All Chapters of Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku: Chapter 31 - Chapter 40
40 Chapters
Bab 31. Jangan Buat Aku Bertanya-Tanya
"Terima kasih, Mas. Kalau nggak ada Mas, aku pasti masih ada di dunia hitam itu," ucap Gunawan pada Dumadi temannya yang akhirnya dia temui setelah sekian lama."Eh, kenapa harus minta maaf kepadaku?" tanya Dumadi lalu terkekeh.Pertemuan itu akhirnya jadi pertemuan yang manis karena Gunawan memang sudah lama tidak melihat sosok teman yang selalu saja membantunya selama hidup.Gunawan juga berterima kasih pada dukun yang dia tau masih berhubungan dengan Irawan, yang masih menjadi misteri andilnya di kehidupan baru mereka ini."Kamu pasti lelah, kenapa tidak tidur dulu," potong Dumadi lalu melirik ke arah Jaka yang nampak bingung di tengah percakapan ayah dan temannya ini."Tidur?" Jaka menghela nafas panjang sebelum akhrinya bangkit dari tempat duduknya. "Ya, aku akan tidur. Sebentar saja.""Lama juga nggak papa," imbuh Gunawan yang memang ingin bertanya banyak pada teman dukunnya itu."Oh," Jaka lalu melangkah menuju kamar dan mulai membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur nyaman y
Read more
Bab 32. Bertemu Irawan Lagi
"Baik, kalau begitu aku akan segera pergi ke pabrik,"Dumadi tersenyum mendengar perkataan Jaka yang begitu bersemangat setelah dia menuturkan apa yang akan terjadi hari ini.Dia bisa tau semuanya, karena pria tua ini memiliki kemampuan meramal hingga tidak sulit baginya membaca apa yang akan dihadapi Jaka sejam yang akan datang.Setelah bersiap, Jaka bergegas pergi ke pabrik bersama Dumadi dengan berjalan kaki. Setiba di pabrik, dua orang pria berbaju polisi nampak berdiri di gerbang pabrik kemudian mencegat Jaka yang datang dengan mengendarai sepedah motornya."Selamat pagi," Pria berbaju polisi itu kemudian memasang posisi hormat ke arah Jaka membuat kening pemuda ini berkerut."Pagi, ada apa ya, Pak?" tanya Jaka lalu menghentikan motornya."Kami dari kepolisian. Semalam ada pencurian di pabrik sehingga pabrik di tutup untuk sementara selama proses penyelidikan," jelas polisi tadi dengan wajah yang begitu serius."Astaga," gumam Dumadi yang berdiri di samping Jaka. "Setahuku tempat
Read more
Bab 33. Terlalu Menyebalkan
"Tidak, Pak. Dia datang untuk membantuku saja." jawab Jaka sambil menggaruk tengkuknya. "Jangan marah,""Tidak, aku tidak marah. Hanya merasa aneh saja, kenapa ada mahluk astral di sini," Danu lalu menarik tangan Jaka menuju ruangannya lalu mempersilahkan bawahannya itu duduk di kursi seberang mejanya. "Ada apa?" tanya Jaka yang tidak mengerti maksud dari Danu."Begini," Danu lalu mengatakan maksud hatinya sambil berbisik agar teman kerja Jaka yang lain tidak mendengarkan perkataan mereka. "Jadi aku rasa dia ada main di pabrik ini," tutur Pak Danu dengan suaranya yang marah."Astaga, dia lagi,""Benar," Danu menghela nafas berat lalu menoleh ke arah kantor tempat seseorang masuk dan mengacak-ancak tempat itu malam tadi. "Entah apa maksudnya,"Saat Danu nampak begitu marah, Dumadi nampak mendekat. Dia lalu duduk di samping Danu yang hanya terdiam meski tau kedatangan Dumadi untuk membantunya menyelesaikan masalah yang belum terpecahkan itu."Aku rasa Bapak lebih baik pergi dari pabrik
Read more
Bab 34. Kita Lawan Bersama
