47. Pria Paling Setia
Aku sarapan seorang diri dengan tidak bernafsu sama sekali. Entah apa alasan Dewangga memasangkan gelang itu di kakiku, sementara kami telah sepakat untuk kembali seperti dulu.Ruri menghampiri, ia duduk di kursi berseberangan. Ia tidak ikut makan sama sekali, hanya menatapku dengan lamat-lamat. Aku jadi semakin tidak bisa menikmati.“Apa salahku?” Ruri bertanya dengan bingung.Aku tetap tidak ingin menjawab. Mendengar pertanyaannya membuatku begitu jengah. Seolah ia tidak tahu mengapa aku bersikap seperti ini. Sudah jelas karena ia membuatku salah paham dengan semua perhatian dan kelembutan yang ia berikan.Saat makan siang, ia juga kembali menghampiri, menanyakan hal yang sama. Di mana letak kesalahannya. Namun, aku tetap enggan untuk menjawab.Saat makan malam, ia datang lagi. Namun, kali ini ia tidak ada bertanya sama sekali. Hanya duduk dan diam menyaksikan. Ia tidak beranjak sebelum aku beranjak lebih dulu.Ruri ikut bangkit setelah aku bangkit. Ia mengekor di belakang. Seolah m
Baca selengkapnya