Lagi, Aaron sama sekali tidak peduli. Bak kucing lapar yang dihadapkan dengan tulang, Aaron melumat semua area yang ia sukai.

"Sekarang, bersiaplah! Hahahaha ...."

"Aku mohon jang--ngann ...." Suara Bella melemah seiring dengan berhasilnya Aaron mendobrak kesuciannya.

Aaron tertawa lepas saat melihat wanita tak berdaya itu menangis dan sesekali mengerang kesakitan. Aaron merasa bangga karena Bella tenyata masih perawan.

Aaron menyudahi aksinya. Entah berapa kali ia melakukan pelepasan. Pria berotot itu ambruk tepat di atas tubuh Bella.

"Enyahlah dari tubuhku, pria brengsek!" ucap Bella dengan suara bergetar.

Aaron mendongak, lalu berkata, "Terserah aku mau bagaimana! Tubuhmu benar-benar menjadi candu bagiku sekarang!"

"Akan sangat disayangkan jika pisau yang membunuhmu. Tampaknya aku akan sangat puas jika kau mati karena kelelahan," lanjut Aaron.

Aaron beranjak dari tubuh Bella sembari berkata, "Bersiaplah untuk sesi berikutnya!"

"Cuih!" Lagi, Bella meludah, "lepaskan aku, brengsek!"

Kali ini Aaron tidak marah saat ludah itu mengenainya lagi. Ia malah mengusapnya dengan jari, lalu menjilatnya.

Ponsel Aaron berdering. Lekas pria itu turun dan meraih benda pipihnya yang masih terpasang pada tripod.

"Ada apa?!" tanya Aaron, saat menerima panggilan.

"Begini, Tuan ... kita salah menangkap orang."

Aaron mengernyit. "Apa maksudmu?"

"Wanita itu bukanlah putri dari Robert!"

"Apa?!"

Aaron bergegas menuju ranjang.

Sembari membuka ikatan pada tangan Bella, tanpa merasa berdosa Aaron berkata, "Ternyata aku salah orang! Kau boleh pergi!"

Setelah tali itu lepas, Aaron melihat Bella segera mengenakan pakaiannya kembali sembari menangis. Tangannya bergetar hebat sampai-sampai memasang kancing kemeja saja terlihat sulit.

Sesungguhnya Aaron tak kuasa melihatnya. Akhirnya, ia memilih mengenakan pakaiannya kembali.

Bruk!

Aaron menyaksikan Bella terjatuh dari ranjang.

"Jangan sentuh aku!" teriak Bella disela tangisnya saat Aaron hendak membantunya untuk bangun. Napas Bella memburu. "Kenapa? Kenapa kau tega padaku! Apa salahku padamu?! Apa?!"

Pertanyaan Bella yang terkesan simpel, tetapi sungguh sulit untuk Aaron menjawab. "A-aku ... a-aku ...,"

"Kenapa tak bunuh saja aku?! Bukankah itu maumu?! Ayok, bunuh saja aku! Lebih baik aku mati!" Bella mengguncang lengan Aaron.

Aaron memijat keningnya. "Aku mohon, maafkanlah aku. Untuk menebus segala kesalahanku, kau boleh minta apa saja dariku! Uang, mobil, rumah, atau apa saja!"

Bella berusaha untuk bangun. "Aku tak butuh harta dari pria sepertimu! Dan aku tidak akan pernah memaafkan, sekalipun kau bersujud di kakiku!"

Bella menunjuk wajah Aaron. "Satu lagi, semoga hidupmu selalu dalam kesialan dan apa yang sudah kau perbuat terhadapku tidak akan membuatmu tenang!"

Deg!