"Jangan, Mas. Kita tidak boleh melawannya sendirian," pinta Bowo pada temannya. "Kalau kamu lawan sendiri, aku takut dia akan semakin beringas,"Jaka manggut-manggut mendengar perkataan Bowo. Dia tau temannya ini sangat baik hingga rela melakukan apapun untuk membantunya. "Jadi kamu mau membantuku?""Ya, tentu saja. Aku sudah sampai di sini, jadi sudah layak rasanya aku membelamu sampai selesai,""Ok,"Mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka mengantarkan peti mati untuk hari ini. Memang kalau Bowo tidak mengantarkan barang, itu sama saja dengan dia tidak dapat upah hari ini, karenanya dia akan tetap pergi meski sebenarnya dia enggan.Setiba di halaman rumah duka, mata Jaka segera menyapu sekeliling. Dia berusaha tau rumah siapa ini sebelum turun dari mobil yang dia kendarai."Kamu kenal rumah ini?" tanya Bowo saat mata Jaka terus saja mencari tau siapa empu dari rumah mewah berlantai dua yang cat rumahnya sudah pudar.Jaka tidak menjawab, dia hanya memarkirkan saja mobil yang di
Read more
Bab 35. Terjebak Di Ruang Sesajen
Brak!"Buka pintunya!" Teriakan dari luar ruangan itu membuat Jaka benar-benar kehilangan akal untuk menghadapi masalah ini. Dia benar-benar tidak meyangka jika perintah saudaranya itu justru membuatnya dalam masalah."Hey, kami tau kamu ada di dalam!" "Astaga!" Jaka terperanjak mendengar perkataan yang terdengar di luar ruangan tapi hal yang lebih membuatnya kaget karena dia mengelai suara itu adalah suara Irawan, si polisi yang jahat itu."Jadi ini benar-benar rumah Irawan?" tanya Jaka pada Rani yang menatap tajam ke arah pintu."Memangnya sejak tadi kamu pikir ini rumah siapa?" ketus Rani pada Jaka yang dia anggap begitu lambat memahami masalah yang sedang mereka hadapi. "Aku sudah bilang kan kalau itu sesajen milik orang jahat yang selalu berlaga seperti orang yang tersakiti. Dia itu penyebab kematianku, ayahmu dan kerabat kita yang lain!" jelas Rani dengan penuh penekanan."Dia sejahat itu!" Jaka meremas jemarinya, menatap ke arah pintu dan mulai melangkah.Rasanya ingin sekali
Read more
Bab 36. Mencari Alasan
"Ada apa lagi?" tanya Jaka dengan senyum tipis berharap bisa lepas dari dugaan yang sedang ada di kepala sepupunya."Kamu orang yang menghancurkan ruang sesajenku, kan?" tanya Irawan sambil melangkah mendekati Jaka yang masih saja memutar matanya mencari jalan keluar."Apa? Aku cuma datang untuk antar peti saja, kok. Ini sudah selesai jadi aku bisa pulang sekarang," tutur Jaka."Hahahaha! Pintar sekali kamu menyembunyikan kebohonganmu, Jaka!"Jaka menyipitkan matanya kemudian memutar padangannya ke arah sesosok tubuh kaku yang berada di ruang tamu tempatnya kini berada. Sesekali matanya menajam ke sosok itu untuk tau siapa lagi yang meninggal di keluarga aneh ini. "Siapa dia?" tanya Jaka sambil menunjuk arah sorot matanya. Pertanyaan singkat itu membuat Irawan terlihat goyah dengan pertanyaannya. Matanya berputar ke sekeliling ruangan seakan kini dialah yang sedang disidang oleh Jaka. "Mhhh!" Tenggorokan Irawan terasa kering seperti sedang dicekik oleh dua tangan Jaka yang terlihat m
Read more
Bab 37. Kartu Mati Irawan
"Apa?" tanya Bowo tapi Jaka tidak menjawab.Wajahnya datar lalu bangkit dari tempatnya terduduk kemudian berdiri dengan tegap. Dia memutar badannya ke arah mobil diikuti Bowo yang masih tidak mengerti maksud dari perkataan temannya ini.Jaka masih saja terdiam saat mobil yang mereka kendarai bergerak meninggalkan rumah Irawan. Sesekali Jaka terlihat tersenyum lalu kembali datar seakan tidak mau Bowo tau isi kepalanya.Lama saling diam, Bowo jadi penasaran juga. Dia lalu menyenggol bahu Jaka dengan ujung telunjuknya lalu melirik tajam ke arah pria yang sedang menyetir itu. "Kamu mikirin apa? Masa aku nggak boleh tau,""Itu," jawab Jaka singkat."Ahh! Kenapa sih harus misterius gitu. Aku tuh nggak ngerti maksud Mas,"Hahahaha!Jaka menertawakan wajah Bowo yang begitu bingung dengan perkataannya lalu menggangguk sebelum akhirnya memutar stir mobil ke lajur kiri tanda mereka sudah hampir tiba di tujuan. "Nanti aku cerita di rumah. Pokoknya kamu tenang aja,"Bowo kembali duduk dengan bersa
