Semua Bab Kekasih Rahasia Sang CEO : Bab 31 - Bab 40
94 Bab
Bab 31 Selalu Membuatku Bergairah
Tepat jam sebelas malam, akhirnya Daren dan Anna sudah selesai meminum beberapa anggur merah. Hingga membuat keduanya mabuk cukup berat. "Aakkkhhh kepalaku pusing sekali," keluh Anna yang masih punya sedikit kesadaran diri setelah mereka sampai di dalam kamar, yang tadi di bantu oleh Rudi dan beberapa orang lainnya. "Ekhhmm tubuhku panas sekali," Daren memulai melonggarkan dasi yang melingkar di kemeja, lalu melemparkan ke sembarang arah. Anna yang baru saja merebahkan diri, saat merasa pusing dengan cepatnya ia bangun. saat melihat bosnya yang seolah akan tidur sana.Melihat Anna yang tengah terbaring dengan pose yang begitu seksi, seketika membuat hasrat yang ada di dalam diri Daren terpancing lagi. BRUUUKK!Dalam keadaan setengah sadar, Anna sangat terkejut saat melihat bosnya, yang tiba-tiba saja terbaring di dalam ranjang yang sama dengannya. Tak ingin lagi terulang dengan cepatnya Anna berusaha untuk menjaga jarak dengan cara beranjak dari ranjang berukuran king size itu. N
Baca selengkapnya
Bab 32 Kau Harus Terbiasa
Pagi hari yang cerah, cahaya matahari menyinari gordeng. Anna yang masih tertidur pulas dalam keadaan tubuh polos yang hanya di baluti selimut putih. Perlahan wanita cantik itu membuka kedua pelupuk matanya. "Aiiistt, sakit sekali," keluh Anna yang merasa jika tubuhnya terasa begitu remuk. Baru saja Anna membelikan badan, dia sangat terkejut saat melihat Daren yang masih tertidur pulas tepat di sampingnya. "Dia!" Anna berusaha mengingat tentang mereka berdua semalam. Meskipun ini bukan untuk yang pertama kalinya tapi bagi Anna semuanya benar-benar membuatnya tak habis pikir. Anna bahkan merutuki diri sendiri bagaimana bisa dirinya bisa tergoda dengan sosok bosnya, yang semakin dia lihat pria itu malah terlihat lebih tampan dan mempesona. "Anna! kau ini benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa aku malah..." batin Anna yang merutuki dirinya sendiri, karena merasa sangat malu dan cangung. Anna segera menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan segera beranjak dari atas ranjang
Baca selengkapnya
Bab 33 Posesif
Renata terlihat begitu senang, saat kepulangannya di sambut hangat oleh ibu mertuanya. Setelah makan bersama dia terlihat begitu bersemangat saat memasuki kamarnya yang berada di lantai dua. "Akhirnya sampai juga di rumah, perjalanan yang sangat melelahkan. Tapi aku rasanya aku sudah tak sabar ingin ketemu dengan mas Daren," gumam Renata seraya merebahkan diri di atas ranjang. Melihat suasana kamar yang begitu rapih, membuatnya lebih bahagia. Karena Daren terlihat masih seperti yang dulu. Rajin dan juga gila kerja. "Mas Daren katanya sedang ada di luar kota, apa aku telpon saja ya? eh tapi rasanya nggak jadi kejutan dong kalau di kasih tahu sekarang." Kata Renata yang memutuskan untuk pergi menemui suaminya besok di kantor. Melihat foto pernikahannya yang terpajang di atas meja, membuat Renata begitu senang lalu dengan erat memeluknya. "Pokonya kali ini aku harus berhasil bagaimana pun caranya," gumam Renata dengan penuh keyakinan. Satu pesan masuk dari Ronald Membuat Renata sedik
Baca selengkapnya
Bab 34 Hadiah Istimewa