Aaron tak mampu berkata. Tak menampik pula mendengar untaian kalimat itu membuat Aaron bergidik ngeri.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Suci Komala
Terima kasih banyak untuk semua yang udah baca dan dukung novel ini.
2024-07-16 17:43:22
0
user avatar
Suci Komala
Halo, Kak Ratna? Terima kasih sudah sudi membaca dan mendukung novel ini. Sehat selalu.
2024-04-09 00:13:25
0
user avatar
Suci Komala
Halo, Kak Hasnariah. Terima kasih sudah mampir ke novel ini dan Terima kasih juga atas dukungan/gems'y. Sehat selalu.
2024-03-29 08:25:02
0
124 Bab
Salah Target
"Bawa dia!""Hei, lepas! Kalian mau apa?!" Seorang wanita meronta karena dua orang pria berbadan besar menarik tangannya, memaksa masuk ke dalam mobil. "Turunkan aku!" teriaknya saat berada dalam mobil tersebut. Aaron Addison --seorang pengusaha sukses berusia tiga puluh delapan tahun itu tersenyum lebar saat mobil pengawalnya berhasil membawa targetnya. Ia pun mengikuti dari belakang sampai akhirnya tiba di mansion miliknya. Aaron melihat kedua pengawalnya mendorong sang wanita ke salah satu kamar yang memang sudah ia siapkan untuk eksekusi. Aaron menghampiri. Wanita itu tampak beringsut menghindar darinya. Aaron berjongkok meraih dagu si wanita sembari bertanya, "Siapa namamu?!""Be-Bella," jawabnya terbata. Aaron menepis dagu itu dengan kasar. "Nama yang bagus. Tapi, tak sebagus nasibmu karena bertemu denganku. Hahahahaha!"Lagi, Aaron berkata. Kali ini ia berbisik, "Aku pastikan kau mati perlahan di tanganku!"Aaron melihat wanita yang bernama Bella itu melotot. Sudah pasti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-23
Baca selengkapnya
Sial Karena Sumpah
Brak! "Ya, Tuhan!" seru Aaron, saat ia menyadari jika dirinya sudah menabrak mobil di depannya. Fokus Aaron benar-benar terpecah. Ya, hari-hari Aaron selalu dihantui rasa bersalah kepada Bella. Bahkan rentetan peristiwa itu selalu datang dalam ingatan kala ia sendiri. Seperti saat ini. Padahal, peristiwa itu sudah lebih dari satu tahun berlalu. Pun segala sumpah yang dilontarkan oleh Bella seakan-akan menjadi kenyataan. Hidup Aaron penuh dengan kesialan. Aaron menghela napas panjang dan segera melepas sabuk pengaman, saat seorang wanita mengetuk pintu mobilnya. Aaron pun ke luar."Ganti rugi!" pekik wanita itu. Aaron mengeluarkan dompet, lalu memberikan kartu nama. "Bawa ke bengkel. Lalu, berikan tagihannya nanti ke kantor!"Aaron melihat wanita itu tersenyum lebar ketika melihat kartu nama itu. "Baiklah, tampan! Dengan senang hati!" Wanita itu pun pergi setelah mengusap pipi Aaron. Aaron tersenyum sinis , lalu menghubungi Damian --asistennya. Tidak berselang lama, Damian data
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-23
Baca selengkapnya
Bertemu Lagi
Kota Valencia. Aaron dan Damian sudah tiba di lokasi. Kedatangannya disambut oleh para wartawan yang sudah menunggu kedatangannya. Bahkan rentetan pertanyaan sudah Aaron dapatkan ketika ia baru saja turun dari mobil. "Bagaimana ini bisa terjadi?""Apa Anda yakin semua bahan yang digunakan berkualitas bagus?""SAP Company menorehkan sejarah yang kelam, dong, ya, tahun ini?""Apa perusahaan akan menanggung semua biaya korban sampai sembuh?"Aaron mencoba untuk tenang, lalu menjawab, "Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Untuk masalah ini biar nanti pihak berwajib yang menyelidiki. Dan untuk para korban, tentu saja perusahaan akan bertanggungjawab sampai mereka sehat seperti se--""Mana penanggungjawab atas kejadian ini?! Dua jam ayahku terlantar di rumah sakit! Ayahku harus segera menjalani operasi, tapi pihak kalian tidak ada satupun di sana! Kami perlu biaya!"Suara seorang perempuan terdengar nyaring membuat perhatian Aaron dan para wartawan tercuri. Semua mendengar jelas a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-24
