All Chapters of Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Chapter 31 - Chapter 40
330 Chapters
Dibuat Mabuk
“Aku turut berduka istrimu meninggal,” ucap Bumi lantas menenggak minuman yang ada di gelas. “Terlambat,” balas Ansel yang kemudian juga menenggak minumannya. “Kamu berkata seperti itu untuk meledekku, hm?" Ansel menoleh Bumi yang masih menenggak minuman alkohol yang mereka pesan. Mereka pergi ke klub malam dan memboking ruang pribadi agar bisa minum berdua. Bumi menghela napas kasar mendengar ucapan Ansel, lantas menoleh temannya itu. “Bukan meledek. Aku benar-benar turut berduka saat tahu kalau dia ternyata meninggal setelah melahirkan,” ujar Bumi bersungguh-sungguh. Ansel pun tak menganggap serius ucapan Bumi. Dia kembali menenggak alkohol, padahal baru siang tadi dilarang dokter karena kondisi kesehatan. “Aruna kembali, kamu pun sudah bertemu dengannya. Apa kamu tidak berniat memperbaiki hubungan kalian lagi?” tanya Bumi sambil memandang cairan coklat yang ada di gelas, lantas menoleh Ansel yang diam. “Kamu duda, bebas tanpa ikatan. Kenapa tidak mencoba menjalin hubungan ka
Read more
Duda Tak Masalah
“Sudah bangun?” Ansel terkejut saat ada yang mengajaknya bicara, padahal baru saja terbangun di tempat yang entah belum diketahuinya. Dia merasa kepalanya pusing, bahkan pandangannya pun masih kabur hingga dia harus memulihkan seluruh kesadarannya. “Ini minum.” Ternyata Bumi yang ada di kamar itu. Dia mengulurkan segelas jus lemon untuk Ansel. Ansel menatap Bumi yang berdiri sambil mengulurkan segelas jus lemon. Dia pun menerima jus yang diberikan Bumi meski matanya masih susah untuk terbuka. “Terima kasih,” ucap Ansel lantas meminum jus itu. Bumi masih berdiri sambil memperhatikan Ansel minum, hingga setelah Ansel selesai minum, dia baru kembali bicara. “Semalam kamu mabuk berat sampai tak sadar. Aku mau mengantarmu pulang, tapi bingung cara menghadapi orang tuamu, jadi aku terpaksa mengajakmu ke sini. Lagian orang tuamu tidak akan menghukummu karena tidak pulang semalaman, kan?” Jelas di kalimat Bumi mengandung nada ledekan. Ansel hanya mencebik mendengar ucapan Bumi. Dia pun
Read more
Emily Hilang
“Ada apa, Ans?” tanya Bumi sambil membersihkan tangan. Bumi melihat Ansel yang panik setelah menerima panggilan. Dia pun memilih mendekat ke sahabatnya itu. “Emi hilang dari sekolah. Pengasuhnya dan guru juga bingung, aku harus ke sana untuk memastikan apa yang terjadi,” jawab Ansel yang terlihat tenang meski raut wajahnya seperti panik. Bumi melihat Ansel yang seperti bingung, dia pun mencoba untuk ikut membantu. “Biar aku antar kamu ke sekolah dan mencari putrimu. Jangan sampai kamu mengemudikan mobil dalam kondisi panik,” ujar Bumi. Ansel menatap Bumi yang dengan tulus ingin membantunya. Dia pun menganggukkan kepala setuju menerima tawaran Bumi. Mereka pun pergi ke sekolah Emily bersama. Di sana baby sitter dan guru sedang berada di ruang keamanan untuk mengecek Cctv sekolah. “Bagaimana bisa Emi hilang?” tanya Ansel begitu menemui guru dan baby sitter Emily. Semua yang ada di sana terkejut mendengar suara Ansel. Hingga guru Emily langsung mencoba menjelaskan. “Tadi Emi bil
Read more
Hanya Ingin Mami
