All Chapters of Suami Super Kaya: Chapter 41 - Chapter 50
56 Chapters
Bab 41. Nasabah Baru Kami
Aldi dan pacarnya terkesiap begitu lama menatap ke arah uang-uang yang dipungut Niko.“Oh my God …. Uang siapa yang kamu curi?” tuding Aldi.Pacarnya pun juga berpendapat demikian, “Jadi kamu datang ke sini bukan ngelamar pekerjaan? Tapi kamu nyolong uangnya nasabah Permata Bank?”“Nggak bisa dibiarin nih. Hei, kalian semua ….” Saat Aldi membuka pintu masuk, kalimatnya terhenti kala melihat dalam gedung itu tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia satu pun.“Kenapa, sayang?” tanya pacarnya.“Loh kok nggak ada orang sama sekali, ya? Apa mungkin petugasnya masih istirahat dan pelayanan ditutup?” ucap Aldi sambil melangkah maju lebih dalam. “Hallo?”“Masa jam segini udah tutup?” Pacarnya juga ikut mengintip ke dalam.Aldi dan pacarnya saling menoleh satu sama lain. Mereka lalu menatap ke arah Niko kala sejenak.“Dasar maling! Kamu ngambil kesempatan pas lagi sepi-sepinya buat nyuri uang bank, ‘kan?!” tuding Aldi penuh sarkas.“Nggak salah lagi!” Pacarnya kemudian berteriak kencang. “Bapa
Read more
Bab 42. Tidak Ada Pekerjaan Yang Cocok Untukmu!
“Jadi siapa yang harus dihakimi?!” tanya Danang sekali lagi. Kalimatnya penuh penekanan. “nasabah kami atau kedua orang ini yang main-main tuduh tanpa bukti?!” jari telunjuknya menunjuk ke arah Aldi dan pacarnya.Semua orang yang tak ingin terkena imbasnya, mereka bergegas meminta maaf kepada Niko dengan penuh penyesalan.Setelahnya, mereka pun mulai mengomeli balik Aldi dan pacarnya.“Kalian sengaja ya mau bikin teman sendiri celaka?”“Tuduhan itu lebih kejam dari pembunuhan. Bahaya banget loh ini.”Begitu seterusnya yang menyoraki Aldi dan pacarnya, bahkan ada beberapa yang melempari kedua pasangan itu dengan gulungan kertas, kerikil, dan benda apapun yang bisa diambil.“Hampir kami salah sasaran!” Ada satu orang lelaki yang maju memukuli Aldi dan pacarnya, hingga mengundang yang lainnya ikut memberikan hadiah yang sama.“Sakit! Hentikan!”Aldi dan pacarnya tak hentinya menjerit kesakitan. Bahkan lelaki itu mencari perlindungan di belakang tubuh Danang, tanpa memedulikan pacarnya ya
Read more
Bab 43. Mamanya Sangat Keterlaluan
Tabrakan tak terhindarkan. Beruntung sebelum mobil itu menyerempet, Niko segera melompat dari motornya ke samping. Jelas ini faktor kesengajaan!“Woi!” teriak Niko.Sesaat itu juga dia memperhatikan plat nomor mobil itu dan mengingatnya. Dia sekilas menyeringai kala melihat sebuah cctv yang menggantung di tiang pinggir jalan.‘Kalian tidak akan bisa lolos dariku!’ Niko membatin.Orang-orang langsung mengerumuni Niko dan menanyakan keadaannya.“Gimana, Mas? Ada yang terluka, nggak? Mau dianterin ke rumah sakit, nggak?”“Laporkan ke polisi saja, Mas. Banyak kok saksi matanya. Mobil itu kayaknya memang sengaja mau mencelakaimu.”“Aku baik-baik saja, dan aku tidak terluka.” jawab Niko dengan senyuman ramah.Niko kemudian menghampiri sepedanya yang rusak parah, dan meminta bantuan salah satu orang untuk membawa motornya ke bengkel dengan memberikan imbalan 500 ribu. Setelahnya, Niko pergi menghindari kerumunan untuk mengirim pesan kepada Danang.[Tolong periksa semua cctv yang berada di s
Read more
Bab 44. Membantu Kesulitan Agus
