“Jadi kamu putuskan membawanya ke rumah sakit jiwa besok?” tanya Widuri.
Malam itu Emran menceritakan semua kejadian yang ia alami saat di apartemen tadi. Hingga akhirnya Emran mengambil keputusan untuk membawa Kalina ke rumah sakit jiwa besok.
“Iya, Sayang. Aku rasa itu lebih baik.”
Widuri hanya diam sambil menatap Emran dengan sendu. Emran membalasnya sambil memeluk Widuri dan mengecup keningnya.
“Terlepas semua yang dilakukannya padaku karena depresi berat atau karena sengaja. Cepat lambat dokter pasti bisa menanganinya. Aku rasa itu yang terbaik.”
Widuri mengangguk sambil menarik napas panjang.
“Iya, Mas. Aku setuju dengan keputusanmu. Kita tidak bisa terus menerus menjaga dan merawatnya. Kalau di rumah sakit, pasti dia lebih cepat sembuh. Lalu, apa kamu sudah menelepon dokter yang menanganinya?’
Emran kini yang mengangguk dengan mantap. “Iya, sudah. Beliau sudah memberi surat
[Hai, Honey. Masih ingat aku?]Dandy terpaku di kursi sambil menatap layar ponsel. Ia sama sekali tidak mengenal nomor di ponselnya. Namun, panggilan ‘honey’ itu dia sangat tahu siapa yang memanggilnya seperti itu. Tanpa diminta helaan napas memburu menyesakkan dadanya.Dandy buru-buru mendelete pesan dan memblokir nomornya kemudian sudah beralih melakukan panggilan ke Nilam. Cukup lama dia menunggu hingga akhirnya terdengar suara Nilam di seberang sana.[“Assalamualaikum. Ada apa, Mas?”] suara lembut Nilam terdengar menari di telinga Dandy. Dandy tersenyum sambil sibuk membayangkan wanita yang hampir dua bulan menjadi tunangannya.“Waalaikumsalam. Kamu sedang apa, Nilam?”[“Biasa, Mas. Bantuin Ibu jaga toko.”]Memang usai lulus kuliah Nilam belum bekerja. Kedua orang tuanya mempunyai beberapa toko kelontong yang tersebar di sejumlah pasar di kota tempatnya tinggal. Bahkan keluarga Nilam sudah
“Hamil? Kamu hamil, Sayang?” tanya Emran mengulang ucapan Widuri. Widuri tersenyum dan menganggukkan kepala. Emran membalas tersenyum kemudian menarik Widuri semakin erat dalam pelukannya. Tak lupa beribu kecupan mendarat di wajah Widuri. Widuri tidak menyangka akan mendapat reaksi yang antusias seperti ini dari Emran. Emran terus tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca bahkan ada buliran bening di sudut matanya. Widuri gegas mengulurkan tangan hendak menyeka air matanya. “Kok nangis, Mas? Kamu gak senang?” Emran menggeleng sambil menyeka air matanya. “Aku senang, Sayang. Senang banget. Aku sudah melewatkan saat ini beberapa tahun lalu dan sekarang benar-benar membuat aku terharu.” Widuri hanya diam sambil tertegun menatap suami gantengnya. Tatapan Emran kemudian tertuju ke perut Widuri dan mengelus lembut dengan tangannya. Widuri tersentuh dengan perlakuan Emran. Mungkin jika saat itu dia berkata jujur pasti Emran juga akan sebahagia ini. Kini saatnya Widuri akan menebus semua ma
“Saya terima nikah dan kawinnya Nilamsari binti Rudy Santoso dengan mas kawin tersebut di atas dibayar tunai,” ucap Dandy dengan lantang.Hari ini adalah hari pernikahan Dandy dengan Nilam. Wajah Dandy yang manis berseri-seri penuh kegembiraan usai mengucapkan kalimat ijab kabul itu. Selang beberapa saat Nilam keluar dengan baju pengantin berwarna putih. Wajah penuh kebahagiaan juga terpancar dari wanita manis itu.Mereka melakukan prosesi sakral dengan penuh khidmat. Widuri dan Emran yang ikut hadir di sana tersenyum bahagia melihat mereka. Widuri lega akhirnya Dandy menemukan pendamping hidup. Meski Dandy awalnya terpaksa menerima perjodohan itu. Namun, kini keduanya terlihat bahagia.“Selamat ya, semoga kalian cepat diberi momongan dan nyusul aku,” ucap Emran.Ia berkata seperti itu sambil mengelus perut Widuri yang berdiri di sebelahnya. Dandy sontak terperangah kaget melihatnya.“Jadi kamu hamil lagi, Widuri?&rdqu