Baca selengkapnya
Mencari Kebenaran
Aaron tetap bergeming. Ia tidak peduli walaupun Bella bersikap acuh.Terdengar suara sepatu yang beradu dengan lantai yang kian mendekat.Aaron menoleh ke arah suara, memerhatikan. Di depan sana, tepat di hadapan Bella berdiri seorang wanita paruh baya dan laki-laki bertubuh tegap menggunakan masker dan topi sembari menggendong seorang bayi. "Bella, bagaimana ayahmu?" Terdengar kalimat itu di telinga Aaron. "Ayah masih menjalani operasi, Bu," jawab Bella. Aaron menyaksikan wanita paruh baya itu duduk di samping Bella dan bertanya perihal biaya operasi. Bella menunjuk Aaron, membuat yang ditunjuk beralih menatap wanita paruh baya itu. "Semua ditanggung olehnya, Bu," lanjut Bella. Wanita paruh baya bernama Belinda Agatha yang tak lain adalah ibu Bella tersenyum kepada Aaron. Aaron pun membalasnya. "Terima kasih. Entah bagaimana caranya kami membalasnya," ucap Belinda. "Sama-sama, Nyonya!" balas Aaron. "Ibu tidak usah berterimakasih kepadanya. Karena ini memang tanggungjawabnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-25
Baca selengkapnya
Menikahlah Denganku
Hari mulai malam, tetapi Bella belum juga menerima kabar tentang Julio. Sembari menimang Alessandro, perhatian Bella terbagi pada ponsel. Tok Tok Tok!Mendengar pintu diketuk, Bella bergegas membukanya. "Kau?!" Bella terbelalak karena yang datang bukan John atau Belinda, melainkan Aaron. Bella melongo karena Aaron nyelonong masuk. "Mau apa kau ke mari?!" tanya Bella dengan sorot mata tajam. Aaron tak memedulikan pertanyaan Bella. Ia membuka jasnya, lalu menyimpannya di kursi dan menggulung kemejanya sebatas siku. "Sini, Sayang, sama Papa," ucap Aaron sembari mengulurkan tangan ke arah Alessandro. Mata Bella membulat sempurna, kaget. "Kata si-siapa ini anakmu! Kau salah!" ujar Bella sembari menjauhkan Alessandro dari Aaron. Aaron tersenyum. "Alessandro Addison. Itu namanya, kan? Sama seperti namaku. Aaron Addison.""Cih! Memangnya hanya kau saja yang bernama Addison? Tidak!"Aaron duduk di sofa dengan santainya. "Kalau kita lakukan tes DNA, gimana?"Deg! Bella bergeming. Jantu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-27
Baca selengkapnya
Meminta Restu
Aaron kembali ke rumah sakit. Damian melapor jika operasi Julio berhasil dan sedang menunggu pria paruh baya itu siuman."Tuan, boleh kita bicara sebentar?" tanya John. Aaron mengangguk. "Katakan saja!"John mengajak Aaron duduk di kursi pojok. "Sebelumnya aku minta maaf, Tuan. Sedari siang Anda bicara sebetulnya ada satu yang mengganjal pikiran ini. Apalagi, Anda sampai meminta alamat rumah kami.""To the point saja!" kata Aaron cepat. John menghela napas. "Apa Anda yang sudah memperkosa kakakku?""Iya, betul!" jawab Aaron mantap. John menatap tajam ke arah Aaron. Yang ditatap hanya bisa berkata, "Semua ada alasannya!""Apa pun itu aku tidak menerimanya. Anda sudah keterlaluan! Selama ini kakakku menderita fisik, juga batin!"John berdiri. "Jangan mentang-mentang Anda orang kaya jadi bisa berbuat seenaknya!"John hendak melangkah, tetapi Aaron segera mencekal lengannya. "Tunggu! Aku mohon dengarkan dulu!""Saat ini aku benar-benar butuh bantuanmu," lanjut Aaron. Walaupun kesal,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya
Jatuh Cinta Atau Kena Serangan Jantung?