Read more
Bab 38. Roro Kembali
"Roro?" Jaka kaget bukan kepalang ketika menyadari suara itu benar berasal dari istrinya yang sedang hamil tua. Roro berjalan sambil memegangi punggungnya yang semakin pegal dengan bobot calon bayinya yang semakin besar lalu berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan kekagetan di wajah suaminya.Wanita hamil itu lalu melangkah perlahan menuju kamar lalu menutup pintu perlahan tanpa mengucapkan sepatah katapun."Dia pulang?" tanya Jaka masih tidak percaya jika Roro tiba di rumahnya."Iya, Mas. Istrimu pulang," jelas sambil menelan salivanya."Aduh, gimana istrimu ini, Ka. Sudah bagus dia tinggal di kampung ayahnya. Kenapa pake pulang?" Gunawan menghela nafasnya lalu menunggu sampai Jaka memutar badannya menuju kamar barulah Gunawan mengikuti langkah putranya."Tapi aku bilang apa sama dia?" tanya Jaka masih tidak tau apa yang harus dia lakukan."Suruh dia pulang ke kampung ayahnya," tutur Gunawan dengan wajah yang tidak kalah cemas dengan wajah putranya."Tapi..." Tangan Jaka me
Read more
Bab 39. Mengelak
"Kenapa diam?!" teriak Roro seakan sudah tau isi kepala suaminya. "Kamu masih berurusan dengan pria jahat itu, kan? Jawab?!" desak Roro semakin menyeramkan.Jaka yang dasarnya pria penakut itu langsung terdiam menyadari jika wanita hamil yang berdiri di depannya ini sudah tau apa yang dia perbuat selama dia tidak di rumah. Roro langsung berdiri dan bertolak pinggang di depan Jaka dengan mulut yang terus berucap dengan deras seperti hujan badai yang entah kapan redanya.Melihat putranya diomeli istri, Gunawan iba juga pada Jaka. Di benak Gunawan, susah payah dia mendidik putranya tapi malah dapat omelan dari istri untuk hal yang dia perintahkan. Tangannya sesekali mengepal seakan siap untuk meremas bibir Roro yang begitu lancang memarahi Jaka tapi dia tau kemarahannya tidak akan berguna di saat ini. Gunawanpun hanya bisa diam sambil menunggu kapan kiranya Roro akan berhenti bicara sampai akhirnya...."Kamu ini suamiku bukan, sih? Kalau suamiku, nurutlah sama kata-kata istri! Paham!" te
Read more
Bab 40. Kelahiran Rio
"Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Gunawan melihat kegalauan di wajah putra tunggalnya yang semakin tebal."Entahlah." Helaan nafas keluar dari hidung Jaka dan kepalanya miring ke kiri mencoba untuk lebih rilex sesaat. "Huftt!" Nafasnya terdengar berat dan Gunawan tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Jaka yang masih tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang.Saat mata Jaka menyipit tiba-tiba suara motor Bowo terdengar mendekat. Meski masih jauh, Jaka bisa mengenali suara mesin butut itu sebagai motor milik kernet yang selama ini bekerja bersamanya di pabrik peti mati."Mas!" teriak Bowo lalu melangkah masuk ke dalam ruangan yang lampunya belum sempat dinyalakan oleh empunya rumah."Apa," jawab Jaka yang malas berdiri meski tangan Bowo begitu kuat menariknya."Kita harus ke puskesmas," jelas Bowo masih menarik tangan suami Roro itu. "Hah!" Jaka berdiri lalu menegakkan tubuhnya. "Apa maksudmu?"Bowo tidak menjawab. Dia hanya menarik tangan Jaka kuat agar mau beranja
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status