Semua Bab Cinta Satu Malam Tanpa Komitmen: Bab 31 - Bab 40
53 Bab
Bab 31 : Flashback
Velerie sudah tahu kemana ia akan pergi sore ini. Valerie pulang kerumah untuk mengambil beberapa potong baju, dan langsung berangkat lagi. Betul kata Risko, ia harus memberi waktu kepada dirinya sendiri. Valerie menyetir mobilnya sendiri. Tempat yang akan ia tuju letaknya 3 jam perjalanan jika lewat tol dari rumahnya. Sepanang jalan, tidak berhenti suara penyiar radio menemani Valerie, agar Valerie tidak mengantuk.“Yoooo wasap gaisss. Gimana kabar hari ini? Besok weekend nih gais, ada rencana enggak nih pada mau kemana? Mau pacarana? Atau mau di rumah aja nikmatin rebahan ya hahhaa. Kemana aja terserah yang penting kalian seneng. Yo abis ini aku puterin one of my favorit song ever. Westlife with What about now”Dan suara Shane, Nicky, Kian dan Mark menggema di mobil yang dikendarai Valerie. ***Valerie telah sampai di tempat yang di maksud oleh Faris. Sebuah Villa milik keluarga Faris, yang jarang sekali digunakan. Sudah hampir 10 t
Baca selengkapnya
Bab 32 : Kisah ketika ditinggalkan
Valerie mengeringkan rambutnya dengan handuk. Udara di sini begitu dingin, tapi tidak menghalangi Valerie untuk mandi. Ia  duduk di meja makan berhadapan dengan Faris yang sudah siap untuk makan malam.“Makan dulu Val, kamu masih sering lupa makan kalo udah megang kerjaan?” tanya Faris.“Iya, malah lebih parah. Karena enggak ada yang ingetin makan,” jawab Valerie. Tidak, ia bukan kode ingin minta diingatkan makan. Karena dulu salah satu yang Faris selalu lakukan adalah menelpon Valerie di jam makan untuk mengingatkan bahwa ia punya perut yang harus diisi.“Mulai senin, aku akan telp kamu di jam makan buat ingetin kamu makan,” kata Faris. Valerie tidak menjawab, ia sudah mulai menikmati makanan yang ada di depan mejanya.Nasi hangat, sayur asem dan ayam goreng, juga sambal bawang. Semua makanan kesukaan Valerie. Valerie baru lagi merasakan makanan seperti ini. Biasanya ia akan masak yang simple karena takut terlambat masuk
Baca selengkapnya
Bab 33 : Kisah dengan James
James dan Valerie sama-sama anak baru di kelas memasak itu. Mereka bertemu ketika mereka sama-sama mendaftar.“Hei,” James duluan menyapa Valerie.“Oh hei,” Valerie menoleh ke arah James. “Daftar kursus masak juga?” tanya James. “Hehe iya,” jawab Valerie singkat. “James..” James menjulurkan tangannya kepada Valerie.“Valerie..” Valerie membalas uluran tangan James.Sejak itu Valerie dan James sering bersama. Di kelas memasak juga mereka sering bersama. Banyak resep makanan yang bisa mereka diskusikan. Berdiskusi dengan pria berusia 24 tahun ini cukup menyenangkan bagi Valerie. “Kamu udah jago banget masak, kenapa ikut kursus lagi?” tanya James. Valerie dan James sudah selesai kelas hari itu, dan sedang mengobrol santai di sebuah tempat makan.“Ya aku belom sejago itu, makanya kelas kursus. Kamu sendiri, kenapa ikut kursus?&rdq
Baca selengkapnya
Bab 34 : Awal Pertemuan dengan Ibas