Hari berganti pagi. Pagi-pagi sekali Aaron bersemangat untuk pergi ke kediaman Bella. Ya, rupanya Aaron berhasil mendapatkan hati Belinda semalam. Aaron meyakinkan Belinda, bahwasanya ia akan menyayangi Bella serta Alessandro dengan sepenuh hati. Ia akan membayar semua kesalahannya. Pun Aaron meyakinkan jika Bella akan mendapatkan tempat terbaik di keluarganya. Jelas saja Aaron berkata demikian, karena Belinda takut jika kelurga besar Aaron tidak menerima Bella. Tidak hanya itu, hati Belinda tersentuh saat Aaron menceritakan kondisi Mitha. Aaron merasa yakin jika Mitha akan sembuh jika saja ada Bella dan Alessandro.Laptop sudah dalam genggaman. Aaron pun naik ke dalam mobil. "Damian? Bagaimana dengan bengkel?"Damian yang berada di belakang kemudi pun mengangkat ibu jari tangan kirinya. "Beres, Tuan. Lokasinya dekat ke arah pantai.""Bagus! Urus kepemilikannya segera. Tapi, bukan namaku. Melainkan John Hanan.""Siap laksanakan, Tuan!"Aaron melihat ke luar jendela. Entah mengapa ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-08
Baca selengkapnya
Kabar Gembira
Aaron akhirnya menghubungi Damian agar mengirimnya makanan siap saji untuk sarapan. Lima belas menit berselang pesanan datang. Aaron mengetuk pintu kamar Bella mengajaknya untuk sarapan. Akan tetapi, Bella tak kunjung membukakan pintu. Perut Aaron yang sudah keroncongan memilih untuk sarapan terlebih dahulu. Sarapan selesai. Setelah membereskan bekas makannya, Aaron menyimpan bagian Bella di meja makan, lalu duduk kembali menghadap laptop. Embusan napas kasar lolos begitu saja dari mulut Aaron. Ia melihat ke arah kamar. Tidak ada tanda-tanda Bella ke luar. Aaron bergegas membereskan pekerjaannya agar segera pulang. Dengan demikian Bella akan ke luar kamar untuk makan. "Haaahh, akhirnya selesai!" ucap Aaron seraya menutup laptop. Aaron beranjak. Ia menghampiri kamar Bella. Tok tok tok! Diketuknya pintu kamar Bella. "Bella, aku akan pulang. Jadi, tolong makanlah! Kasian Ale kalau kau tidak makan. Kau juga jangan sampai sakit!" ucap Aaron setengah berteriak. "Aku pamit, ya? Cium
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya
Bella -- Egois
Di Kota Valencia. Setelah kepergian Aaron, Bella sarapan. Mau tidak mau, Bella memakan menu yang sudah Aaron siapkan. Sayang kalau dibuang, pikirnya. Masakan yang tadi belum selesai pun ia lanjutkan dan akan dibawanya ke rumah sakit. Urusan perut dan dapur sudah selesai. Saatnya bersiap ke rumah sakit. "Tampan sekali anak Mama. Kita ke rumah sakit, ya? Kita liat kakek," ucap Bella sembari membuka pintu. "Ya, Tuhan! Siapa kalian?!" Bella terhenyak saat melihat beberapa orang berbaju hitam serta seorang perempuan berbaju layaknya seorang perawat berdiri berjajar di depan pintu. "Maaf, kalau kami sudah membuat Nona kaget," ucap Damian. "Saya baru saja mau mengetuk pintu," lanjut Damian. Damian memperkenalkan diri serta lainnya. Damian mengatakan jika ada satu orang Baby Sitter, satu orang sopir dan tiga orang pengawal yang siap menjaga Bella. Bella melongo. "Ya, Tuhan! Tidak perlu! Aku tidak membutuhkan mereka!""Tapi, ini perintah Tuan Aaron, Nona," kata Damian. "Bilang sama tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-13
Baca selengkapnya
Rencana Aaron
Di kota Birmingham.Hari merangkak malam. Angin dingin berembus yang kencang menyapa wajah Aaron yang tengah meneguk secangkir teh panas di balik jendela yang ia buka lebar. Sesekali Aaron melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Pun sesekali menoleh ke arah pintu. Ya, rupanya Aaron sedang menunggu kedatangan Kevin di kantor. "Sorry, gue telat!" ucap Kevin. Aaron menoleh, lalu tersenyum sarkas. "Tidak masalah!""Kalau begitu, langsung saja. Kabar apa yang bakal gue dengar kali ini?!" Kevin duduk bersandar dengan kedua tangan yang ia rentangkan pada sandaran sofa. Aaron menghampiri. "Ada dua kabar gembira yang harus kau dengar."Kevin mengibaskan tangannya. "Ellaaah, sejak kapan lu bertele-tele? Langsung saja!"Aaron turut duduk. "Apa yang kau ucapkan tempo hari ternyata benar. Bella hamil dan sekarang usia putraku sudah enam bulan."Kevin menepuk tangannya. "Nah, kan! Hahahaa .... Lalu, nikah, dong?" Kev
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-14
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status