Aku langsung melirik ke belakang, betapa terkejutnya melihat Delia terjengkang menabrak kursi kursi para tamu, bahkan bajunya kotor terkena minimum, kirain tadi Gia yang jatuh."Alan!""Alan! Istrimu nih dorong aku!" Teriak Delia."Engga, Mas, aku nggak dorong kok, kaki Mbak Delia tadi yang menghalangi jalanku, dia terjatuh karena nggak sengaja badannya mau aku pegang.""Alah, dia bohong, Lan."Aduh, aku jadi bingung siapa yang bohong dan jujur masalah ini? Tapi kan dari tadi Delia buat gara gara terus, ini pasti dia yang mulai, tapi mungkin juga Gia yang mulai karena dia cemburu pada Delia, ah aku jadi pusing sendiri."Ya udah, kamu nggak apa apa kan, Del?""Sakit nih pinggangku, Lan." Dia dibangunkan orang orang sekitar."Nanti juga sembuh sendiri kok itu, kalau gitu aku makan dulu ya, Del. Yuk, Gi."Walaupun tak tega aku pun terpaksa mengacuhkan nya, bisa dianggap pebinor kalau aku terus terusan menolong Delia di depa

"Eh engga apa apa kok, Ma, kita masuk dulu ya, yuk, Mas." Gia langsung narik tanganku masuk ke dalam, udah pasti mama sedang memperhatikan kami, mau nengok tapi takut dia melotot, udahlah jalan aja terus."Aneh banget ya, Mas." Gia duduk di kasur sambil menghela napas, sebenarnya aku kasihan pada bocah itu, dia pasti penasaran rasanya malam pertama."Yang sabar ya, Gi, apa kamu nyesel nikah sama Mas?"Aku nggak sanggup kalau dia jawab iya."Engga kok, Mas, kita jalani aja ya, semoga obatnya bagus dan ular pitonnya bisa bangun." Gia malah nyengir.*Malam hari aku terbangun karena kebelet kenc1ng, suasana di luar gelap lalu tiba tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang."Ayam! Ayam!"Aku langsung terperanjat lalu balik badan."Aaarggh!"Aku berteriak dengan suara pelan sambil mundur.Buset, apaan itu, kuntilanak? Mukanya putih dan bajunya juga putih."Ini Mama, bukan setan!" Aku langsung mengelus dada."Lagian ngapain malam malam dandan begitu, mau nakutin tuyul?""Enak aja, sin

Gia langsung merubah raut wajahnya, emang nih ya si mantan ganggu mulu, orang baru aja baik baikan ah."Kalau mau ketemuan ya ketemu aja, Mas." Hem, ngebolehin tapi mukanya kecut begitu sama aja bohong."Engga ah ngapain.""Ya kangen kangenan.""Cie cemburu yaa." "Ngapain cemburu, engga berhak."Gia langsung meninggalkanku sambil cemberut.[Maaf, Del, aku nggak bisa]Kubalas pesan Delia, mulai sekarang aku mau bertaubat dan jadi cowok baik baik [Ini penting, Lan, kamu lihat kan foto tespek itu]Dasar Delia aneh ngapain juga dia ngirim-ngirim foto tespek seperti itu, mau pamer, ah sory aku nggak panas sama sekali.[Mau ngapain sih? Kalau kamu hamil ya udah apa emang aku harus tahu][Kehamilan itu ada hubungannya sama kamu, Lan, jadi please Kita mending ketemu dulu buat ngomongin semua itu]Apa maksudnya sih? Kenapa dia hamil ada hubungannya sama aku memangnya aku yang buat?[Nggak bisa, maaf][Ya udah kalau kamu nggak mau ketemuan di luar biar aku saja yang ke rumahmu]Malah gawat k

"Tapi kita beneran udah nikah kok, Pak, cuma nikahnya baru, jadi belom ganti identitas di KTP."Aku garuk garuk kepala, seumur umur baru kali ini diangkut ke truk, udah kayak pedagang kaki lima aja."Kalau gitu nanti salah satu keluarga bisa datang ke kantor sambil bawa surat nikah kalian." Bapak berseragam itu ngasih kode ke temannya buat menyeret kami ke atas truk "Pak, anda nggak bisa begitu ya, ini pencemaran nama baik!" Aku so tegas."Nama baik apa sih? Kau aja berduaan di sini sama anak di bawah umur, kau sendiri yang mencemarkan nama baikmu!" Buset bapak itu balik ngegas mana serem lagi, ah bodo amat aku tak boleh terlihat takut."Ya namanya juga sama istri bebas dong mau di sini kek mau di sawah kek.""Cepat bawa mereka!" Tegas si bapak pada rekannya, asem banget omonganku dianggap laler."Ayo, Bang, naik ke truk sana."Aku dan Gia pun tidak memiliki pilihan lain, naik ke atas truk itu berdesakan dengan remaja remaja yang ikut dirazia juga dan memang mereka tidak ada yang sud

Kami bertiga saling bengong, aku hanya bisa nyengir tak tahu harus bilang apa, lalu tiba tiba mama menepuk lenganku."Kamu sih bukannya bilang dari tadi."Lalu dia tersenyum pada wanita itu."Maaf ya, Mbak, saya kira tadi ini mobil kita, ternyata mobil kita di depan." Mama terkekeh."Oh gitu, iya engga apa apa." Dia tersenyum, untung nggak dikutuk jadi t4i sama cewe cantik itu."Kalau gitu kami permisi, Mbak.""Silakan, Bu."Kami berdua turun dari mobil perempuan itu dan langsung berpapasan dengan Nana dan Gia yang baru keluar dari rumah Pak Mirza."Kok kalian keluar dari mobil itu?" Tanya Nana."Salah masuk, mobilnya sama sih.""Ih nggak tahu malu, kalau yang punyanya marah gimana coba, bukannya lihat dulu," gerutu Nana."Mama tuh maen tarik tarik kupingku.""Oh jadi kamu nyalahin mama?!" Dia melotot, udah salah nggak mau disalahin pula ,dasar perempuan."Engga, Mah, Alan yang salah bukan Mama, mama mah nggak salah kok, iya kan, Gi?" Aku langsung nyengir sambil menatap Gia."Udah ah