Semua Bab Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Bab 161 - Bab 170
213 Bab
Tak Mau Mengulang Kesalahan
“Iya, Bu. Besok Ibu telepon saja kalau pesawatnya udah landing biar aku jemput,” ucap Emran.Hampir seminggu Kalina dirawat di rumah sakit dan kemarin dia baru saja pulang. Untuk sementara Kalina masih tinggal di apartemen Emran. Sepertinya Emran yang harus mengalah hengkang dari sana apalagi tadi Nyonya Sari telepon kalau akan datang mengantar Alif pulang besok.“Mas, siapa yang menelepon?” tanya Widuri.Mereka masih berada di kamar kali ini dan bersiap untuk beraktivitas.“Ibu, katanya besok mau ke sini sekalian antar Alif.” Widuri hanya manggut-manggut sambil sibuk merapikan hijabnya di depan cermin.Emran mendekat berdiri di belakang dan langsung memeluknya. Kemudian dia sudah mengendus tengkuk Widuri yang tertutup hijab seperti biasanya. Widuri hanya mengulum senyum sambil bergidik geli mendapat perlakuan suaminya.“Sayang ... kalau di rumah cuman kita berdua mending gak usah pake hijab, deh. Ap
Baca selengkapnya
Firasat Ibu
“Kamu siapa? Kenapa ada di sini?” tanya salah satu sosok itu yang tak lain Nyonya Sari.Ternyata yang datang ke apartemen Emran kali ini adalah Nyonya Sari dan Tuan Sastro bersama Alif yang berdiri di belakang mereka. Kalina terdiam dan tampak bingung. Dia baru pertama kali ini bertemu dengan kedua orang tua Emran. Dengan Alif, meski sudah pernah bertemu, tapi sepertinya Kalina lupa. Apalagi Alif berdiri di belakang Tuan Sastro dan Nyonya Sari serta tampak mengantuk.“Eng ... saya ... saya Kalina, Bu.” Kalina sudah bersuara.Nyonya Sari terdiam sambil memicingkan matanya melihat ke arah Kalina. Wanita paruh baya itu menatap Kalina dari atas sampai bawah seakan sedang memindainya. Sepertinya Nyonya Sari merasa tidak asing dengan wajah dan visual Kalina. Kalina memang sangat mirip dengan Mawar. Tuan Sastro yang berdiri di sebelah Nyonya Sari hanya diam mengawasi.“Saya gak tanya nama kamu. Kamu ada hubungan apa dengan Emran? Ke
Baca selengkapnya
Kalina Berulah
“Ibu jangan ngomong aneh-aneh, deh. Aku gak bakal mengulangi kesalahanku lagi,” ujar Emran.Nyonya Sari tersenyum sambil menepuk bahu putra kesayangannya ini.“Syukurlah kalau begitu. Jangan sampai kamu membuat menantu Ibu menangis lagi. Kalau tidak, Ibu cabut semua harta warisanmu, Emran!!”Emran hanya mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya dia sama sekali tidak masalah jika kehilangan harta warisan. Namun, dia akan menyesal seumur hidup jika kembali membuat Widuri kecewa apalagi kalau sampai menyakitinya lagi.Sebulan setelah itu, Emran dan Widuri sudah pindah rumah. Meski proses renovasi belum selesai seratus persen. Namun, Emran sudah memutuskan ingin cepat pindah. Dia tidak mau terlalu lama tinggal seatap dengan Kalina.Hari itu seluruh keluarga besar berkumpul di rumah baru Emran dan Widuri. Mereka juga mengundang beberapa rekan kerja termasuk Dandy. Kali ini Dandy tidak datang seorang diri, ada Nilam yang menemaninya
Baca selengkapnya
Kegilaan Kalina