Setelah duduk bersama dan menyantap makan, Daren tak lupa mengingatkan Anna kembali agar tidak dekat dengan Dirga. "Kau harus ingat Anna, Dirga adalah sepupuku. Aku lihat dia sangat tertarik padamu. Jadi jika dia mencoba untuk mendekatimu lebih baik kamu menjaga jarak dengannya," peringat Daren dengan nada ketus dan mode wajah serius. Anna yang tengah makan pun sejenak menjeda aktifitasnya sejenak, lalu menatap bosnya dan memberanikan diri untuk bertanya lebih jelas lagi. "Memangnya kenapa tuan? aku lihat dia seperti orang baik, tadi dia hanya ingin berkenalan saja, tapi anda kenapa terlalu menanggapinya serius?" tanya Anna yang begitu penasaran. BRAKKK!"Aku bilang jangan dekat ya jangan, lagi pula kau adalah wanitaku Anna. Karena semalam kamu telah membuatku senang dan puas. Maka aku akan memberikanmu sedikit hadiah," Daren mengebrak meja karena kesal. Lalu dia mengeluarkan sebuah kotak merah yang ada di dalam saku jasnya. Anna terdiam dan sedikit terkejut saat melihat bosnya ya
Baca selengkapnya
Bab 35 Tuntutan Ibu Mertua
Beberapa jam kemudian, Daren dan Anna yang baru saja sampai terlihat lelah. Ingin rasanya Anna bertanya tentang suara wanita yang tak sengaja ia dengar. Tapi rasanya ia tak berani."Kau ingin aku antarkan ke mana Anna?" tanya Daren. Anna terbuyar dari lamunannya saat Daren melontarkan pertanyaan kepadanya. Melihat Anna yang terlihat gugup membuat Pria berprofesi sebagai CEO itu terheran. "Turunkan aku di rumah sakit saja tuan," pinta Anna. Tanpa banyak bicara lagi Daren pun memberikan perintah Rudi, Rudi yang sudah paham segera melaju ke arah rumah sakit tempat di mana ibunya Anna di rawat. Disepanjang perjalanan Anna hanya terdiam, dan terus memikirkan suara wanita yang masih terngiang jelas di telinganya. Meskipun awalnya dia tidak ingin tahu tentang pribadi bosnya tapi entah kenapa akhir-akhir selalu menjadi sebuah pertanyaan yang membuat Anna sedikit penasaran. "Ck, Anna! kenapa kamu terus memikirkan suara wanita tadi? siapa pun dia lagi pula bukan urusanku," batin Anna yang m
Baca selengkapnya
Bab 36 Aku Merindukanmu
Tepat jam sepuluh malam, suara mobil terparkir terdengar. Renata yang sudah menunggu dari tadi terlihat begitu antusias. "Bu, sepertinya mas Daren sudah pulang. Aku ingin memberikan sebuah kejutan untuknya," ungkap Renata lalu menyimpan nampan yang berisikan jamu yang khusus di buat oleh ibu mertuanya. Nyonya Hilda ikut senang karena akhirnya Daren pulang juga, dia tak lupa juga mengingatkan Renata agar meminum jamu yang telah dia sediakan."Renata, ibu ke bawah dulu. Kamu harus ingat Daren memang sedikit cuek. Tapi ibu harap kamu harus sabar menghadapi sikapnya," imbuhnya. "Iya Bu, ibu tenang saja. Lagi pula aku dan mas Daren baru bertemu lagi semoga dia sudah sedikit berubah," balas Renata dengan penuh harap. Setelah ibu mertuanya pergi, Renata terlihat begitu sibuk mempersiapkan diri menatap penampilan dan menyemprotkan parfum wanita yang termahal sebagai dia beli kemarin. "Semoga mas Daren suka dengan parfum yang aku pakai ini, sudah satu tahun aku tidak bertemu dengannya. Ke
Baca selengkapnya
Bab 37 Masih Penasaran
Renata duduk di atas ranjang, meskipun dia sedikit kecewa karena sang suami malah menyuruhnya keluar, tapi demi menjadi istri yang baik Renata mengambil inisiatif untuk menyiapkan piyama tidur Daren. "Aku harus lebih sabar lagi," gumam Renata yang terus menyemangati diri sendiri. Tanpa ingin memperlihatkan kesedihan dan kekecewaannya. Baru saja Renata selesai menyimpan piyama untuk sang suami, tiba-tiba saja Daren yang baru saja selesai mandi membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Saat melihat ketampanan suami yang sangat dia cintai. Klek Pintu terbuka dan tertutup kembali, Renata tergugu dan memancarkan senyum sumringah di bibir merah merekahnya. "Mas kamu mandinya sudah selesai?" tanya Renata yang segera menghampiri."Iya," jawab Daren dengan nada datar, Renata tersenyum seraya meraih dan memegang lengan suaminya lalu mengambilkan piayama. "Mas aku sudah siapkan piayama kamu, oh iya lihat ibu sudah membuatkan jamu untukmu, di minum dulu mas lalu kita turun ke bawah untuk ma