Ansel memperhatikan Bumi yang sedang menghubungi Aruna, hingga akhirnya sahabatnya itu selesai bicara. “Runa bilang semalam putrimu memang menghubunginya, tapi karena Runa sudah tidur, jadi dia tidak menanggapinya,” ujar Bumi menjelaskan setelah bicara dengan Aruna. Ansel pun diam mendengar ucapan Bumi. Dia lantas kembali memperhatikan jalan, berharap bisa menemukan Emily segera. “Putrimu sangat menyukai Runa?” tanya Bumi lantas menoleh sekilas ke Ansel. “Mungkin karena Runa terlalu baik hingga Emi nyaman bersamanya,” jawab Ansel tanpa menoleh Bumi. Bumi kembali menoleh Ansel, lantas fokus lagi ke jalanan yang mereka lewati. “Aku tidak berusaha membujuk Runa untuk mau menemui Emi yang selalu menanyakannya. Bukan tidak ingin, tapi aku menjaga perasaan Runa sendiri. Bagaimana kalau dia menganggap jika aku hanya ingin memanfaatkannya sedangkan aku ini sangat buruk di matanya,” ucap Ansel tak terduga sama sekali. Bumi langsung menoleh mendengar ucapan Ansel yang terkesan terbuka tap
Read more
Maunya Kakak Cantik
Ansel dan Bumi berjalan cepat keluar dari lift. Aruna menghubungi mereka jika Emily ada di kantor Aruna, membuat dua pria itu langsung pergi ke sana. Bumi dan Ansel masuk ruang kerja Aruna, hingga melihat Aruna yang sedang menyelimuti Emily. “Runa.” Bumi memanggil Aruna, sedangkan Ansel hanya diam memandang tanpa berani menyapa. Aruna menoleh ke Bumi, hingga melihat Ansel yang berdiri di samping Bumi. Dia menatap sejenak ke Ansel, hingga kemudian langsung mengalihkan pandangan ke Bumi. “Dia baru saja tidur karena kelelahan,” ucap Aruna lantas menjauh dari sofa. Ansel mendekat ke sofa untuk melihat Emily. Dia pun merasa sedih dan bersalah, meski berusaha bersikap biasa. Aruna pun memilih mundur menghampiri Bumi untuk memberikan ruang ke Ansel. Ansel berlutut di samping sofa sambil memandang Emily. Dia benar-benar merasa bersalah karena membuat Emily sampai kabur dari sekolah. “Di mana kamu menemukannya?” tanya Bumi saat Aruna berdiri di sampingnya. “Dia jalan kaki ke sini. Tad
Read more
Sebuah Pesan
[Bagaimana kondisi Emi ….] [Dia baik-baik saja?] [Apa kata dokter?] “Ish ….” Aruna menghapus berkali-kali pesan yang diketiknya. Dia bingung apakah harus menanyakan kabar Emily atau tidak. “Jika tidak kutanyakan, aku penasaran bagaimana kondisinya. Jika aku tanyakan, apakah Ans akan besar kepala?” Aruna galau sendiri. Dia bimbang harus bersikap bagaimana. Dia sampai tidak sadar jika Bumi mengiriminya pesan sejak tadi karena sibuk mengetik dan menghapus berulang kali. Hingga di saat Aruna sibuk menghapus dan mengetik pesan berulang kali, terdengar suara ketukan pintu dari luar. “Masuk!” perintah Aruna mempersilakan. Siska terlihat diambang pintu yang baru saja terbuka. Dia hanya berdiri di sana dengan satu tangan masih memegang gagang pintu. “Ada apa?” tanya Aruna keheranan karena Siska tak langsung masuk. “Ada kiriman makanan, Bu.” Aruna mengerutkan alis mendengar ucapan Siska. “Kiriman makanan? Dari siapa?” tanya Aruna keheranan. “Ibu lihat saja,” jawab Siska lantas meno
Read more
Memohon
“Kamu Aruna, kan?” Aruna sedang berjalan di lobi. Dia terkejut saat ada seseorang yang menyebut namanya. Dia pun berhenti melangkah, lantas memandang wanita yang kini ada di hadapannya. “Iya,” balas Aruna sopan ke wanita itu. Aruna memperhatikan wanita itu. Dia seperti pernah melihat, tapi lupa di mana. “Aku mamanya Ansel,” ucap Ayana yang memang sengaja menemui Aruna. Aruna sangat terkejut mendengar ucapan wanita itu. Dia sampai gelagapan karena bingung harus bagaimana. “Apa kamu punya waktu? Apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Ayana sambil menatap penuh harap ke Aruna. Aruna masih tidak percaya kalau wanita itu menemuinya dan ingin bicaranya dengannya. Dia juga bingung kenapa Ayana harus menemuinya, sedangkan dia tak ada hubungan sama sekali dengan keluarga wanita itu. Hingga pikiran negatif muncul di kepala Aruna, mungkinkan Ayana datang karena masalah Emily. Aruna pun akhirnya menerima ajakan Ayana. Dia pergi bersama wanita itu untuk bicara berdua. Mereka pergi ke sebua