“GAK!! Aku gak mau!!” seru Emran. Widuri hanya diam. Mata bulatnya berulang mengerjap menatap Emran dengan seksama. Tidak biasanya Emran bereaksi seperti ini. Dulu dia selalu suka menolong dan sangat perhatian pada orang yang kesusahan. Mengapa sekarang berubah? “Aku beli rumah sengaja supaya pindah dari apartemen dan gak satu atap dengannya. Kenapa kamu malah ingin dia tinggal di rumah kita?” Emran menambahkan. Widuri menghela napas panjang dan tersenyum. “Aku hanya kasihan saja, Mas. Takut kejadian ini terulang lagi. Bukannya kata dokter tadi harus ada yang jaga dia selama 24 jam.” “Bukannya sudah ada Siti. Aku rasa dia bisa menjaga Kalina 24 jam. Toh, mereka hanya tinggal berdua. Tidak ada yang perlu dikerjakan lagi di sana.” Widuri terdiam dan membenarkan ucapan Emran. Widuri tidak tahu mengapa sifat Emran berubah. Dulu Widuri pikir, Emran akan sepenuhnya menol
Baca selengkapnya
Pagar Makan Tanaman
“WIDURI!!” seru Emran.Ia gegas mendorong tubuh Kalina dan mengurai kecupan mereka. Widuri hanya diam, menatap Emran dengan penuh selidik. Sementara Kalina hanya diam sambil menundukkan kepala.Emran menghela napas panjang, kemudian langsung membalikkan badan dan menarik tangan Widuri.“Ayo, kita pulang!!”Widuri terkejut, tapi dia tidak menolak. Widuri mengekor langkah Emran keluar dari kamar rawat inap Kalina. Mereka sama-sama terdiam sepanjang perjalanan menuju parkiran. Sebenarnya Widuri melihat apa yang dilakukan Emran dan Kalina tadi. Namun, dia sengaja tidak bertanya. Dia ingin Emran yang menjelaskan kejadian tadi.Sampai di dalam mobil. Emran tidak menyalakan mobilnya malah melihat ke arah Widuri. Widuri hanya diam dan balas menatapnya. Helaan napas panjang keluar masuk dengan tergesa dari bibir Emran. Sesekali dia mengacak rambutnya dan Widuri tahu kalau sudah bereaksi seperti itu pasti Emran sedang gugup.&l
Baca selengkapnya
Serangan Wanita Gila
“Apa!!??” tanya Widuri.Dia sangat shock saat Kalina berbicara seperti itu. Widuri sudah menduga kalau Kalina memang bukan wanita biasa. Dari awal bertemu saat Kalina mengungkapkan perasaannya terhadap Emran saja, Widuri sudah berprasangka buruk padanya. Ditambah ucapannya tadi.“Aku rasa Mbak Widuri mendengar ucapanku. Ini semua aku lakukan sebagai bentuk baktiku pada almarhum suamiku, Abang Hasan. Mbak jangan salah sangka.”Widuri berdecak sambil menggelengkan kepala.“Jangan mengatasnamakan orang yang sudah meninggal hanya untuk mewujudkan ambisimu, Kalina. Aku rasa kamu sudah tahu jawabannya dari Mas Emran. Jadi berhenti bermimpi!!”Kalina langsung terdiam. Sorot matanya menunjukkan penuh kebencian ke arah Widuri dan Widuri mengabaikannya kali ini. Sebelumnya dokter sudah memberi tahu kalau Kalina mengalami depresi berat. Apa yang dia katakan dan lakukan bisa jadi di luar nalar orang awam dan Widuri diminta u
Baca selengkapnya
Cukup Percaya Padaku Saja
“JANGAN KURANG AJAR KAMU!!! CEPAT BURUAN KELUAR!!” seru Emran.Wajah pria tampan itu sudah merah karena amarah belum lagi mata elangnya terlihat berkilatan tajam. Rahangnya menegang dengan gigi-gigi yang saling beradu mencipta bunyi gemelatuk. Namun, Kalina hanya tertawa mendengar ucapannya.“Kalau aku gak mau bagaimana, Mas?” ucap Kalina.Emran mengabaikannya dan gegas berjalan menuju pintu. Namun, pintunya terkunci dan dia tidak melihat kuncinya menempel. Emran menoleh ke arah Kalina dan melihat wanita cantik itu sedang menunjukkan kunci yang ia cari.“Mas Emran cari ini?” Kalina menunjukkan kunci sambil tersenyum penuh muslihat ke arah Emran.Emran hanya diam di posisinya sambil menatap tajam. Tubuhnya naik turun sibuk mengolah udara sambil menahan emosi yang memenuhi dadanya.“Apa maumu, Kalina?” Emran bersuara. Kalina tersenyum, akhirnya pria tampan ini mau bertanya tentang keinginannya.