“Pembantu kurang ajar! Nggak tahu diri!” Hesti masih meluapkan segala amarahnya dengan memaki-maki Niko habis-habisan.Echa yang tak ingin Mamanya dan Niko terus bertengkar, lantas dia pun berkata kepada suaminya, “Bukannya kamu mau keluar, ya?”“Echa, bicaranya nggak usah dilembut-lembutin!” cerocos Hesti.Dengan menahan amarah, Niko bangun dan berkata, “Aku keluar dulu.”“Nggak usah balik sekalian!” Hesti masih menatap Niko dengan mata melotot. Tanpa memedulikan tatapan sinis Mama mertuanya, Niko bergegas keluar. Sepuluh menit berjalan kaki menjauh dari rumah tersebut, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di sampingnya. Tanpa menunggu, dia pun segera memasuki mobil itu.“Jalankan mobilnya!” Karena suasana hatinya memburuk karena Mama mertuanya, Niko memukul-mukul jok mobil dengan penuh emosi. Danang yang duduk di sampingnya pun bertanya, “Ada apa, Niko?”Niko menghela napas panjang, “Tidak penting,” ucapnya kemudian menoleh ke samping. “Sudah kamu temukan orang itu?”“Sudah. Mereka a
Read more
Bab 45. Merencanakan Program Anak
Mata Echa membelalak. Niko melebarkan senyumnya, lalu mulai melepas pakaian yang dikenakan.Keringat dingin membanjiri kening Echa. Dia berulangkali menelan salivanya dengan terus menatap Niko yang terus naik ranjang dan berjalan beringsut ke arahnya.“Malam ini kamu yang lebih aktif,” ucap Niko tiba-tiba, seketika Echa membelalakkan matanya menatap wajah suaminya yang hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahnya.“Kemarilah,” ucap Niko sambil berbaring di samping istrinya.Seolah terbius, Echa menurut dan berpindah posisi duduk di atas tubuh Niko. Malam itu juga dia menuruti kemauan suaminya.Besok harinya, menjelang jam 6, Niko dan Echa masih di tempat tidur. Niko memeluk erat tubuh istrinya dengan mata terpejam.“Lepaskan pelukanmu. Aku mau mandi, hari ini hari pertamku kerja,” ucap Echa. Ini sudah ketiga kalinya dia meminta kepada Niko.“Masih jam 6, Sayang,” jawab Niko sesantai-santainya, tanpa menggerakkan tangan sedikitpun.Echa mendengus kesal mendengar jawaban Niko. Dalam
Read more
Bab 46. Pindah Posisi
“Apa, Ma?” tanya Echa, merasa tatapan aneh Mamanya memiliki makna yang buruk.“Cari pria sampah itu. Suruh dia jadi babu tanpa bayaran di rumah teman Mama. Mama yakin teman Mama gak akan menolak,” jawab Hesti.Echa menggelengkan kepala tak percaya mendengar ide Hesti yang sangat keterlaluan. “Jangan aneh-aneh, Ma,” protes Echa dengan suara pelan.“Apanya yang aneh? Justru ini kesempatan emas untuk menyingkirkan si curut selamanya dari rumah ini,” balas Hesti serius.Echa kecewa mendengar Sang Mama tidak menunjukkan rasa belas kasihan sedikitpun pada Niko yang notabenenya adalah menantunya sendiri.“Aku mau ke kantor.” Echa memilih tidak menanggapi.Echa berbalik pergi ke kamar pribadinya, karena tahu semakin dirinya banyak menanggapi, kata-kata sampah yang lebih menyakitkan pasti keluar dari mulut Mamanya.Saat memasuki kamarnya, tatapan Echa langsung tertuju pada sebuah sandal heels satu-satunya yang diletakkan di sudut kamarnya.“Mungkin aku bisa menggadaikannya,” gumam Echa sambil
Read more
Bab 47. Hari Pertama Kerja
“Punya telinga, ‘kan?” tanya Melda.Echa terdiam sejenak–bingung.“Maaf, Bu Melda. Bukankah itu tugasnya–”“Ketika aku mulai bekerja di sini, aku dengan senang hati mengambilkan kopi untuk karyawan senior,” potong Melda, lalu mendengus sejenak, “Apa kamu gak punya keinginan mengenal lebih dekat dengan karyawan-karyawan di sini?”Echa menghembus napas kecil. “Baik, Bu Melda. Aku akan membuatkan kopi. Kopi apa yang Bu Melda inginkan?”Echa tidak lagi menolak. Ucapan temannya itu ada benarnya. Sebagai karyawan baru, sudah sepantasnya dia berkenalan terlebih dahulu dengan para seniornya.“Hanya aku?” Jari telunjuk Melda menunjuk dirinya sendiri. “tim HRD di WARA Corp ada 20 orang. Pesankan untuk semua orang. Dan jangan lupa pesankan juga untuk Pak Danang.”Echa hanya mengangguk-angguk dengan senyuman kecil.Melda merogoh ponselnya dan jari-jemarinya bergerak di atas layar, “Kukirimkan kepadamu daftar pesanan,” ucapnya, dan Echa pun melihat pesan masuk di ponselnya. “pesannya di kantin per
