Terbangun di Ranjang Presdir Duda

Terbangun di Ranjang Presdir Duda

By:  Naraya Mahika  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings
87Chapters
3.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sakit hati karena dikhianati membawa Jenar bertemu dengan pria asing lalu menghabiskan one night stand bersamanya. Sebuah kesepakatan terjalin, mereka akan melupakan hal itu dan tidak akan bertemu kembali. Sayangnya, semua berubah ketika Jenar dipaksa menggantikan rekannya dan terjebak di situasi yang tidak menguntungkan bersama presdir yang terlihat angkuh sekaligus mesum di Lawana Corporation. - Menyadari bahwa Jenar berusaha menghindarinya, Mada justru menjadikan perempuan itu sebagai sekretaris pribadi dan berlanjut pada hubungan terlarang diantara keduanya tanpa peduli usia mereka yang terpaut sepuluh tahun. - Dari segala keburukan dan kegagalan percintaan yang Jenar alami, apakah Mada mengambil bagian di dalamnya dan apa yang sesungguhnya Mada sembunyikan dari Jenar?

View More
Terbangun di Ranjang Presdir Duda Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Naraya Mahika
Halo, mohon maaf ada kesalahan di bab Berdansa Bersama Hantu. Harusnya belum waktunya terupload dan aku cuma mau ngesave tapi justru kepencet publish🥹
2024-03-24 00:24:33
1
user avatar
Naraya Mahika
Halo, bab 23 masih ditinjau ya dan masih nunggu biar di lolosin sama editor. Bab yang sekarang isinya masih terlalu sedikit soalnya🦭
2024-03-03 00:15:16
0
user avatar
Zoya Dmitrovka
Waduh, Jenar kasihan banget yah.... Bab 1 seru banget. Bikin nagih bacanya. Tapi serius, usaha Jenar di bab 1 keren. Dia tidak malu sama sekali. Hahahaha karena pengaruh alkohol yah :⁠'⁠(
2024-02-28 16:15:42
1
user avatar
Naraya Mahika
Halo, terima kasih sudah mampir dan melihat karyaku ini. Semoga suka dengan apa yang aku tulis, ya. Enjoy🦭 IG: @navvyda
2024-02-09 21:17:38
1
87 Chapters
Menggoda Tuan Penggoda
“Puluhan juta yang keluar untuk biaya pernikahan, tidak sebanding dengan rasa sakit yang aku terima.” Rencana pernikahannya kandas dan menjadi berantakan begitu saja. Harapannya untuk memakai gaun pengantin lagi-lagi tertunda.Harusnya, saat ini Jenar mengambil cuti bekerja untuk menikah serta berbulan madu yang manis, bukan menghabiskan malam dengan menangis. “Sialan,” makinya dengan geram serta menangis tersedu-sedu sambil memegang dada lalu meneguk alkohol ditangannya dengan terburu-buru hingga tersedak. Sama seperti malam-malam sebelumnya, Jenar duduk seorang diri, memeluk gelas berisikan alkohol lalu mengamati tiap lelaki yang datang ke klub sambil menghela napas panjang.Dia sibuk mencari validasi mengapa selalu dicampakan oleh lelaki yang dirinya cintai. Apakah dia kurang menggoda? Apakah dia terlihat tidak menarik? Apa dirinya terlihat seperti karung semen? Selama beberapa hari kebelakang, Jenar sudah menggoda beberapa pria di klub namun tak ada satupun yang tertarik kepad
Read more
Tuan Muda Lawana Corp
Siapa sangka, aksi binal dan beradu peluh serta kulit yang menggesek satu sama lain semalam justru berujung pada bencana? "Harusnya aku menangkap ikan hiu, bukan ikan lele dumbo." Desah itu masih tertinggal di telinga Jenar, hentakan serta elus lembut jemari si pria pada tubuh saat menggerayanginya kini seakan menjadi beban berat di pundaknya. Laki-laki yang dia goda sudah beristri dan itu adalah pukulan telak bagi Jenar. Ketika Jenar mengambil langkah seribu untuk pergi dan melupakan semua hal yang terjadi, pintu kembali terbuka, sebuah kepala muncul masih dengan handuk putih melilit dipinggang. "Nona Penggoda," panggil si lelaki dengan suara berat yang membuat Jenar teringat akan engah yang semalam dia dengar di telinga. "Kamu ingin memata-mataiku?" Jenar tergagap. "Ak—APA? JELAS TIDAK, jangan bermimpi." "Aku mengamatimu melalui CCTV," jelasnya dengan menunjuk ke arah CCTV berbentuk lingkaran kecil yang memang terpasang di atas pintu. "Jadi, aku bertanya-tanya mengapa kamu m
Read more
Tawanan di Atas Ranjang
