Valerie, seorang wanita dengan karir yang baik, wajah yang cantik dengan postur tubuh yang ideal menjadi wanita idaman bagi banyak laki-laki yang hadir dalam hidupnya. Seperti Risko; partner kerjanya, James; teman les masaknya, Ibas; orang yang menolongnya, dan beberapa nama lainnya. Tapi tidak satupun yang bisa membuat Valerie berkomitmen. Bahkan, Intan; sahabat sekaligus personal asistennya pun bertanya-tanya apa yang Valerie cari. Valerie sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sampai seseorang dari masa lalunya hadir kembali. Faris datang membawa segenap luka yang ternyata selama ini Valerie sembunyikan. Luka yang Valerie kubur dalam-dalam. Luka yang ternyata membuat Valerie takut untuk berkomitmen. Separah apa luka yang Valerie miliki? Siapakah yang akan jadi pemenangnya? Orang baru atau justru orang lama yang membuat luka dan menyembuhkannya sendiri?
Lihat lebih banyakAnita tidak tahu akan dibawa kemana oleh Faris. Mereka sudah berada di jalan sekitar 10 menit dan belum ada tanda-tanda kalau mereka mau sampai. Anita berasumsi kalau mereka masih lumayan jauh.“Anita, kamu suka lagu apa?” tanya Faris memecah keheningan. Sedari tadi tidak ada yang bicara sama sekali. Anita benar-benar bingung harus bersikap bagaimana jika dirinya hanya berduaan dengan Faris nemun bukan dalam konteks pekerjaan.“Tipe lagu yang saya suka lagu-lagu local Pak. Kayak kerispatih, wali kayak gitu-gitu,” kata Intan.“Saya kira orang kayak kamu Sukanya avril, justin Bieber gitu gitu.”“Orang kayak saya gimana maksudnya Pak?” tanya Anita. Dia benar-benar takut salah bicara, karena sebelumya belum pernah sama sekali ia berbicara diluar hal pekerjaan dengan Faris.“Ya wanita metropolitan. Dengan kerja kantoran, gaji diatas rata-rata, kalo ngopi di tempat fancy, setiap minggu ke mall untuk “me t
“Val, kata kak Roni, Papa udah sadar dan udah pindah ke ruang perawatan.”Risko dan Valerie sedang siap-siap untuk pulang dari rumah sakit. Niatnya Valerie ingin langsung pergi ke kantor, tapi ternyata urusan administrasi tidak bisa diselesaikan pagi-pagi sekali. Untungnya laptop selalu ada di mobil dan membuat Valerie bisa mengerjakan pekerjaannya sambil ia menunggu selesai urusan administasi.“Oh iya Risko. Kemarin Faris chat aku katanya dia minta maaf sama kamu,” ujar Valerie.“Oh iya? Disa bisa minta maaf juga?” tanya Risko sambil terkekeh.“Hahhaa aku juga bingung. Risko, sekali lagi maafin aku ya,” ujar Valerie.Risko menatap Valerie dengan intens. Menjelajah ke matanya, mata yang memancarkan kesedihan yang amat dalam. Risko ingin mata itu berbinar lagi. Ia ingin mata itu memancarkan kebahagiaan seperti waktu ia memasak.“Valerie, enggak ada yang perlu dimaafin karena kamu emang enggak sa
“Emang kamu maunya kita apa?” tanya Valerie.“Teman hidup,” jawab Risko.“Apaan si, enggak usah alay, hahahaa,” seketika Valerie malah tertawa ngakak melihat muka Risko yang sedang serius.“Ah kamu mah ngerusak momen,” ujar Risko.“Sumpah Risko, alay.”“Alay ya? Hahahaha.”“Iya alay hahahhaa.”“Tapi aku serius Val, aku enggak usahlah punya status pacar kamu apa gimana. Yang aku mau Cuma aku habisin sisa umur aku bareng sama kamu, bisa ngeliat kamu setiap hari, bisa dimasakin kamu setiap hari. That’s all i need,” ujar Risko.Valerie lagi-lagi hanya tersenyum menanggapinya. Ia tahu, Risko sebenarnya ingin memiliki status hubungan yang lebih dari mereka yang sekarang, namun Risko juga tidak pernah mau memaksa Valerie agar Valerie tetap merasa nyaman.“Kamu istirahat ya, aku mau ngopi dulu di bawah,” ujar Valerie.“Iyaa
“Jadi lo, yang bikin Valerie enggak mau maafin gue? Siapa sih lo?!” teriak Faris kepada Risko. Faris yang daritadi menunggu Valerie pulang dari kantor sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ketika melihat Valerie pulang dengan seorang laki-laki, emosi Faris langsung meledak-ledak.Risko bangkit, namun belum sempat ia berdiri, sudah di hajar lagi oleh bogem mentah oleh Faris. Lagi-lagi Risko jatuh tersungkur. Kali ini hidungnya menjadi sasaran empuk dari tonjokan Faris. Darah segar menetes dari hidungnya.Risko menyeka hidungnya, rasa nyeri begitu menusuknya.“Bangun lo! Lawan gue kalo lo laki-laki!”Diteriaki seperti itu, bukannya bangun, Risko malah duduk santai. Ia tahu, meladeni orang yang sedang emosi tidak akan ada untungnya. Kesal karena tidak di gubris, Faris menarik kerah baju Risko dengan paksa.Ia kembali menonjok Risko tanpa ragu, kembali hidung Risko menjadi sasaran.Krek.Sepertinya Risko merasakan ada tulang yang remuk dalam hidungnya, begit
“Iya loh bener, kata temen-temen gue yang pernah jalanin toxic relationship tuh lepasnya susah banget. Lebih susah daripada yang emang hubungannya sehat dan bikin bahagia, kenapa kayak gitu ya?” Intan malah balik bertanya kepada Valerie.“Apa karena ngebales orang jahat itu enggak gampang ya Tan? Asli menurut gue toxic relationship tuh hal paling jahat. Karena sama orang yang harusnya paling tau lo, paling kenal lo aja lo dijahatin, trus mau lari kemana, udah enggak ada tempat,” ujar Valerie.“Bener tuh,” kata Intan.“Tapi kayaknya mereka enggak bisa keluar bukan karena bales orang jahat itu susah, tapi karena biasanya toxic relationship itu pihak laki-lakinya mendominasi gitu. Jadinya pihak perempuannya kayak enggak punya power.”“Hmm bener juga sih, waktu gue sama Faris kan…Kring…“Sory Tan, bentar,” obrolan mereka terputus oleh bunyi dering telp di ruangan Valerie.