Read more
Bab 48. Hasutan Melda
Di sisi lain …Niko sedang berbicara dengan Danang di ruangan direktur, “Bagaimana?”Danang menunduk, tak berani menatap Niko, “Aku sudah menelusurinya. Tanpa sepengetahuanku, tim HRD WARA Corp banyak yang menyimpang. Banyak karyawan baru yang tidak sesuai dengan pendidikannya.”“Apa kamu yakin hanya itu masalahnya?” tanya Niko dengan senyuman kecil, menatap Danang yang tampak merasa bersalah.“Aku akan bekerja keras untuk itu,” jawab Danang.“Niko?”Suara itu membuat mereka menoleh cepat, mendapati Echa yang berdiri di ambang pintu dengan wajah bingung.Niko dan Danang spontan bangkit dari duduknya.“Echa,” ucap Niko dengan senyum lebar. Alih-alih panik, dia malah tampak begitu santai.“Niko, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Echa heran. Saat Niko hendak menjawab, suara Echa terdengar terlebih dahulu. “Apa kamu berbuat kesalahan sama Pak Danang?” tanyanya berusaha menutupi kecemasannya.“Oh, tidak. Aku ke sini untuk mencoba peruntunganku. Aku melamar jadi asisten direktur,” jawa
Read more
Bab 49. Senjata Makan Tuan
“Kamu dipecat!” seru Danang begitu dingin. “Silahkan hubungi polisi untuk menangkap dirimu sendiri!”Dalam sekejap ekspresi Melda berubah drastis. Dia kaget bukan main, “Apa? Pak Danang mau memecat saya? Saya salah apa? Saya….”Sebelum Melda menyelesaikan kalimatnya, sebuah rekaman suara dari ponsel milik Echa terdengar keras.[Kopi favorit Pak Danang bukan ini. kopi favoritnya adalah mocha. Jadi, pergi dan pesankan lagi.][Apa kamu serius? Aku bahkan belum mengerjakan tugas utamaku sebagai seorang analis.][Apa yang lebih penting dibandingkan mendapatkan kopi untuk Pak Danang? Justru aku mau membantumu biar kamu semakin lengket dengan Pak Danang. Jadi ambilkan kopi favoritnya dan antarkan ke ruangannya.]Senjata makan tuan! Alangkah terkejutnya Melda setelah mendengar rekaman itu, seketika raut wajahnya tampak panik dengan cepat.“Pak Danang, itu bukan saya!” Melda masih menyangkalnya. Dia langsung memarahi Echa dengan meninggikan suara. “jangan percayakan padanya. Itu, i-tu bukan say
Read more
Bab 50. Menjengkelkan!
Echa merasa semakin tidak nyaman dekat-dekat dengan Yordan. “Pria sejati nggak akan menggoda istri orang lain. Setidaknya kalau nggak punya rasa malu, punyalah harga diri sedikit saja,” sindir Echa tak lagi menunjukkan rasa hormatnya kepada seorang manajer HRD yang seharusnya dihormati.“Perasaanku tumbuh begitu saja. Melihat kecantikanmu serasa duniaku berbunga-bunga.” Yordan tanpa rasa malu menggoda Echa. “Aku–”“Jika anda nggak tahu diri, aku akan melaporkannya pada Pak Danang!” Echa akhirnya mengancam dengan tatapan tajam.Yordan tertawa dengan elegan. Dia kemudian berbalik mengancam, “Kamu siapa? Kamu cuma seorang analis. Justru aku yang bisa kapan saja meminta Pak Danang untuk memecatmu dengan alasan yang aku buat.”“Oh, begitu? Silahkan Bapak laporkan kalau mau.” Alih-alih takut, Echa berani menantang lelaki itu. “daripada aku menuruti ketidakwarasan anda, lebih baik aku bekerja di tempat lain. Aku mencintai suamiku! Dan aku bahagia hidup bersama suamiku!”Echa langsung pergi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status