All Chapters of Terbangun di Ranjang Presdir Duda: Chapter 51 - Chapter 60
87 Chapters
Sebuah Pelukan Hangat
“Jangan kemana-mana,” ucap Mada pelan dengan mencoba menarik Jenar kembali ke dalam dekapnya.Dia tidak ingin berjauhan dengan si perempuan ketika jantung dan benaknya sedang penuh akan gemuruh.“Aku tahu dengan pasti kalau kamu ingin mengatakan bahwa jangan terlalu berlebihan karena kita sedang berada di kantor, bukan?” terkanya hingga membuat Jenar bungkam seribu bahasa.Mada benar, itulah yang dipikirkan oleh Jenar. Apakah semudah itu Mada menebak apa yang tengah dipikirkan oleh Jenar?“Jenar, jangan pergi,” tegasnya hingga Jenar menggigit bibir bawah.“A—aku tidak kemana-mana,” lirih Jenar gugup.Tubuhnya terasa begitu kaku seperti robot, berada di dalam dekapan Mada saat keduanya berada di dalam kantor terasa sangat benar sekaligus penuh akan kesalahan.Bukankah mereka sudah sepakat untuk menjalani hubungan selepas jam kerja?Jika berpelukan seperti ini, bukankah keduanya justru menyalahi aturan tidak tertulis yang keduanya tetapkan sendiri?“Tapi aku—”“Kali ini saja, Jenar. Kal
Read more
Pemabuk Keras & Masa Lalunya
Sudah dua hari Mada mabuk berat di dalam griya tawangnya.Jenis mabuk yang membuatnya bahkan harus berjalan dengan cara merangkak karena dunianya berputar teramat cepat dan kedua kaki tidak lagi dapat menopang bobot tubuhnya seperti biasa.Mada tidak mudah mabuk, tubuhnya sudah terbiasa sejak pertama kali dirinya mengenal alkohol.Dia bisa meneguk berbotol-botol minuman keras seperti sedang meminum air mineral dan bahkan tidak akan merasakan pusing sekecil apapun.Akan tetapi, dua malam ini di dalam keremangan griya tawangnya, Mada luruh sampai benar-benar memuntahkan isi perut hingga tersisa cairan semata. Mereka menyebut hal ini sebagai jackpot.Sebelumnya, Mada berulang kali meminta kepada Jenar untuk menemani dirinya, tetapi tidak sekalipun Jenar berkeinginan untuk menginap di griya tawang sehingga hal ini—bagi Mada—makin memperburuk keadaan dan kekalutan yang sedang bersarang di dalam hatinya.“Sugarplum,” panggilnya lirih dengan duduk bersandar dengan lutut tertekuk serta tangan
Read more
Menantu Pilihan Oscar
“Josh, bagaimana dengan keadaan Mada untuk dua hari terakhir ini?” Oscar yang sedang bersantai sambil mengelus anjing peliharannya seraya duduk di serambi rumah menoleh ke arah Josh yang berdiri dengan gagah di sebelahnya. “Belum ada kabar, Tuan.” Mendengar penuturan dari Josh membuat Oscar serta merta menoleh ke arahnya lalu menyipitkan mata sambil berdecak pelan. “Apa kamu menyampaikan bualan kepadaku semata?” selidiknya sebelum terdiam, merasakan semilir angin lembut khas siang hari yang menerpa wajahnya. "Tuan Oscar, saya—"“Mada pasti sedang mabuk,” gumamnya maklum seraya tersenyum miring. “Kali ini mabuknya pasti lebih parah jika dibandingkan dengan sebelumnya,” lanjut Oscar dengan membentuk kesimpulannya sendiri seraya melirik ke arah anjing yang kepalanya bergerak-gerak pelan. “Sekarang … tahun keberapa?” tanya Oscar pelan. Josh berjalan mendekat ke arah Oscar, kemudian menghitung waktu mundur sejak kematian Bianca.“Emp—maaf, Tuan Oscar. Maksud saya lima,” ralat Josh d
Read more
Dancing With Your Ghost
