Semua Bab Terbangun di Ranjang Presdir Duda: Bab 31 - Bab 40
87 Bab
Melepas Kaitan Bra
“Jenar, asal kamu tahu, ada aku yang lebih menarik jika dibandingkan dengan tikus tanah satu itu,” cibir Mada. Dia kembali menuangkan teh hijau ke dalam cangkir kecil dan meneguknya seketika. “Kamu mengataiku tikus tanah?" sela Ryota dengan tidak terima. "Bagaimana dengan dirimu, sigung?” sambungnya. Ryota menolehkan kepalanya ke arah Mada tanpa meninggalkan posisinya sama sekali yang berada di hadapan Jenar. “Mengapa kamu ingin menghabiskan waktu dengan sigung jantan itu?” Luka pada sudut bibir Ryota membuat Jenar menyipitkan mata dan terdiam untuk sejenak sehingga keduanya memutuskan untuk menatap satu sama lain dengan kebingungan penuh. “Ryota, kamu memesan shochu atau tidak?” tanyanya sebelum menjentikan jemari. “Ah, aku ingat. Itu bukan sembarang teh hijau, bukan? Melainkan ryokucha. Bisakah memesan shochu? Teh hijau terlalu ringan, tidak sesuai dengan seleraku.” Mada berupaya keras untuk menarik atensi dua orang yang masih berdiri dengan diam. Jenar pada area luar denga
Baca selengkapnya
Apakah Ryota Bersalah?
“Atas dasar apa kamu menuduhku seperti itu?” “Hanya sebuah tebakan,” balas Jenar dengan cukup yakin. “Tebakan tanpa bukti?” tukas Ryota seraya memiringkan kepala ke arah Jenar, berusaha dengan keras untuk mengerti arah ucapan si perempuan. “Bukti dapat dikumpulkan seiring dengan waktu berjalan, Ryota.” “Tetapi kalau kamu ingin menuduhku, setidaknya sertakan bukti.” “Bibirmu yang berdarah,” terang Jenar dengan menegakan posisi duduk serta meletakan sumpit pada sebelah kiri posisinya saat ini. “Sudah aku katakan aku terluka karena bermain rugby,” kekeh Ryota yang merasa bahwa Jenar menjadi kelewat konyol. “Oke, baiklah. Mari kita hentikan permainan ini. Apa yang sebetulnya coba kamu katakan mengenai diriku, Nona Jenar?” tanyanya dengan lebih serius dan cengiran pada bibirnya perlahan menghilang sepenuhnya. “Bahwa kamu menyalahkan Mada atas kematian Bianca." Dengan penuh rasa percaya diri setelah melihat luka pada sudut bibir Ryota serta nada suara dan pakaian penuh nuansa biru y
Baca selengkapnya
Jangan Gila!
“Kepalaku terasa pening,” keluh Mada yang membuat Jenar tidak habis pikir.Jenar ingin marah, tetapi tidak bisa sebab dirinya terlanjur letih. “Sudah aku bilang, hanya orang gila yang dapat menghabiskan begitu banyak botol shochu dalam satu malam," cebiknya.“Aku bisa, Jenar.”“Buktinya sekarang kepalamu justru terasa pening, Mada.”“Sudah aku katakan padamu, kadar alkohol shochu tidak setinggi dengan alkohol yang sering aku teguk, Jenar,” gerutunya dengan kepala yang menempel pada kemudi sementara kedua tangannya sibuk memijat area kening.“Tetap sama saja, Tuan Keras Kepala,” kata Jenar dengan jengah seraya duduk disebelah Mada, menyilangkan sabuk pengaman melintang di atas tubuhnya.“Jadi, sekarang bagaimana? Kita tidak akan pulang?”Mada mengangkat wajahnya, dia menoleh ke arah Jenar lalu berdeguk sebanyak tiga kali serta mengangkat jemarinya.“Tunggu sampai rasa pening sialan ini pergi dari kepalaku terlebih dahulu.”“Kita sudah berada di mobil ini hampir satu jam lamanya jika k
Baca selengkapnya
(18+) Susu Kesukaan Mada