“Val, lo udah selesai ya kursus masaknya?” tanya Intan. “Iya, udah,” jawab Valerie singkat sambil matanya masih menatap laptopnya.“Pantesan enggak pulang cepet lagi,” kata Intan.“Ya kalo gue kayak gitu dalam jangka waktu yang lama, gue juga yang babak belur Tan, kerjaan kantor mau enggak mau gue kerjain pas pulang kursus, di rumah, tengah malem. Ngerti tipes,” sarkas Valerie.“Hahahha, trus hubungan lo sama temen kursus masak lo gimana?” tanya Intan.“James maksudnya? Ya enggak gimana-gimana. Gue sama dia enggak ada apa-apa. Symbiosis mutualisme aja, dia butuh wanita, gue butuh pria, lo ngerti lah. Trus udah deh. Enggak ada apa-apa lagi.”“As simple as that?” tanya Intan. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan sahabatnya satu ini.“Yaa mungkin karna gue juga enggak ada rasa sayang atau butuh dia atau gimana, jadi yaudah gitu aja,”jawab Valerie s
Baca selengkapnya
Bab 35 : Akhir cerita dengan Ibas
“Bi Ijah, saya pulang ya. Makasih banyak ya Bi, makasih juga sama Ibas. Maaf kalo saya ngerepotin,” kata Valerie.“Iya sama-sama Non, enggak kok Non, sama sekali enggak ngerepotin. Non hati-hati di jalan ya,” ujar Bi Ijah.“Iya Bi, yuk Bi saya permisi..”Bi Ijah mengangguk sebagai jawaban. Valerie masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan ke rumah. Ia tidak akan pulang, ia akan ke kantor mengejar pekerjaannya yang tertinggal sepagian tadi. Sekarang baru pukul 1, ia hanya kehilangan waktu kerjanya sebelum jam istirahat.Valerie mampir ke toko baju untuk membeli beberapa pakaian kerja, karena ia sudah tidak memiliki pakaian kerja lagi. Pakaian kerja yang ia kenakan sebelumnya tidak tahu dimana, ia belum sempat bertanya pada Ibas, ia akan menanyakannya nanti.Valerie masuk ke dalam sebuah toko baju di sebuah mall, hanya mengambil dengan cepat blouse yang berwarna hitam, dan celana panjang hitam. Setelah membayar, Valerie langsu
Baca selengkapnya
Bab 36 : Terjalin lagi?
Flashback off.“Ya jadi gitu, sebenernya masih ada beberapa nama lagi yang deket sama aku dan Cuma berakhir di tempat tidur. Trus udah. Tapi jujur, aku lebih nyaman kayak gitu. One night stand, udah. Enggak pake perasaan, enggak pake baper.”“Aku terlalu takut buat mulai main perasaan sama orang lain, aku takut terluka lagi,” ujar Valerie sedih.Faris semakin memeluk Valerie dengan erat, ia hampir tidak percaya Valerie sehancur itu atas apa yang ia lakukan. Dan setelah itu, tidak ada lagi percakapan antara Valerie dan Faris. Mereka hanya ingin menikmati waktu kebersamaan mereka yang tertunda lebih dari 3 tahun.***Valerie meregangkan tubuhnya, pagi ini ia kebangun karena udara terlalu dingin. Padahal ia sudah memakai selimut, berdua dengan Faris. Valerie tersenyum melihat Faris tidur.Sudah banyak laki-laki yang tidur dengannya, namun tidak pernah menjadi pemandangan seindah melihat Faris tidur. Valerie keluar dari kamar dan mem
Baca selengkapnya
Bab 37 : sakit mental
“Permisi Tuan, mobilnya..” Mang Een menghentikan ucapannya ketika di hadapannya ada pemandangan yang membuat ia malu sendiri.“Maaf Tuan, Non, saya tidak tahu, eh maaf ya..” ujar Mang Een salah tingkah. Ia kemudian mundur dan menjauh dari Valerie dan Faris.Valerie dan Faris terpaku. Mereka malu sekaligus geli melihat tingkah Mang Een. Valerie mendorong tubuh Faris. “Rese kamu ah, pasti dikira kita ngapa-ngapain deh,” ujar Valerie sewot.“Ya biar enggak sia-sia perkiraannya, kita ngapa-ngapain aja,” ujar Faris enteng.“Woeeee maunya kamu. Abis ini aku harus nyetir 5 jam, gila aja kalo kita ngapa-ngapain dulu. Bisa ketiduran aku di mobil, bahaya.”“Siapa bilang kamu nyetir sendiri..” ucapan Faris mengambang, membuat Valerie mengerutkan dahi bingung. Faris menangkap ekspresi bingung yang ditampilkan Valerie.“Mobil aku udah dibawa sama anak buahnya Mang Een