Memasuki ruang kerja Mada pada detik ini membuat Jenar tercengang. Suatu pemandangan yang niscaya tidak akan pernah dirinya lihat untuk kali kedua kini tersuguh dengan terang-terangan di hadapannya. "Ada apa denganmu?" tanya Jenar keheranan, berusaha mengulum senyum dan menyembunyikan keinginan untuk meledak dalam tawa. Dirinya gegas mendorong pintu ruang kerja Mada menggunakan punggung agar tertutup dengan sempurna disusul dengan suara sepatu hak tingginya terdengar menggema saat memasuki ruangan. "Ini tidak lucu," jedanya setelah beberapa waktu seraya membasahi bibir, membuat permukaan yang sudah lembab tersebut menjadi semakin basah. Kakinya bergerak gelisah, tumpuannya kerap berpindah dari satu sisi ke sisi yang lainnya. "Sebetulnya apa yang tengah kamu lakukan?" sambung Jenar, bibirnya terangkat untuk menunjukan seulas senyum canggung tetapi Mada tidak memberikan reaksi apapun yang berarti. Perlahan, Jenar bergerak memutar seraya memperhatikan Mada dengan sakama. "Kamu seda
Read more
Bayang-Bayang Bianca
“Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang ingin berdansa denganmu,” kata Mada berkilah dengan cukup abu-abu tanpa sekalipun melepas dekapnya dari Jenar.“Secara tiba-tiba?” tanya Jenar dengan mata membulat lalu bergumam pelan sambil mengangkat kedua alisnya disusul dengan sebuah siulan, seakan sedang menggoda Mada.“Di kantor?”“Tentu. Apa ada yang salah dari itu?”Tanya dari Mada praktis membuat Jenar menggelengkan kepala lalu menyunggingkan senyum pada satu sisi wajahnya.“Oh tentu saja tidak salah. Hanya saja—”Jenar menimbang-nimbang kalimatnya sebelum sejurus kemudian menggeleng dan menyurukan tubuhnnya ke atas dada bidang si pria, merasakan detak yang berdegup kencang tersebut.“Hanya saja apa? Mengapa kamu tidak melanjutkan percakapan?” tagih Mada.Kali ini dia mendekatkan bibirnya pada kening Jenar lalu mulai mengecupnya singkat.“Kalau aku tahu kamu ingin berdansa denganku, aku akan mengganti pakaianku dengan gaun yang memiliki lebar seperti kurungan ayam agar bisa berayun-ayun.”
Read more
Hobi Mada Lawana : Merajuk
“Apa ini semacam lelucon dan test yang harus aku lakukan?” kekeh Jenar dengan tertawa canggung kemudian melipat bibirnya ke arah dalam dalam upaya untuk membuatnya terlihat lebih tipis jika dibandingkan dengan sebelumnya.“Bertemu dengan Pak Oscar? Seorang Oscar Lawana? Wah, sepertinya aku bermimpi dengan sangat indah semalam,” sambung si perempuan dengan mengerucutkan bibir lalu menggeleng pelan, sekelebat rasa kecewa menyeruak ke permukaan dan tercetak jelas di wajah Mada.Jenar jelas langsung menyadari perubahan pada air wajah Mada hingga membuat telapak tangannya terasa dingin.Meski demikian, Jenar mencoba untuk mengabaikan raut yang ditunjukan oleh Mada lalu berpaling.“A—aku tidak yakin untuk itu,” lanjutnya dengan diselimuti oleh kegugupan.Dirinya menjauhkan diri dari Mada, melepaskan dekap yang sejak tadi terjalin lalu memilih untuk berjalan memunggungi si lelaki.Jenar duduk di sofa yang empuk sambil memiringkan kedua kakinya ke arah kiri dan mendekap tab kerja yang sejak t
Read more
Gara-Gara Huru Hara
“Tidak kusangka kamu akan mengikutiku sampai sini.”Mada bersedekap kemudian menggaruk area dagunya seraya menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang kedua matanya luhat saat ini.Pada salah satu sisi café sederhana yang dirinya dan Jenar sambangi sejak beberapa saat lalu ketika keduanya meninggalkan Lawana Corporation, kini Mada memandang lekat seseorang yang usianya tidak jauh berbeda dengan dirinya."Ini sangat menyebalkan. Saya merasa tidak memiliki privasi sama sekali."Mada berdecak pertanda kadung merasa sebal, kepalanya terjulur untuk memeriksa area sekitar, sisa-sisa rinai hujan masih membasahi lokasi mereka saat ini, menyebarkan hawa dingin yang tidak terlalu menyenangkan dan cenderung membuat bulu kuduk meremang.“Bisakah untuk sekali saja kamu berhenti melakukannya?” sambungnya disertai mata yang menyipit.Josh sadar bahwa Mada jengah terus diawasi olehnya sejak kedatangan duda tampan itu di Indonesia beberapa waktu yang lalu dan tidak sekali dua kali Mada meminta
Read more
Isap, Sayang ....