“Mada, tanganmu!” protes Jenar ketika jemari milik Mada menyusup pada bagian belakang blouse yang dikenakan, mengusap area punggung yang sudah bebas dari kaitan bra.“Mengapa kamu tidak memakai dalaman lagi?” bisik Mada di tengah mobil dengan suasana yang sangat gelap tersebut.Seakan-akan jika Mada tidak menyeringai, maka Jenar tidak akan mampu melihat apa-apa.Deretan gigi berwarna putih natural itu bagaikan penerang di dalam mobil.“Dan kamu tidak memiliki hak untuk memprotes apa yang aku kenakan,” terang Jenar dengan menepuk lembut pipi Mada sebanyak dua kali.“Mengerti?”Mada mengangkat kepalanya seperti akan melakukan olahraga sit-up sebelum mengecup dada sebelah kiri Jenar.“Mengerti,” ujarnya dan beralih pada area sebelah kanan yang menggantung rendah dengan teramat menggoda hingga Mada dibuat berkedut karenanya.“Oh, kamu sekarang sudah memutuskan untuk berlaku adil?”“Mereka harus diperlakukan sama,” celetuk Mada. Dengan segera, dia menegakan tubuh kemudian memeluk Jenar ter
Baca selengkapnya
(21+) Memanjakan Hasrat
“Sangat cantik,” puji Mada pada Jenar dengan nada yang sangat sensual.Mada membelai Jenar dengan tangan yang berbeda, mengusap lembut area pipi kemudian menjalar ke area perpotongan leher yang sudah memiliki beberapa bercak cinta sebelum meremas kecil payudara Jenar dari arah luar.“Hmm … Mada,” gumam Jenar disertai oleh lenguh panjang berisikan kenikmatan hingga memancing libido Mada pada tahap tertinggi.Pinggulnya bergerak-gerak gelisah, ingin merasakan yang lebih dari seorang Mada.Sampai detik ini, jamah yang diberikan Mada pada tubuhnya tidak pernah gagal dan selalu membuat Jenar ingin merasakan lebih dibandingkan yang terjadi saat ini.Seluruh syaraf ditubuhnya terus memanggil nama Mada, berupaya membelai dan mengajak pria itu untuk beradu peluh bersama seiring waktu yang terlewati.“Sentuh dirimu, Jenar. Aku ingin melihatnya,” tukas Mada.Laki-laki itu berhenti sejenak, dia menarik jemarinya yang berada di dalam tubuh Jenar serta menyelipkan jemari yang basah nan lembab terse
Baca selengkapnya
(21+) Mobil Goyang
Jenar makin mengetatkan dekapnya kepada Mada.“Astaga, ini … ini—sa … ahhhh.”Tubuhnya benar-benar menuntut agar segera dipuaskan sebab libidonya sudah terpancing sampai tahap tidak masuk akal.Pria itu terus menuduk untuk mengecup serta mengisap payudaranya dengan sangat bersemangat sebelum kembali mencumbu bibir yang menjadi bengkak tersebut.Lidah Mada terus bergerak dengan gerak berputar serta memberikan sedikit gigitan pada puncak yang membengkak tersebut sehingga Jenar melengkungkan punggung lalu memutuskan tuk menjambak-jambak rambut Mada.“Jenar,” panggil Mada dengan lembut dan penuh akan kasih sayang.Pria yang menyandang status sebagai duda itu menggoyangkan bokongnya maju serta mundur teramat perlahan ketika Jenar melempar kepalanya ke arah belakang.Dalam waktu yang sama mereka saling melenguh ketika hasrat perlahan tersalurkan.“Aku baru teringat akan sesuatu,” sela Mada saat mereka bersenggama.Puncak kenikmatan dunia yang sudah Jenar rasakan datang mendekat lantas terta
Baca selengkapnya
MADA SEORANG GAY?!
“Kamu sudah mendengar kabar tentang Pak Mada?”“Apakah itu kabar bahwa dia akan segera melepas masa lajang?” kikik seorang berkaca mata dengan cukup geli.“Kabar apa? Apa menariknya hidup Pak Mada untuk diulik?”“Benar, dia bukanlah seorang selebritis,” bisik yang lain menimpali seraya bersandar pada tepi kubikel yang memisahkan karyawan.“Aku baru dengar dia seorang duda,” terangnya dengan nada pelan hingga yang lainnya mendekat sebelum mencebik dan menjauhkan diri.“Memalukan. Pria sepertinya menjadi duda?” tanya yang lain dengan nada mencibir.“Oh jangan katakan bahwa Pak Mada adalah pihak yang diceraikan,” sambar karyawan yang lain dengan rambut kuncir kuda.“Mungkin Pak Mada adalah orang yang bermasalah dan dia malu mengakui bahwa dirinya duda sehingga berusaha keras untuk menutupinya dari para karyawan.”“Pantas akhir-akhir ini aku jarang melihatnya memakai cincin kawin di jari manis."“KAMU MEMPERHATIKANNYA, DELILAH?!”Delilah si pembawa berita lantas mengangguk dan mengerlingk
Baca selengkapnya
Ada Apa Dengan Mada?