Read more
Isi Surat
‘Apa anak itu benar-benar darah dagingmu, Ans?’ ‘Menurutmu? Apa dia mirip denganku?’ ‘Jadi, dia bukan anakmu? Jawab, Ans. Jangan membuatku penasaran. Jangan tersenyum seperti itu.’ ‘Dia memang bukan anakku, tapi sejak dia lahir ke dunia ini, aku sudah berjanji ke Citra untuk menjaganya. Bukankah aku bodoh, sedangkan aku seharusnya bisa memberikannya ke keluarga Citra saja, tapi entah kenapa aku tidak bisa.’ ‘Kamu menikahinya karena dia hamil, tapi bukan hamil anakmu?’ “Hm ….’ ‘Kamu terlalu baik untuk menjadi seseorang yang jahat, Ans.’ ‘Aku lega, Bum. Lega bisa membicarakan apa yang sudah kupendam selama ini sendirian. Terima kasih mengajakku minum.’ Aruna kembali memutar rekaman suara yang diterimanya dari Bumi. Dia sudah mendengarkan berulang kali, membuatnya diam berpikir kenapa Ansel sampai melakukan itu serta apakah benar jika Ansel jujur saat bicara. Belum lagi pertemuannya dengan Ayana yang memintanya membantu memperbaiki hubungan dengan Ansel, membuatnya semakin berpi
Read more
Memberikan Yang Terbaik
“Sejak kecil aku sudah kehilangan sosok ayah dan kecewa kepada ayahku. Aku mungkin tidak bisa melihatnya lebih lama, tapi tolong tetap jaga dia, Ans. Dia akan kehilanganku, jadi jangan sampai dia kehilangan sosok ayah juga.” “Kamu pasti bisa bertahan. Kamu akan menjaganya dan merawatnya hingga besar.” “Aku merasa tak punya kesempatan itu, Ans. Aku belum bisa menebus kebaikanmu, maaf jika aku menambah bebanmu.” Ansel memejamkan mata setelah mengingat permintaan Citra sebelum meninggal. Dia mengembuskan napas kasar, lantas memandang Emily yang terbaring dengan selang infus terpasang di lengan. “Maafkan papi yang tidak bisa menjagamu, Emi. Seharusnya papi tidak mengekangmu,” ucap Ansel penuh penyesalan. Ansel menggenggam telapak tangan Emily, lantas mencium punggung tangan gadis kecil itu. Ayana berdiri sambil memperhatikan Ansel. Dia pun ikut sedih dengan kondisi Emily. “Bagaimana kondisi Emi?” tanya Deon yang baru saja datang. “Masih nunggu hasil labnya, semoga tidak ada masala
Read more
Menjenguk
Aruna datang ke rumah sakit saat pagi hari setelah melihat pesan yang dikirimkan Ansel. Dia masuk ruang inap Emily, hingga melihat gadis kecil itu berbaring miring, sedangkan Ansel tidur di kursi dengan menyandarkan kepala di tepian ranjang. Aruna mendekat perlahan karena tak ingin membuat Ansel bangun, hingga dia melihat jika Emily sebenarnya sudah bangun. “Emi.” Amily terkejut mendengar suara Aruna. Dia langsung menoleh dan terlihat senang melihat keberadaan Aruna di sana. “Kakak Cantik!” teriak Emily yang senang. Aruna terkejut mendengar Emily berteriak. Baru saja dirinya ingin memberi isyarat agar Emily tak berteriak, ternyata gadis kecil itu sudah melakukannya. Ansel terbangun karena terkejut mendengar suara Emily. Hingga tatapannya langsung tertuju ke Aruna yang berdiri di dekat ranjang, bahkan dia secara spontan berdiri karena panik. Bahkan kakinya tersandung kursi yang membuatnya hampir jatuh. “Kamu datang,” ucap Ansel sambil mengusap tengkuk untuk memulihkan seluruh kes
Read more
PREV
123456
...
33
DMCA.com Protection Status