All Chapters of Kakak Cantik, Jadi Mamiku!: Chapter 11 - Chapter 20
330 Chapters
Titipan Surat
“Kenapa kamu tidak mau menemui Bumi?” Bintang menatap Aruna yang sedang minum. Aruna menoleh ke Bintang, hingga kemudian menjawab, “Tidak kenapa-napa. Hanya sedang tidak ingin saja.” Aruna mencuci gelas yang baru dipakai. Dia kemudian membalikkan badan untuk menatap ibunya. “Bumi sudah beberapa kali ke sini untuk menemuimu, tapi kamu tidak mau menemuinya. Apa kamu juga ada masalah dengan Bumi?” tanya Bintang. “Tidak ada, Mom.” Aruna tetap tidak memberikan alasannya kenapa tak mau menemui sepupunya itu. “Ya, kalau tidak ada, kenapa tidak mau bertemu? Tentu saja sikapmu ini membuat mommy penasaran.” Bintang menatap Aruna yang tersenyum. “Tidak usah penasaran, Mom. Aku hanya belum siap bertemu teman-teman lama, itu saja. Nanti kalau memang sudah ingin, aku pasti akan main ke tempatnya sekalian menjenguk Paman.” Setelah mengatakan itu, Aruna pun pergi meninggalkan Bintang di dapur sendirian. Dia berjalan menuju kamar, hingga menerima sebuah pesan. [Kamu sudah tidur?] Aruna memba
Read more
Memang Baik
Enam tahun lalu. “Bisa aku bicara denganmu?” Bumi yang sedang berdebat dengan gadis SMA terkejut saat melihat seorang wanita datang dan langsung ingin bicara dengannya. Dia tidak mengenal wanita itu bahkan melihatnya pun tidak pernah. “Maaf, kamu siapa?” tanya Bumi sambil memperhatikan wanita itu, hingga tatapannya beralih ke perut wanita itu yang sedikit besar. Bumi mulai menerka-nerka, kenapa ada wanita hamil yang mendatanginya. Wanita itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan Bumi, hingga meminta pria itu untuk duduk agar bisa bicara dengan tenang. Bumi pun duduk berhadapan dengan wanita itu sambil terus memperhatikan serta mengingat apakah dia pernah bertemu wanita itu sebelumnya. “Maaf, siapa kamu dan kenapa ingin bertemu denganku?” tanya Bumi terlampau penasaran. “Biar aku memperkenalkan diri. Aku Citra, istrinya Ansel,” jawab wanita bernama Citra itu. Bumi sangat terkejut mendengar ucapan wanita itu. Dia langsung tidak senang karena gara-gara wanita itu Ansel meninggal
Read more
Ponsel atau Mami
“Emi sudah menghabiskan makanannya?” tanya Ansel saat berpapasan dengan baby sitter yang ingin keluar kamar. “Sudah, Tuan.” Baby sitter menjawab singkat. Dia sudah berjanji jika tidak akan memberitahu soal kedatangan Aruna ke sana. Ansel mengangguk, lantas masuk ruang inap dan melihat Emily yang duduk sambil memegang ponsel. “Sudah selesai makan?” tanya Ansel sambil berjalan mendekat ke ranjang. Dia melirik piring di atas meja yang sudah kosong. Emily terkejut mendengar suara Ansel. Dia buru-buru menyembunyikan ponsel milik baby sitter yang dipinjamnya. Ansel mengerutkan alis, kenapa Emily buru-buru menyembunyikan ponsel itu. “Emi sedang apa? Kenapa buru-buru menyembunyikan ponselnya?” tanya Ansel curiga. “Tidak ada,” jawab Emily terlihat masih kesal ke ayahnya itu. Ansel tak banyak tanya lagi. Dia tak ingin Emily semakin marah kepadanya jika dia terlalu mendikte. Emily menatap ayahnya, lantas buru-buru mengembalikan ponsel baby sitter yang baru saja masuk. “Papi sudah janji
Read more
Mau Menikah?