“Kalau riasanmu habis, kabarkan padaku. Aku akan membelikannya sebagai stok seumur hidup.”Jenar menoleh ke arah Mada setelah berjingkat-jingkat keluar dari dalam mobil presdir Lawana tersebut.“Kalau begitu, belikan aku saham di salah satu toko kosmetik yang terkenal, bagaimana?”Jenar berjalan dibelakang Mada sedangkan Mada memasang raut dinginnya yang biasa, mencoba menjaga sikap dengan Jenar setelah malam panas di dalam mobil yang keduanya jalani.Tidak ada yang boleh tahu bahwa mereka memiliki kedekatan lebih dari sekadar profesional.Ah, tentu saja mereka profesional.Profesional di kantor sekaligus profesional dalam memuaskan hasrat satu sama lain.“Permintaanmu terlampau sederhana untuk aku turuti, Nona Penggoda.”Mendengar sapaan yang sudah lama tidak terucap dari belah bibir Mada, Jenar menjadi berjengit dan bulu kuduknya mendadak meremang.Dari arah belakang, Jenar memperhatikan Mada dan terus mengekor dibelakangnya, menjaga jarak aman selayaknya sekretaris pribadi dan pres
Baca selengkapnya
Jenar, Aku Ingin Lebih
“Kamu bisa bicara denganku baik-baik seperti tadi, tidak perlu menghardik.”Jenar membuntuti Mada lalu menutup pintu ruang kerja si pria kemudian menatap tajam ke arah lelaki yang tadi mempermalukannya.“Itu benar-benar mempermalukan diriku, Mad,” geramnya lagi dengan hati yang terasa panas.“Seolah-olah, kamu berupaya menjatuhkanku dan membuat diriku terlihat buruk di hadapan pekerja yang lain,” protes Jenar dengan berdiri beberapa langkah dibelakang Mada yang sedang memunggunginya.“Mada, jawab,” desak Jenar kepada Mada yang masih menutup mulutnya, berusaha menebar banyak jala teka teki hingga perempuan itu dilanda oleh emosi yang berkecamuk.“Jujur padaku, apa yang aku lakukan selalu mengecewakanmu?” tuntutnya meminta kejelasan.Berkat hardik yang diberikan kepada dirinya oleh Mada tadi, Jenar praktis merasa malu hingga telinganya memerah.Dia merasa bahwa Mada tidak memerlakukannya dengan manusiawi, untuk itu dia meminta penjelasan.Selangkah demi selangkah, Mada mendekati Jenar.
Baca selengkapnya
Bukan Sekedar Sekretaris
“Semalam, kamu jadi bertemu dengan Mada?” Ryota memandang lurus ke arah luar, menatap lapangan golf yang terlihat begitu hijau sebelum perlahan menatap ke arah Tash yang tengah mengunyah muffin cokelat dengan sangat perlahan. “Tebakanmu benar, dia datang dengan perempuan yang sama dengan di acara charity.” Tash menggerakan jemarinya kemudian meraih gelas berleher tinggi untuk meneguk isinya seraya sedikit memiringkan tubuh menjauhi titik pandang Ryota. “Itu Jenar, sekretarisnya,” balasnya sejurus kemudian setelah mencari tahu lingkup terdekat Mada setelah di acara charity, Mada bersikap mencurigakan. "Dan aku yakin, Jenar bukan sekadar sekretaris bagi Mada." Ryota menyilangkan kedua tangannya di depan dada lalu bersandar di kursi seraya memandang penjuru di lounge tersebut. Matanya menyipit dan sudut bibirnya terangkat pada satu sisi. "Dia pasti spesial, tidak mungkin Mada mengajak sembarang orang ke acara charity lalu berusaha mati-matian menyembunyikan identitasnya." “Aku ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status