All Chapters of Ketika Pewaris Jatuh Cinta: Chapter 21 - Chapter 30
227 Chapters
[20] Abis Thinkingnya Vero
Jerman?! Memang dipikir Negara Om Hitler itu deket apa sekali langkah langsung sampai. Astaga! Stefany benar-benar tak habis pikir dengan isi otak Vero. Sayang saja pria itu suaminya. Jika bukan.. Beuh! Ingin rasanya Stefany kuliti hingga ke tulang-tulangnya. Bukan Vero namanya kalau nggak buat kehebohan. Setelah sore tadi merengek minta dibelikan ijazah, kali Vero menggegerkan meja makan dengan permintaan lain yang tak masuk akal. Stefany heran bagaimana bisa mommy dan daddy mertuanya tahan memiliki anak seperti Vero. Ia saja ingin tukar tambah secepatnya.“Pokoknya sejam lagi Abang mau terbang ke Jerman..” ujar Vero dengan suara tegasnya. Ia tidak mau dilarang. Misinya untuk menemui Oma Justine harus segera terpenuhi demi masa depannya.“Makan Vero!” Peringat Mellia sudah hilang kesabaran. Terkadang Vero memang akan menguji kewarasan. Beruntung Mellia selalu memiliki stok lebih untuk menghadapi tingk
Read more
[21] Vero Bucin Labil
“Napa sih lo Just?!” Asli Vero nggak habis thinking beneran. Justine tiba-tiba aja dateng ke rumah mewahnya tanpa diundang. Vero yang tadinya pengen banget bobok cantik meluk Stefany jadi terpaksa turun demi menemui pengganti Si Axel- Duo Sambel Ulegnya. “Puyeng pala gue! Si Cla bawaannya emosi mulu.” “Yeee.. Wajar keleus!” nyinyir Vero. Namanya juga istri baru lahiran, pasti sensitif-lah! Stefany yang hamil aja udah bikin darah tinggi kumat apalagi Si Clara. “Berantem lagi lo?!” “Kagak! Cuman disuruh minggat aja gue, bentaran. Katanya Clara eneg liat muka ganteng gue.” Hoek!! Vero langsung berlagak muntah. Tingkat narsis Pangeran Darmawan yang terbuang emang nggak ada lawan. Vero kayaknya harus kirim kaca sepabrik buat nyadarin mantan calon adik iparnya yang satu ini. “Ver.. Kita bobok bertiga-lah! Biar gue nggak kesepian..” Plak!! Pukulan maut Vero layangkan ke kepala Justine. “Jangan ngadi-ngadi ya lo Maemunah! Lo pikir apaan bobok bertiga. Mau jadi Perebut Bini
Read more
[22] Tanda-Tanda Ada Pebinor
Bola mata Vero bergerak awas. Ia menggenggam jemari Stefany erat, seolah-olah takut istrinya dicuri. Kan nggak lucu kalau ada daun muda tukang colong bini orang. Mana didepan mata lagi. Ah! Vero nggak like kalau beneran kejadian. Pengen Vero mutilasi aja itu ntar tersangkanya. “Ver apa sih! Lepasin ah!” Kepala Vero menggeleng cepat, “nggak mau! Nanti kamu kabur!” ujar Vero bebal. Ia tak peduli jika mereka menjadi tontonan seluruh manusia Maesaty. Sah-sah aja kok. Yang penting nggak berbuat asusila dan mencoreng nama baik kampus. “Aku berasa kayak tukang pijit Ver..” geram Stefany. “Kan kan emang.. Punya aku tapi!” kekeh Vero geli. Ia membayangkan setiap malam Stefany akan menjadi pemijat plus-plus miliknya. "Pelanggan setia kamu ini aku, Stef. Hehehe…" matanya mengerjap berulang kali seperti orang terjangkit virus cacingan. Woah sekata-kata.. Tak terima, Stefany langsung mendaratkan pukulan maut. “Ngarang banget ya kamu!” amuknya membuat Vero terkekeh. Ia jadi gemas dengan re
Read more
[23] Stefany Ngambek