"Tiga hari yang lalu, kamu lihai sekali menggodaku. Sekarang, berpura-pura menjadi pemalu. Apakah kamu memang dua orang yang berbeda?” Pertanyaan tembakan dari Mada membuat Jenar terhenyak. "Penggoda yang digoda, bagaimana jika itu menjadi topik rapat lanjutan, hmm?" tawar Mada dengan gerak bibir yang sensual. "Sepertinya menarik, kamu setuju?" Dia memandang ke arah Jenar yang nampak salah tingkah, terlihat dari telinganya yang memerah. "Pak Mada, tolong jangan diungkit lagi, Pak," tuturnya sopan mengingat kini kondisi mereka berada di dalam area kantor. "Oh, kamu lebih suka diangkat daripada ungkit ternyata," kata Mada dengan kesimpulannya sendiri sebelum tertunduk dan memainkan jemarinya di spidol besar. "Tepatnya diangkat ke ranjang. Bukan begitu?" godanya tak berkesudahan sambil mengeluarkan suara animalistik hingga Jenar terlempar kembali pada memorinya saat terus dihujam oleh Mada. “Lagipula, bagaimana jika aku memaksa? Kamu sudah berada di atas ranjangku dan kamu harus me
Read more
Malam Terlarang Untuk Bersama
“Gaun pernikahanmu yang gagal dipakai, boleh aku beli saja? Nanti akan aku permak sedikit dan bagian perutnya perlu sedikit dilonggarkan. Sedikit dirombak untuk hasil yang lebih bagus." Sudah jatuh, tertimpa tangga. Sudah dipecat dari Lawana Corp, sekarang wanita tidak tahu diri ini meminta hal yang mustahil. "Tidak." "Jenar, ayolah," bujuk Rula. "Kamu ini sudah gila atau bagaimana?" cecarnya tak habis pikir. "Katamu, kamu ingin membahas hal yang penting, aku kira kamu ingin meminta maaf bukan memalak!" "Jenar, jangan jual mahal." "Harga gaunku memang mahal, tidak ada yang murahan di hidupku kecuali ..." Jenar memandang Rula, dia mencoba menahan amarah. "Kamu," pungkasnya sadis dengan alis terangkat. Pada sabtu malam, Jenar diajak bertemu oleh Rula di salah satu cafe yang berada di pusat kota, katanya ingin membahas hal yang serius. Dia mulanya menolak, tetapi Rula terus saja mengganggu dan membuatnya kesal. Jenar lantas mengiyakan keinginan Rula dengan sebuah kesepakatan, di
Read more
Diikat Dengan Sebuah Kecupan
Mada menunduk, menatap cincin kawin yang melingkar dan tak pernah dia lepaskan lalu menghela napas panjang ketika ponsel yang berada di atas nakas berdering dengan cukup kencang. “Saya di apartemen. Ada apa?” tanya Mada saat mengangkat dering tersebut. Tangannya yang lain secara otomatis menarik selimut untuk menutupi punggung polos Jenar dan penuh bercak kemerahan karena ulahnya. “Bagaimana bisa papa naik ke lantai apartemen saya? Siapa yang memberikan kunci prib—oh, saya meninggalkan kunci cadangan di ruang kerja?” tanya Mada yang tidak jadi marah besar meski untuk saat ini kepanikan tercetak jelas diwajahnya. Buru-buru dia menepuk Jenar, meminta agar perempuan itu terbangun padahal baru terlelap setelah malam panjang yang mereka lewati. “Baik, terima kasih,” pungkasnya dengan mengakhiri panggilan serta memijat kening lalu fokus membangunkan Jenar yang tertidur seperti batu, diam tak bergerak. “Jenar! Jenar, bangun! Sembunyi. Sembunyi sek—” “Mada? Mada Lawana?” panggil Oscar y
Read more
Hadiah untuk Nona Sekretaris
"Selamat siang, Mbak Jenar. Di bawah ada paket baru datang untuk Pak Mada, ukurannya cukup besar. Ingin diambil sekarang atau kurirnya aku suruh untuk ke atas saja ya, Mbak?" Jenar terdiam sejenak sebelum mengusap tengkuk, kenapa jika ada kiriman untuk Mada, dia tidak tahu sama sekali? "Tolong katakan kepada kurirnya untuk menunggu.” Dua minggu sudah Jenar resmi menjadi sekretaris Mada dan tugas utamanya adalah menyediakan segudang hal untuk si lelaki serta memastikan bahwa hari-hari si pria berjalan lancar. Jenar harus terbiasa untuk membuatkan kopi dengan takaran satu pertujuh sendok kopi di pagi hari sampai mengurus menu makan siang serta memberikan laporan cuaca kepada presdir penggoda satu ini. "Bagaimana, Mbak Jenar?" “Tunggu, jangan langsung di suruh ke atas," sergah Jenar karena dia tahu bahwa Mada tidak suka ada orang asing tanpa izin yang menyeruak masuk ke lantainya tanpa izin. "Sudah aku sampaikan ke kurirnya, Mbak Jenar." Meski sempat tertekan dengan ritme kerja Ma
Read more
Aku Ingin Mencumbu Dirimu