“Mada, sejak kapan papa meminta untuk bertemu dengan Jenar?”Bagai tersambar oleh petir pada malam hari, Mada memijat pangkal hidung sebanyak dua kali dengan gerak naik dan turun.Tangannya terentang selebar bahu, mencengkram pinggiran mini bar yang berada di griya tawang setelah sebelumnya Mada mengantarkan Jenar terlebih dahulu ke tempat tinggal sang perempuan.“Paps, bukankah seharusnya aku yang bertanya?” balas Mada dengan menolehkan kepala ke arah kiri untuk meneguk air dingin yang berada di dalam gelas bersama dengan beberapa es batu mengapung, menciptakan bulir-bulir bunga es di sekelilingnya.“Kapan papa dan Jenar bertukar nomor ponsel satu sama lain?” balas Mada di sela-sela tegukan sambil menyeka bibirnya dan menaruh gelas itu di sebelah kiri.Oscar yang berada di seberang sana terdiam untuk sejenak lalu mendecakan lidah sebelum mengembuskan napas gusar dan terkekeh pelan melalui panggilannya dengan sang putra.“Apa yang baru saja kamu minum?”“Bagaimana jika aku katakan alk
Read more
(18+) Blow Job
“Suck itu, baby. Oh … damn,” racaunya dengan mata terpejam. Hangat rongga mulut kembali menyapa sisi terdalam Mada hingga dirinya tersenyum miring dan bokongnya bergerak pelan dari posisi duduknya saat ini. “Smart. Smart little girl,” puji si lelaki dengan diselingi geram yang berasal dari Mada dengan suara rendah. Jakunnya bergerak naik dan turun, begitu pula mulutnya yang sedikit terbuka ketika berupaya mengambil pasokan udara. "Aku rasa mulai besok kamu harus memotong rambut menjadi lebih pendek atau lebih sering menguncirnya seperti ini. Terlihat sangat ... memabukan." Dengan tubuh yang sedikit bergetar terpacu akan adrnelin serta keinginan yang membuncah, Mada menyampaikan pendapatnya sehingga membuat Jenar berhenti sejenak. "Apa?" "Kamu cantik," pujinya agar Jenar terus melanjutkan aksinya. Jenar bergumam dan sedikit tersentak ketika Mada menarik cepol rambutnya, sedikit mencakar kulit kepala sebelum beralih mengusapnya, membuat helai demi helai terurai dan membingkai wa
Read more
Aku Mencintaimu dan ....
Jenar berulang kali menatap ke arah Maps untuk memantau lokasi mereka sebelum beralih kepada Mada dan jalanan lengang yang dilalui oleh keduanya.“Mada, katakan yang sejujurnya kepadaku. Kamu yakin ini arah yang tepat untuk menuju rumah keluargamu?” selidiknya hingga Mada mendengkus pelan tanpa menatap Jenar sama sekali.Pria itu nampak begitu fokus mengemudi dan bahkan menginjak pedal gas sedikit lebih kencang hingga kendaraan beratap rendah itu melonjak dengan kecepatan penuh.“Kamu tidak akan mengajak diriku berputar-putar tanpa kepastian, bukan?”Sesekali Mada menggaruk dagunya kemudian menatap Jenar melalui sudut mata. “Kenapa?”“H—hanya bertanya,” tuturnya tidak yakin dengan melirik ke arah Maps yang menunjukan jalan satu arah itu dengan perasaan gugup.“Jenar, kamu meragukan kemampuan diriku dalam mengemudi atau kamu justru meragukan alamat yang muncul di dalam Maps?” tanyanya dengan cukup spesifik hingga Jenar sibuk menggigit bibir bawahnya.Sudah hampir satu jam lamanya Mada
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status