[Happy wedding, Honey. Jadi, kamu sudah benar-benar melupakanku sekarang?]Dandy membisu. Mata Dandy yang tadinya masih mengantuk kini sudah terbuka lebar dan menatap tanpa suara ke layar ponsel. Lagi-lagi ia melihat nomor baru yang tidak dia kenal. Namun, panggilan ‘honey’ di pesan itu Dandy sangat ingat siapa yang memakainya.“Kamu sudah bangun, Mas ... .” Suara manja Nilam mengejutkan lamunan Dandy.Dandy buru-buru mendelete pesan itu dan gegas meletakkan ponselnya ke nakas. Dandy melihat ke arah Nilam dan tersenyum. Tampang Nilam sangat berantakan kali ini. Rambutnya tampak kusut, bibirnya juga terlihat sedikit bengkak akibat ulah liar Dandy. Belum lagi banyaknya tanda kepemilikan yang menyebar di leher dan dadanya.“Kamu mau bangun?” tanya Dandy dengan lembut.Nilam hanya mengangguk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Dandy mengulum senyum melihat ulah Nilam. Istri lugunya ini memang m
“KALINA???!! Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Emran.Dia sangat terkejut saat melihat wanita yang berdiri di sampingnya. Wanita cantik itu memang Kalina, tapi kali ini penampilan Kalina sangat berbeda. Dia terlihat anggun dan rapi dalam balutan busana kerja. Memang Kalina memiliki tubuh yang indah sama seperti Mawar dan tentu saja gestur tubuhnya sangat menggoda kali ini. Sama sekali tidak menunjukkan kalau dia mengalami depresi seperti dulu.Kalina tersenyum, menyibakkan rambut kemudian menarik kursi dan duduk di sebelah Emran. Emran hanya diam sambil mengamatinya. Sesekali Emran melirik jam di tangannya seakan sedang menunggu sesuatu.“Lebih baik kamu pergi dari sini, Kalina. Aku sedang menunggu seseorang,” pinta Emran.Kalina malah tersenyum lebar dan meletakkan sebuah map berisi berkas ke atas meja. Emran melirik sekilas map tersebut. Ia tidak tahu apa isinya yang pasti banyak berkas tersimpan di dalamnya.“Ap
“IBU!! Kok maen nyelonong aja, sih!!” dumel Dandy.Ia buru-buru melepaskan pelukannya dan berjalan menghampiri Bu Ami. Bu Ami hanya tersenyum sambil melirik Nilam yang terdiam menunduk. Bu Ami dan Pak Ridwan memang sengaja datang untuk membantu Dandy pindahan. Sepertinya mereka juga sengaja tidak memberitahu Dandy sebelumnya.“Ibu sudah mengetuk pintu. Kamu saja yang gak dengar keasyikan berduaan.” Bu Ami kembali nyerocos. Dandy hanya diam, pura-pura tidak mendengar dan berjalan melewati ibunya keluar kamar. Wajah Dandy ikut merah padam karena malu dengan seloroh ibunya.Bu Ami mengulum senyum melihat reaksi putra sulungnya. Awalnya Dandy memang menolak perjodohan ini, tapi pada akhirnya dia mengalah dan malah jatuh cinta pada istrinya. Tentu saja Bu Ami senang melihatnya. Dengan begitu keinginannya segera mendapatkan momongan cepat terwujud.“Apa perlu Ibu bantu, Nilam?” Kini Bu Ami menghampiri Nilam. Nilam tersenyum d
“Pesan dari siapa? Kok langsung tegang gitu,” seloroh Emran.Dandy tersenyum ke arah Emran kemudian gegas memasukkan ponselnya ke saku celana. Ia berharap Emran tidak melihat isi pesan yang baru ia baca tadi.“Biasa dari teman, sukanya godain aku.”Emran hanya manggut-manggut mendengarnya kemudian kembali mencondongkan tubuhnya ke Dandy dan berbisik di telinganya.“Teman cowok atau cewek? Hati-hati awalnya curhat antar teman nanti jadi nyaman bisa berabe.”Sontak Dandy menoleh ke arah Emran dengan kedua alis yang mengernyit. Emran langsung tersenyum melihat reaksinya.“Anggap saja ini nasehat dari orang yang pernah gagal. Sebisa mungkin kamu harus jujur sama istrimu. Itu yang aku terapkan dengan Widuri saat ini.”Dandy tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Sejak kapan kamu ahli profesi jadi penasehat pernikahan, Emran?”Emran langsung cemberut sambil memajukan bibirn
“Mas, kamu kenapa?” tanya Nilam.Ia langsung nyelonong masuk kamar dan melihat Dandy sedang berdiri di wastafel membersihkan luka di tangannya. Nilam menarik napas panjang berjalan mendekat sambil mengambil kotak P3K di lemari vanities.Dandy hanya diam saat Nilam sudah membersihkan dan mengobati lukanya. Pria manis itu hanya diam sambil mengamati wajah istrinya yang menunduk. Dilihat dari jarak sedekat ini Nilam memang sangat manis. Wajahnya seakan tidak bosan dipandang dan Dandy makin hari makin suka padanya.Nilam mengangkat kepala dan otomatis mata mereka bertemu. Nilam langsung tersenyum saat melihat Dandy tanpa jeda menatapnya.“Apa kamu sengaja menjatuhkan vas agar terhindar dari ibu tadi?”Dandy tersenyum, menganggukkan kepala sembari mendekatkan wajahnya. Ia mengecup ujung hidung Nilam dengan hati-hati.“Udah tahu, gitu pakai nanya.”Nilam tersenyum, merapikan kotak P3K dan meletakkan kemba