Baca selengkapnya
Beb 38 : Perasaan tidak enak
Valerie melempar tasnya begitu masuk ke dalam rumah. Faris sudah pulang 15 menit yang lalu. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah Valerie, Faris masih berusaha untuk meminta maaf atas tragedy yang mereka lalui di jalan tadi.“Val.. Plis maafin aku, aku lepas control. Aku janji enggak akan keulang lagi kejadian kayak tadi, aku janji,” ujar Faris sambil menggenggam tangan Valerie.“Iya  aku maafin, udah ya Ris aku capek banget, aku mau istirahat,” ujar Valerie.“Yaudah aku pulang ya,” ujar Faris. Valerie hanya menjawab dengan anggukan kepala.Valerie masuk ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya. Segar.  Ia memang memaafkan Faris, namun ia  benar-benar tidak ingin bertemu Faris lagi. Ia tidak bisa menerima jika Faris masih memiliki sifat seperti itu.Tiba-tiba  Valerie ingat Risko. Risko sedang membutuhkan dirinya. Ia langsung cepat-cepat menyelesaikan mandinya dan menghubungi Risko. Dering sekali, ti
Baca selengkapnya
Bab 39 : Tragedi
“Sebuah kedai burger yang tekenal, KS Burger pagi ini mengalami kebakaran hebat, diduga akibat konslet arus listrik yang menyebabkan….”Risko sudah tidak lagi mendengar lanjutan beritanya, tanpa basa-basi, ia lari keruangannya, mengambil dompet, hp dan kunci mobil, lalu langsung melesat ke bawah, tempat parkiran mobilnya.Risko harus turun tangga 3 lantai, di saat seperti ini ia justru bersyukur tempatnya bekerja bukan di Gedung tinggi yang memiliki lift dan berada di lantai atas, bisa-bisa menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk turun.Risko memasuki mobilnya dengan buru-buru, hp, dan dompetnya diletakkan begitu saja di kursi kosong di sampingnya, pikirannya kalut, ia panik. Ibu dan Ayahnya pasti ada di dalam. Apakah omongan mereka yang tadi pagi merupakan pesan terakhir?“Arghhh!” Risko mengusir pikiran-pikiran negative yang datang begitu saja. Tidak, orangtua nya harus selamat, orangtuanya harus panjang umur, pikirr Risko.
Baca selengkapnya
Bab 40 : Kekuatan Cinta orangtua dan anak
“Baik Pak, kami akan usahakan semampu kami,” Risko hanya mengangguk. Ia minta diri untuk pergi kebawah, ke kantin. Risko ingin mengkonsumsi kopi untuk menghilangkan sedikit kesedihannya. Ia juga harus memberitahu sanak saudara, terutama kakaknya mengenai keadaan orangtua dan tokonya.Sampai di kantin, Risko mengambil tempat yang paling ujung dan memesan satu gelas es kopi. Ia mengambil hp dan menghubungi kakaknya.“Halo Kak,” ujar Risko.“Eh iya Ris, kenapa?” “Toko burger kebakaran Kak, sekarang Mama sama Papa kritis di ICU,” ujar Risko tanpa basa-basi memberi kabar kepada kakaknya.“Astgafirullah. Inalillahi. Yaudah gue cari dulu ya tiket paling cepet, walaupun pasti tetep lama, tapi gue cari dulu deh,” ujar Roni, ia juga sama paniknya dengan Risko ketika mendengar kabar.“Hem yaudah,” Risko sudah tidak punya tenaga untuk menyahuti ucapan kakanya. Risko menelpon sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status