Baca selengkapnya
Kalina Pergi
“Jadi kamu putuskan membawanya ke rumah sakit jiwa besok?” tanya Widuri.Malam itu Emran menceritakan semua kejadian yang ia alami saat di apartemen tadi. Hingga akhirnya Emran mengambil keputusan untuk membawa Kalina ke rumah sakit jiwa besok.“Iya, Sayang. Aku rasa itu lebih baik.”Widuri hanya diam sambil menatap Emran dengan sendu. Emran membalasnya sambil memeluk Widuri dan mengecup keningnya.“Terlepas semua yang dilakukannya padaku karena depresi berat atau karena sengaja. Cepat lambat dokter pasti bisa menanganinya. Aku rasa itu yang terbaik.”Widuri mengangguk sambil menarik napas panjang.“Iya, Mas. Aku setuju dengan keputusanmu. Kita tidak bisa terus menerus menjaga dan merawatnya. Kalau di rumah sakit, pasti dia lebih cepat sembuh. Lalu, apa kamu sudah menelepon dokter yang menanganinya?’Emran kini yang mengangguk dengan mantap. “Iya, sudah. Beliau sudah memberi surat
Baca selengkapnya
Sebuah Rahasia
[Hai, Honey. Masih ingat aku?]Dandy terpaku di kursi sambil menatap layar ponsel. Ia sama sekali tidak mengenal nomor di ponselnya. Namun, panggilan ‘honey’ itu dia sangat tahu siapa yang memanggilnya seperti itu. Tanpa diminta helaan napas memburu menyesakkan dadanya.Dandy buru-buru mendelete pesan dan memblokir nomornya kemudian sudah beralih melakukan panggilan ke Nilam. Cukup lama dia menunggu hingga akhirnya terdengar suara Nilam di seberang sana.[“Assalamualaikum. Ada apa, Mas?”] suara lembut Nilam terdengar menari di telinga Dandy. Dandy tersenyum sambil sibuk membayangkan wanita yang hampir dua bulan menjadi tunangannya.“Waalaikumsalam. Kamu sedang apa, Nilam?”[“Biasa, Mas. Bantuin Ibu jaga toko.”]Memang usai lulus kuliah Nilam belum bekerja. Kedua orang tuanya mempunyai beberapa toko kelontong yang tersebar di sejumlah pasar di kota tempatnya tinggal. Bahkan keluarga Nilam sudah
Baca selengkapnya
Yang Bahagia dan Yang Melupakan
“Hamil? Kamu hamil, Sayang?” tanya Emran mengulang ucapan Widuri. Widuri tersenyum dan menganggukkan kepala. Emran membalas tersenyum kemudian menarik Widuri semakin erat dalam pelukannya. Tak lupa beribu kecupan mendarat di wajah Widuri. Widuri tidak menyangka akan mendapat reaksi yang antusias seperti ini dari Emran. Emran terus tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca bahkan ada buliran bening di sudut matanya. Widuri gegas mengulurkan tangan hendak menyeka air matanya. “Kok nangis, Mas? Kamu gak senang?” Emran menggeleng sambil menyeka air matanya. “Aku senang, Sayang. Senang banget. Aku sudah melewatkan saat ini beberapa tahun lalu dan sekarang benar-benar membuat aku terharu.” Widuri hanya diam sambil tertegun menatap suami gantengnya. Tatapan Emran kemudian tertuju ke perut Widuri dan mengelus lembut dengan tangannya. Widuri tersentuh dengan perlakuan Emran. Mungkin jika saat itu dia berkata jujur pasti Emran juga akan sebahagia ini. Kini saatnya Widuri akan menebus semua ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
22
DMCA.com Protection Status