Ke Jakardah beli Tolak Angin.. Males, ah! Gue dikacangin. Sial! Vero merasa nasibnya selalu apes. Status saja sudah berubah, naik tingkat ke paling atas. Kondisi mah tetep aja kayak nggak dianggap. "Kau jadikan aku… suami bayangan…" nyanyi Vero sembari menghentak-hentakan kakinya ke atas lantai. "Stef.. Teganya-teganyaaaaa…." Ia memang mengetahui banyak sekali genre musik. Pop, jazz, dangdut sampai keroncong pun Vero pernah dengar. Lagu-lagu nyeleneh seperti tali ku*tang mudah sekali Vero hafalkan di dalam otaknya. "Diem ya Vero.. Aku lagi rapat buat serah jabatan nanti. Jangan sampai kamu aku gampar bolak-balik!" Vero bergidik. Kedua tangannya terangkat ke udara- sebagai tanda bahwa dia telah menyerah. Ngeri juga kalau sampai Stefany nekat mau durhaka. Bukan hanya istrinya yang masuk neraka, tapi ia juga. Secara nggak bisa membimbing Stefany ke jalan yang benar. Ih nggak like Vero.. Kan mau happy-happy sama tujuh bidadari- sungutnya dalam hati. Vero mengambil tempat di sam
Read more
[24] Mode Seriusnya Pangeran Husodo
Vero melihat kanan dan kiri. Seperti Dora the Explorer, Vero tampaknya butuh Booths dan juga peta untuk menemukan sang istri. "Jadi kemana kita selanjutnya?!" Ujar Vero bermonolog. "Katakan peta.." Anjir gue kayak orang gila!- batinnya mengomentari aksinya sendiri. Vero membuka ruang rapat Stefany, tapi wanita yang teramat ia cintai itu tidak duduk rapi di singgasananya. "Ada yang tahu bini gue kemana?!" Heran Vero. Licin sekali perasaan seperti belut. "Cari lo tadi katanya.." Kenapa jadi mirip film India. Vero nggak habis thinking. Masa dia perlu sewa detektif hanya untuk mencari Stefany yang hilang di kampus sih.. Apa kata dunia nanti. "Telepon aja.. Bawa HP dia.." Wey.. Kenawhy gue nggak kepikiran, Combro!, "Thanks sarannya. Gue dukung lo kalau mau naek. Tenang! Promo sama konsumsi gue yang tanggung pas kampanye.." ujar Vero menyejukan hati sosok yang baru saja memberikan saran padanya. Alvero Husodo memang terkenal sangat royal. Tentu tidak pada semua manusia
Read more
[25] Kalau Gue Cerai Aja Gimana, Just?
“Mau kemana lo Ver?” tanya Justine. “Balik!” jawab Vero ketus sambil merogoh saku celananya. Ada yang aneh.. Vero seakan tak menemukan kotak persegi panjang ajaib yang biasa ia gunakan untuk membuka pintu mobil. Kantong celananya kosong. Tubuhnya juga ringan. “Just gue ngampus bawa tas kagak sih?” jujur saja, Vero lupa. Tangannya menggapai-gapai bagian belakang. Kosong.. “Mana gue tahu, Vero!” hardik Justine. Dipikir dirinya ini babysitter Vero yang menyiapkan keperluan anak itu dari pagi sampai malam. “Emang lo pernah bawa ya?” selidik Justine. “Gue mahasiswa rajin, Egeb!” Dusta! Banyaknya tingkat semester yang mereka ambil sudah menjadi bukti yang tidak bisa diganggu gugat keberadaannya. Namanya juga penggagas hina dina, jadi maklum saja kalau Vero sedikit halu. “Oh My GOD!” jerit Vero, keras. Suaranya bahkan sampai membuat seluruh anak yang berlalu lalang melihat dirinya dan Justine. “Ada di ruang rapat bini gue, Tin-Tin! Ah Jas-Just! Gue nggak berani!” rengek Vero. Justine
Read more
[26] The Justine Teguh
"Emang lo bisa hidup tanpa Stefany?!" Vero menatap Justine. Perasaan ragu menyelimuti dirinya pemuda itu. Pertanyaannya, apa ia bisa?! - Vero tak yakin mampu.Usia pernikahan mereka memang baru seumur jagung. Vero akui itu. Kebersamaan dengan Stefany pun berlangsung sangat singkat. Tapi tidak dengan perasaannya..Sudah lama Vero memendam hati. Mengagumi Stefany tanpa alasan, pasti. Diam-diam mengamati gadis pujaan hatinya. Jantungnya berdetak cepat setiap kali harus berdekatan dengan Stefany. Semua yang ada dalam diri wanita itu, Vero menyukainya- termasuk sikap kasarnya.Dulu Stefany belum menjadi wanita tulen. Ia-lah yang mendapat kesempatan emas tersebut. Tapi semakin kesini, nyatanya semua terasa melelahkan."Jangan mutusin sesuatu disaat hati lo panas, Ver," tadinya Justine ingin menjadi setan, menyesatkan Vero agar salah langkah. Namun Justine tak tega. Ia tahu rasanya hilang arah. Ditinggalkan sosok yang dibutuhka