Baca selengkapnya
Bab 38 Keinginan Renata
Kediaman WijayaSetelah Daren selesai mandi, Renata begitu bersemangat saat berjalan dengan suami yang sangat dia kagumi dan sangat dia cintai itu. Mereka berjalan bersama menuruni tangga menuju ke arah meja makan yang berada di lantai bawah. Terlihat nyonya Hilda dan tuan Wijaya yang sedang duduk menunggu putra dan menantunya, kedua paruh baya itu sangat senang saat melihat Daren dan Renata yang saat ini sudah berkumpul lagi. "Ayah, ibu. Maafkan kami karena kalian sudah menunggu lama," sesal Renata yang menghampiri seraya memegang lengan Daren dan dari tadi seolah enggan melepasnya. Nyonya Hilda yang begitu senang, setelah menantunya yang baru saja pulang dari paris akhirnya bisa berkumpul kembali dengan putra sulungnya. "Renata sayang, kamu tidak usah minta maaf ayo sekarang kalian duduklah. Setelah lama kita tidak berkumpul malam ini lihatlah ibu sudah menyiapkan makanan kesukaan kalian," ujar nyonya Hilda dengan penuh semangat. "Iya Bu," Renata begitu senang, dia dan Daren du
Baca selengkapnya
Bab 39 Begitu Agresif
Daren terdiam, saat ibunya terus saja menekan dirinya untuk memberikan seorang cucu. Tak ingin banyak di nasehati lagi dia hanya menganggukkan kepala. "Iya Bu, kami akan berusaha," jawab Daren singkat dengan wajah datar yang kembali melanjutkan makannya. Mendengar jawaban suaminya, Renata begitu bahagia. Dia tidak menyangka jika Daren yang dulu begitu dingin terhadapnya akhirnya hari ini seperti menunjukan perubahan sikap di depannya. "Ya ampun, kenapa jantungku berdegup sangat kencang seperti ini saat aku membayangkan jika mas Daren benar-benar sudah serius ingin memiliki seorang anak. Jadi kemungkinan aku akan menjadi nyonya Daren seutuhnya," batin Renata. Nyonya Hilda dan tuan Wijaya terlihat begitu puas dengan jawaban putra sulungnya. Tak lupa kedua paruh baya itu mengingatkan jika cucu pertama mereka lahir maka mereka akan memberikan beberapa saham perusahaan pada Renata. Hal itu tentu saja membuat wanita berprofesi model itu tampak antusias. "Ayah, ibu. Renata sangat senang
Baca selengkapnya
Bab 40 Cuek Dan Dingin
"Tentu saja Aku sangat merindukanmu Renata, sudah ini sudah malam aku sangat lelah beristirahatlah," Daren mulai merebahkan diri di samping Renata. Melihat suaminya yang tidur lebih dulu, membuat Renata sangat kecewa padahal sudah susah payah dirinya berdandan dengan sangat cantik malah yang di harapkan tidur dulu. Tapi bagi Renata itu tidak masalah, ada banyak waktu untuk meluluhkan hati suami yang sangat dia idam-idamkan selama ini. "Sabar Renata, nanti juga Daren pasti akan patuh seperti para pria lainya. Tak ingin membuat Daren merasa tak nyaman, Renata pun tanpa banyak bicara mulai menyusul dan tidur di samping Daren dengan perasaan yang sudah menggebu-gebu. "Mas, kenapa kamu membelakangi aku? kita kan sudah jadi suami istri, untuk apa kamu malu," goda Renata seraya memeluk Daren dari belakang dengan kedua jemari lentiknya. Jantung Daren berdegup sangat kencang, saat tangan Renata menggerayangi dada bidangnya dengan begitu agresif. Entah kenapa Daren malah tiba-tiba ingat pada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status