All Chapters of Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali: Chapter 1791 - Chapter 1800

Ketika orang lain berusia 18 tahun, mereka masih polos dan menghabiskan setiap hari di perpustakaan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi.Di usianya yang sudah menginjak 18 tahun, Ravi sudah dewasa dan matang. Dia menjabat sebagai kepala Keluarga Airlangga dan menjalankan serangkaian tugas resmi di waktu luangnya.Bahkan saat dia kelas SMA 3, dia pindah dari universitas luar negeri yang terkenal ke Kota Poseidon. Dia ditemani oleh pengawal pada hari pertama sekolahnya.Karena itu, pada hari pertama Ravi transfer sekolah, orang tuanya dicari.Ketika orang tuanya Ravi datang ke sekolah, mereka takut.Mereka bukan takut dilihat orang lain dan merasa malu, melainkan takut tertangkap basah oleh putra mereka."Tuan dan Nyonya Airlangga, kami bukannya ingin mencari masalah. Hanya saja, Ravi terlalu nggak masuk akal. Saat kelas, dia duduk di barisan paling belakang dan bermain laptop. Sekarang dia bahkan diikuti oleh dua preman! Bagaimana guru kami bisa mengajar den

"Ma ... maaf ...."Pemuda itu ketakutan karena tatapan mata Ravi.Amara melepaskan sedotan yang digigitnya, lalu melirik Ravi dan bertanya, "Kenapa dia meminta maaf?""Karena dia merusak kaca kelas.""Nggak.""Sekarang ya."Tanpa mengangkat kepalanya, Ravi melemparkan bola basket ke kaca di sebelah kanan Amara.Prang!Amara melongo."Wah ...."Lalu, Amara lanjut meminum teh susunya.Melihat Amara masih tidak peka seperti sebelumnya, sudut mulut Ravi pun tanpa sadar tertarik dan membentuk senyuman tipis.Senyuman itu hanya muncul sebentar saja.Ian dari 12-1 sengaja menghancurkan kaca dengan bola basket. Sekolah pun mengkritiknya atas tindakan tersebut.Sejak itu, peraturan lain dari SMA Poseidon telah ditambahkan: tidak ada bola basket yang diizinkan di dalam kelas.Di kelas pendidikan jasmani.Cherry menarik Amara yang sedang berlari di belakang, lalu bertanya dengan takut-takut, "Amara! Kenapa dia selalu mengikutimu?"Hari ini adalah hari pertama Ravi transfer ke SMA Poseidon.Hari p

"Hatchiuuu!"Violet yang berada jauh di luar negeri bersin.Charles mengerutkan alis, lalu segera menutupi tubuh Violet dengan selimut lebih erat."Nggak enak badan, ya?""Bukan. Aku merasa Amara pasti sedang mengutukku."Violet pasrah.Dia sudah menyerahkan Amara kepada Ravi.Mereka berdua pasti akan mengacaukan rumah."Mau bagaimana lagi? Kita punya urusan. Mereka akan mengerti.""Semoga ...."Mobil berhenti di sebuah gang gelap.Violet dan Charles turun dari mobil pada saat yang bersamaan.Gang ini penuh dengan perdagangan pasar gelap.Ketika mereka berdua turun dari mobil, udara sekitar penuh dengan aura berbahaya.Pada saat yang sama ....Sepulang sekolah, mobil Rolls Royce di gerbang sekolah sangat mencolok.Amara dan Ravi naik mobil.Setelah mereka berdua naik mobil, mereka diam.Bagi mereka, masuk sekolah adalah kehidupan orang normal. Itu adalah keseharian yang harus mereka biasakan dan samarkan.Namun, begitu mereka naik mobil dan pulang ke rumah, itu sudah menjadi keadaan ya

Nicholas tidak tahu harus bagaimana menceramahi Amara.Anak ini makin besar, makin nakal."Pergi bersih-bersih. Sebentar lagi makan malam."Nicholas melemparkan kunci mobil kepada sopir, lalu berkata, "Pindahkan koperku ke sini dari Kediaman Edris.""Baik, Tuan Nicholas."Amara bertanya dengan bingung, "Paman, kamu mau menginap di sini? Kenapa? Apa kali ini Papa dan Mama pergi lama?""Ada sedikit masalah di luar negeri dan orang tuamu pergi untuk menanganinya. Kalau masalahnya serius, mereka pergi lama. Kalau nggak, mereka akan kembali dalam beberapa minggu."Nicholas mengusap kepala Amara dan berkata, "Daripada kamu mengkhawatirkan orang tuamu, lebih baik kamu mengkhawatirkan nilai penjasmu. Guru kalian sudah meneleponku. Dia bilang kamu mendapat nilai nol di lari 800 meter kali ini.""Mama sudah bilang aku nggak boleh terlalu hebat di sekolah dan harus tahu cara menyembunyikan diri. Atau aku akan dikucilkan. Selain itu ... kalau aku benar-benar berlari dengan cepat, teman-teman lain

"Barang ini bahkan beredar di kampus. Dasar bedebah."Agnes memukul meja dengan marah. "Aku ada tanya pada murid-murid. Mereka bilang bubuk ini dijual di warnet luar sekolah dan sangat populer belakangan ini. Terutama di sekitar kampus, ada banyak pedagang yang menjualnya. Sebenarnya siapa yang sejahat itu? Kalau ketahuan olehku, aku harus memberinya pelajaran!"Sherman berbicara dengan Zoe yang sedang berdiri di luar pintu, "Utus orang untuk mengawasi setiap kampus. Tangkap orang yang tampak mencurigakan.""Baik, Tuan."Violet terus merasa gelisah. Dia memegang tangan Charles makin erat. "Charles, apa Nicholas sudah pergi melihat Amara dan Ravi?""Aku sudah memberitahunya.""Utus lebih banyak orang di sekolah. Harus memeriksa barang dagangan di sekitar sekolah dengan lebih ketat. Nggak boleh ada yang kelewatan.""Amara kita nggak begitu bodoh. Berhenti khawatir."Bukannya Violet ingin berlebihan khawatir, hanya saja Amara sudah dimanjakan sejak kecil.Amara menganggap pelatihan yang d