[Papi mau beliin aku ponsel, jadi aku bisa telepon Kakak Cantik kapan pun.] Aruna tersenyum tipis membaca pesan dari Emily. Dia ingin tak peduli, tapi kenyataannya tidak bisa. Melihat gadis kecil itu sakit, membuatnya mengabaikan amarah yang ditujukan ke Ansel. Ya, dia sadar jika Emily tidak tahu apa pun dengan amarah yang dipendamnya. [Baguslah, tapi Papi tidak tahu kalau kamu minta ponsel karena kakak, kan?] Aruna takut jika Ansel tahu, lantas beranggapan jika dirinya bisa menerima dan memaafkan kesalahan Ansel di masa lalu karena dia mau dekat dengan Emily. [Kakak tenang saja, Papi tidak tahu, kok. Aku sayang Kakak. Aku harus tidur atau tidak akan cepat sembuh.] Aruna tersenyum membaca pesan dari Emily yang dikirim melalui ponsel baby sitter. Dia membalas pesan dari Emily, lantas meletakkan ponsel di meja. Aruna sendiri bingung, kenapa dia harus peduli dengan Emily sedangkan membenci ayah gadis kecil itu. Kenapa dia tidak mengabaikan saja, sedangkan seharusnya dia mampu melak
Read more
Menyembunyikan Anak
Aruna akhirnya bekerja di perusahaan ayahnya. Dia sementara menjadi manager bagian pemasaran sesuai dengan pengalaman kerja sebelumnya. Dia sudah bekerja di sana selama satu minggu dan mulai menyesuaikan diri. “Bu, ini konsep yang tim kita buat, minta koreksi jika memang ada yang kurang sesuai,” ucap staff Aruna saat menyerahkan berkas konsep untuk iklan. Aruna menerima berkas itu, lantas membuka untuk melihat isi di dalamnya. “Akan aku cek dulu, kalau memang ada yang butuh direvisi, nanti aku tandai,” ujar Aruna tanpa menatap staff-nya. “Baik, Bu.” Staff itu pun keluar dari ruangan Aruna setelah pamit. Aruna mengecek berkas itu dengan seksama, hingga ponsel yang ada di samping laptop berdering. Dia melihat nama Emily di layar ponsel. “Halo.” Aruna menjawab dari panggilan gadis kecil itu. “Kakak, apa Kakak sibuk?” tanya Emily dari seberang panggilan. “Lumayan,” jawab Aruna, “ada apa?” tanyanya kemudian. “Tidak ada apa-apa, hanya mau bicara saja,” jawab Emily dari seberang pa
Read more
Kenapa Memberi Harapan?
“Tadi siang main ke mana? Kenapa Emi pulang terlambat?” tanya Ansel saat menemani Emily sebelum tidur. Emily menatap ayahnya sambil memegang ujung selimut. Dia sedikit menutup wajah ketika mendengar pertanyaan ayahnya itu. “Tidak ke mana-mana, hanya main dulu saat di sekolah,” jawab Emily tak mau jujur karena takut Ansel tahu jika dia sering berkomunikasi dengan Aruna, kemudian Aruna menjauhinya kalau Ansel tahu soal yang mereka lakukan. Ansel memandang putrinya yang bicara sambil menutup setengah wajah, hingga menghela napas kasar. “Baiklah, tapi lain kali lebih baik langsung pulang dan jangan terlalu lama main di sekolah,” ujar Ansel menasihati sambil merapikan selimut Emily. Emily mengangguk-angguk mendengar ucapan Ansel. Ansel mematikan lampu utama. Dia mencium kening Emily, lantas keluar dari kamar putrinya itu. Emily sendiri begitu lega karena Ansel tidak bertanya banyak hal lagi. Ansel keluar dari kamar Emily, lantas menutup pintu sambil membuang napas kasar. Dia diam s
Read more
Dikira Dendam
Siang itu Aruna meninggalkan perusahaan setelah jam makan siang. Dia ingin pergi ke sekolah Emily sesuai dengan janjinya ke gadis kecil itu. Aruna sudah sampai di sekolah Emily. Dia memarkirkan mobil di dalam area sekolah, lantas turun karena sebentar lagi Emily selesai dengan sekolahnya. Hingga saat baru saja menutup pintu, Aruna terkejut mendengar suara seseorang. “Kenapa kamu di sini? Apa ada anak yang harus kamu jemput?” Aruna membalikkan badan, hingga sangat terkejut melihat Ansel di sana. Aruna pun terlihat gelagapan karena tak menyangka jika akan bertemu pria itu di sana. “Bisa kita bicara sebentar?” tanya Ansel saat melihat Aruna yang panik. Aruna memberanikan diri menatap pria itu. Sikap dan cara bicara Ansel sekarang ini, jelas mengingatkannya akan masa lalu di mana pria itu tak pernah sekalipun membentak atau bicara keras kepadanya. Pria yang dikenal lemah lembut dalam bertutur kata, tapi sayangnya semua sikap baiknya dipatahkan oleh keputusan pria itu menikahi wanit
Read more
Kalian Balikan?