“Jadi, besok malam tidak akan ada Jenar Suksma Arawinda maupun Nona Penggoda,” ucap Mada dengan menggosok kedua tangan di atas paha. Dalam keheningan yang tercipta, Mada menggerakan dagu ke arah Jenar yang masih memperhatikan dengan saksama gaun serta topeng tersebut. “Jika bukan Jenar ataupun Nona Penggoda,” jedanya dengan bersemu merah jambu sebelum menatap Mada dengan lebih serius. “Aku harus menjadi siapa, Pak Mada?” Pria dihadapannya menjawab dengan cukup tegas, hanya dua kata yang dia sampaikan dan membuat Jenar merasa bulu kuduknya meremang. “Orang lain.” Jenar terhenyak mendengar penuturan dari Mada, dia terdiam sejenak lalu memperhatikan si presdir yang bahkan tidak tersenyum sama sekali, nampak begitu serius menyampaikan tujuannya. “Apakah ini lelucon?” “Apakah aku terlihat seperti sedang bercanda, Jenar?” Mada mengangkat sebelah alisnya hingga Jenar buru-buru menunduk. “Take it or leave it. Kalau kamu setuju, silakan bawa dua kotak itu ke tempatmu bekerja. Jika tid
Read more
(Mendadak) Kesayangan Presdir
Mobil mewah dengan kaca gelap itu masih melaju dengan perlahan memasuki area tempat charity berlangsung. Jenar duduk dengan anggun sambil memandang kotak berisikan topeng sedangkan Mada di sebelahnya terus mengingatkan Jenar dengan berisik. “Jenar, ingat apa yang aku katakan tadi, aku akan memanggilmu dengan sayang," kata Mada mengingatkan dengan memutar tangan di atas kemudi sebelum Jenar berdeham. "Aku harap kamu tidak mengartikannya berbeda." “Nasi jatuh juga bisa dipanggil sayang,” balas Jenar serampangan kepada Mada yang menggeleng pelan lalu membasahi bibir. “Jangan berbicara kepada siapapun jika tidak ada aku disampingmu, kamu harus diam, anggaplah sedang menjadi patung.” "Oh tentu saja," balas Jenar dengan mengedarkan pandang ke arah luar, memandang para tamu undangan yang tampil semarak dengan gaun mewah serta tukedo yang nampak pas di badan lalu dia menghela napas gusar. Bagi Jenar, ini adalah dunia yang berbeda dan baru baginya. Bagi Mada, ini adalah dunia yang memua
Read more
Sebetulnya, Siapa Dia?
[Rula : Jenar, bagaimana? Apa kamu masih tidak bisa mempertimbangkan untuk memberikan gaun pengantinmu padaku?]Pertanyaan yang disampaikan oleh perempuan tadi kepada Jenar mengudara begitu saja.Suasana menjadi kelewat canggung apalagi setelah Jenar mengintip notifikasi yang muncul di bagian atas ponselnya yang menunjukan nama Rula di sana hingga dirinya dibuat emosi tidak karuan.‘Sialan,’ tukasnya merutuk dengan pelan.‘Dasar lintah tidak tahu diri, masih saja ingin mengambil apa yang menjadi milikku.’“Bianca?” ulang suara tadi hingga Jenar buru-buru mengangkat pandang untuk menatap pihak yang mengajaknya berbicara tadi.“A—apa?” balas Jenar sebelum Mada menggeleng pelan sehingga dia kembali diam.“Aku sudah lama tidak melihatmu, terakhir kali kita bertemu empat tahun lalu dan kamu memilih menetap di luar negeri bersama dengan Mada setelah menikah, kamu lupa denganku?” rentet pihak tadi dengan penuh rasa ingin tahu.“Istriku—”Mada baru akan membuka suara sebelum pihak yang mengaj
Read more
Gadis Bergaun Merah
Jenar terpojok, ingin lari juga tidak bisa. Mendadak dirinya menyesali langkah yang diambil.“Mada tidak akan mendengarmu.""Mada akan mendengar teriakanku atau orang lain akan melakukannya, jangan macam-macam, sialan!" balas Jenar, berusaha terdengar keras dan mendominasi padahal dia sudah ingin mengompol.Dia kembali melupakan apa yang dikatakan oleh Mada tentang jangan berucap apapun jika tidak sedang bersama dengan si pria.Seharusnya Jenar mempercayai Mada dan tidak bertindak sesukanya seperti ini.Sekarang, ketika dirinya berada di dalam bahaya, di mana Mada untuk menolongnya?Dasar teledor, jika sudah kesulitan begini, Jenar baru sibuk mencari Mada."Silakan menjerit dengan kencang, aku akan menunggu,” bisik si lelaki dengan santai kepada Jenar yang terus meronta-ronta dengan hebat ditemani oleh kencangnya angin malam.“Lepas!” geram Jenar.“Berhenti menjambak diriku, dasar persetan!” sambungnya penuh ceracau karena hanya itu yang dapat dirinya lakukan untuk sekarang.“Oh, kamu
Read more
DMCA.com Protection Status