"Mas, aku bisa sendiri," kata Aishwa sambil memandang Noah yang sedang jongkok di depannya. Pria itu memegang kotak P3K di tangannya.“Diam sedikit, nanti malah tambah perih,” katanya lembut.Aishwa menggigit bibir, menahan rasa perih di lengannya yang terkena cairan kimia dari laboratorium. “Aku udah diam, Mas. Tapi kamu nyenggol terus.”Noah tersenyum, menatap wajah Aishwa yang berkerut lucu. “Kamu tuh, kalau kesakitan aja masih cerewet.”Ia meniup pelan luka itu sebelum menempelkan kain kasa. Sentuhannya hati-hati, hampir seperti takut menyakiti.Saat ini Noah berada di apartemen milik Aishwa. Mereka berada di ruang tamu.Begitu selesai, Noah menatap hasil perban kecil di lengan gadis itu. “Nah, sudah. Kalau kamu pasienku, bisa sembuh karena ketawa, bukan karena obat.”Aishwa tersenyum, matanya menatap Noah lama.“Dulu aku pernah bilang kan, Mas, kalau kamu harus jadi dokter, bukan pebisnis.”Noah tertawa kecil, merapikan perban. “Kalau aku jadi dokter, pasiennya bakal stress semua
Last Updated : 2025-11-13 Read more