Bumi sedang membersihkan meja setelah pelanggan pergi. Saat sedang membawa piring dan gelas ke belakang, lonceng di tengah pintu berbunyi, membuatnya langsung menoleh. “Selamat, da ….” Bumi menjeda ucapannya ketika melihat siapa yang baru saja masuk. Aruna menatap sepupunya itu, lantas masuk begitu saja menggandeng Emily. Bumi bengong melihat Aruna datang bersama anak kecil, hingga melihat Ansel yang ikut masuk. Ansel memandang Bumi yang sedang menatap ke arah dirinya datang. Dia diam sejenak karena selama 6 tahun ini memang tak pernah menemui Bumi sama sekali. Bumi benar-benar bingung, kenapa Aruna datang bersama Ansel dan anak kecil, hingga pikirannya menebak, apakah Aruna kembali menjalin hubungan dengan Ansel. “Bum, aku mau pesan.” Suara Aruna membuat Bumi tersadar dari lamunan. Dia meletakkan nampan berisi piring dan gelas di meja, lantas mendekat ke Aruna. Bumi mendekat dan siap mencatat apa yang hendak dipesan adik sepupunya itu. Aruna memesan tiga menu makanan, dua un
Read more
Emily Penasaran
“Papi marah?” tanya Emily saat mobil ayahnya itu masuk halaman rumah. Sejak tadi Ansel hanya diam, membuat Emily takut kalau ayahnya itu marah sebab dia menemui dan berhubungan dengan Aruna. Ansel menoleh Aruna yang duduk di sampingnya, hingga kemudian menjawab, “Hanya sedikit kesal.” Emily langsung menundukkan kepala mendengar jawaban Ansel. “Aku tidak bermaksud nakal,” ucap Emily sambil menatap jemari mungilnya. Ansel menoleh sekilas ke Emily yang menunduk. Dia kemudian berkata, “Kamu sudah berani berbohong ke papi. Kamu tahu papi tidak suka hal itu.” Emily hanya diam mendengar ucapan Ansel. Baby sitter pun hanya bisa diam di kursi belakang karena tak punya wewenang membela Emily. “Sebelum papi tahu dari orang lain, apa ada hal lain yang kamu sembunyikan dari papi?” tanya Ansel karena tak suka jika putrinya berbohong. Emily memberanikan diri menoleh Ansel, hingga kemudian menjawab, “Aku tidak bohong lagi. Aku hanya ingin bisa sering bertemu Kakak Cantik, tapi Kakak Cantik ti
Read more
Sejak Awal Salah
Ansel mengemudikan mobil keluar dari perusahaan. Dia terlihat mengetukkan jari di stir mobil berulang kali, menunjukkan jika sekarang dalam kondisi gelisah. Mobil Ansel membelah jalanan kota, tapi dia tidak pergi mengarah ke rumah, melainkan pergi ke arah perusahaan Aruna. Dia ingin menemui Aruna karena ada banyak hal yang hendak dibicarakan dengan Aruna karena tadi belum selesai bicara. “Maaf, apa Bu Aruna sudah pulang?” tanya Ansel saat menemui security perusahaan keluarga Aruna. Dia sudah mencari informasi soal di mana Aruna bekerja, hingga tahu jika mantan kekasihnya itu kini bekerja di perusahaan keluarga. “Bu Aruna? Belum, sepertinya beliau lembur,” jawab satpam. Ansel pun berpikir sejenak, lantas berkata, “Apa saya boleh menunggu, ada hal yang ingin saya bahas dengan beliau.” Satpam itu mengizinkan. Ansel pun menunggu di lobi sampai Aruna muncul. Dia menunggu dari pukul lima, hingga akhirnya setelah setengah jam menunggu, Ansel melihat Aruna yang baru saja keluar dari li
Read more
PREV
123456
...
33
DMCA.com Protection Status