Read more
[27] Curcol Sama Saingan
“Sembarangan!” Stefany melayangkan tabokan maut sampai-sampai tubuh Juniornya terhuyung. “Udah gue kejar dulu. Suka aneh emang itu bocah!” ujar Stefany. Kabar menikahnya Vero dan Stefany memang telah menyebar ke seantero penjuru universitas. Banyak gadis menyayangkan pilihan Vero meski Stefany termasuk dalam kategori bukan sosok sembarangan. Gelarnya sebagai Ketua BEM tentu menjadi bahan pertimbangan untuk tidak melakukan bulian. Sebagian orang masih mencoba menahan diri mereka. Stefany dinilai tetap tidak layak mendampingi sang pangeran. “Stef... Woi.. Sini dulu,” panggil Justine sembari melambai-lambaikan tangan. “Bayarin ini tolong. Laki lo tadi yang beliin, malah kabur dia..” melas Justine baru teringat jika ia tidak memiliki uang untuk membayar soto mereka. “Dih.. Miskin lo Justine!” Mata Justine membulat. Stefany memang kasar- Justine tahu sendiri itu, tapi wanita yang dihamili oleh sahabatnya tak pernah berperilaku tak sopan padanya. ‘Baru nikah aja kelakuan Vero uda
Read more
[28] Pengkhianat!
“Ciee punya temen baru sekarang..” Ledek Stefany. Ia melirik Vero, memasang tampang menghina karena selama ini Vero selalu cemburu tidak beralasan, menargetkan Mischa sebagai objek kekesalannya. Stefany cukup terkejut. Suami dan mantan kekasihnya mengobrol layaknya kerabat lama, saling bertukar informasi. Yah walaupun sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai wawancara, karena bersumberkan satu pihak saja. Sayangnya, apa yang mereka bahas sungguh tidak penting menurut Stefany. “Sabi ya Ver, kalau kita nongkrong bertiga nanti.” Pancing Stefany, “kan udah temenan.” Alisnya bergerak naik turun, menggoda Vero. Stefany tahu benar bagaimana perangai anak itu. Vero pasti berkilah. “Nga-awur!” Vero gelagapan. Tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan. Vero tampak tak tenang, meski tangannya tetap setia bertengger di atas roda kemudi. “Siapa juga yang sohiban sama Mischa. Ngarang! Dia mantan kamu!” ketus Vero. Nggak like banget rasanya denger, kalau dia dicomblang-comblangin sama masa l
Read more
[29] Terjadi Kecelakaan Tunggal
Bruk!! Stefany terduduk di sofa belakangnya, sedang mertuanya yang cantik terjatuh di atas karpet setelah bergerak slow motion untuk mengais rokok. “Aaak Mommy!” jerit Vero super alay. Pria itu berlari menuju tempat kejadian perkara. Melakukan cek dan ricek kondisi madam, “for goodness sake, Mom! Patah tulang nggak?!” Ia mencoba mengangkat tangan mamanya. “Vero! Abang!” pekik Mellia kesakitan, “jangan cengkiwing, Mommy. Sakit!” hardiknya membuat Vero kembali melepaskan cekalan tangannya tanpa pikir panjang. “Anak durhaka!” “I’m shocked!” lirih Vero sembari menatap Stefany, “what is ceng.. Apa tadi?!” tanya Vero. Wajah menyebalkannya semakin mengundang orang lain untuk melayangkan pukulan maut. “Keteng-keteng,” sahut Stefany menjelaskan arti kata yang Vero tak mengerti maksudnya. Entah darimana ibu mertuanya mengetahui salah satu bahasa yang biasa digunakan orang jawa itu, ia juga sama kagetnya seperti Vero. “Owh!” reaksi yang sungguh di luar dugaan. “Vero nggak like, but it’s
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status