“Arghhhh!”Sudah berkali-kali Faris berteriak frustasi di kamarnya. Ia benar-benar tidak rela jika diperlakukan seperti ini oleh Valerie. Namun ia menyadari sesuatu bahwa Valerie yang sekarang bukan lagi Valerie yang dulu ketika ia tinggalkan.Valerie yang dulu adalah Valerie yang penurut dan akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Faris, karena Valerie tahu betapa Faris mencintainya, dan ia yakin apapun yang Faris ingin Valerie lakukan, itu semua untuk kebaikan hubungan mereka.“Gue mesti gimana biar Valerie enggak masuk ke pelukan laki-laki lain? Arghhh!”Cinta Faris kepada Valerie benar-benar membutakannya. Faris benar-benar tidak bisa jika hidup tanpa Valerie, terasa ada yang hilang dari dalam dirinya. Faris bukan tidak pernah mencoba menjalin hubungan dengan perempuan lain selain Valerie, namun tidak ada yang pernah bisa membuatnya menjadi dirinya apa adanya.Pasca perceraiannya dengan Rania, Faris pulan
“Kita?” tanya Valerie.Risko tidak menjawab, ia hanya menunggu jawaban Valerie. Tapi tidak ada jawaban dari Valerie.“Kita teman Val, untuk saat ini status kita kan Cuma teman,” akhirnya Risko menjawab. Valerie tersenyum dan mengangguk. Sejujurnya ia lega karena Risko tidak menganggap mereka berstatus terlalu jauh.“Kita teman, tapi kamu baik banget sama aku. Dan body language kamu mengkonfirmasi kalo sebenernya kamu anggep aku lebih dari temen, am I right?” ujar Risko lagi.Valerie mengangguk.“Val, aku penah bilang sama kamu dulu kalo aku mau kenal kamu lebih dari sekedar rekan kerja. And I mean it. Setelah kita jalan beberapa kali, ditambah dari kemarin perlakuan kamu ke aku begituuu baik. I think I’m falling love Val, with you,” kata Risko.Valerie tidak kaget mendengar ucapan Risko. Ia bisa merasakan bahwa Risko benar-benar memakai perasaan ketika mereka berciuman dan melakukan hubun
Risko mengulat. Meraba-raba di sampingnya, tapi hanya ruang kosong yang teraba. Risko melihat kearah jam dinding, sudah pukul 1 siang. Dia tidak pernah tidur sampai sesiang ini sebelumnya.“Valerie pasti udah berangkat kerja,” pikirnya.Ia beranjak dari tempat tidur, hal pertama yang ia ambil adalah hp nya, ia melihat begitu banyak pesan bernada bela sungkawa. Tidak ada yang ia buka, kecuali Anita. Anita juga ikut mengucapkan turut berduka sekaligus memberikannya report progress berbagai pekerjaan yang ia tinggalkan.-Good Job Anita, thanks-Sent.Masih membawa hpnya, Risko keluar dari kamar dan menemukan semangkuk cream sup, 2 tangkup roti yang berisi masing-masing keju dan kacang, dan ada segelas susu putih. Sepertinya itu hangat, namun karena sudah siang, susu nya sudah berubah jadi dingin.Ada sebuah notes di dekat gelas susu putih.Jangan lupa di makan ya.Kalo mau makan berat, aku udah masak, nasi ada di rice cook
Tidak ada perlawanan dari Valerie. Ia membiarkan Risko menciumnya. Melepaskan segala rasa Lelah, segala rasa sedih. Valerie sangat tahu, bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah sebuah ‘pelampiasan’. Dan ia menyadari bahwa ciuman ini salah satu cara Risko untuk melepaskan semua beban dan penat yang ia alami beberapa hari ini.Ciuman itu terasa begitu berbeda dengan semua laki-laki yang pernah memiliki hubungan dengan Valerie. Ciuman itu terasa begitu tulus, terasa begitu membutuhkan. Risko seperti menceritakan semua perasaan terdalamnya pada Valerie.Seolah semua rasa yang tidak pernah ia utarakan di depan orang lain, tumpah ruah dalam ciuman kali ini. Valerie bisa ikut merasakan betapa perihnya hati Risko saat ini.“Sorry,” ujar Risko melepaskan ciumannya.Valerie tersenyum.“It’s oke. Inget Risko, you really did your best. Jangan pernah nyalahin diri sendiri.”Risko memeluk Valerie. Erat. Air matanya tak lagi bis
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.