All Chapters of Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan : Chapter 21 - Chapter 30
93 Chapters
Bab 21. Masih saja kurang.
Beberapa orang mengatakan jika hidup tanpa hutang itu tidak akan semangat. Itu sebabnya kata mereka hutang bisa membuat seseorang bersemangat dalam bekerja. Padahal yang sebenarnya, orang bersemangat bekerja karena untuk membayar hutang itu sendiri. Jika dia tidak bersemangat, lalu apa yang untuk membayar hutangnya?Hutang sebenarnya juga bisa membuat orang menjadi gelisah, makan tidak enak, tidur juga tidak nyenyak. Apalagi jika sudah jatuh pada temponya, itu sungguh sangat memusingkan.Hutang juga membuat bisa membuat hidup jadi ribet. Yang memberi hutang tidak berpikir jauh jika uang sudah di tangan orang, semanis apapun janji belum tentu ditepati. Yang berhutang juga demikian, saat sudah mendapatkan uang dia sangat senang luar biasa. Tidak lagi memikirkan bagaimana cara untuk membayarnya nanti .Apakah sudah sesuai kemampuannya?Yang terjadi pada Rita dan Silvia, mereka tidak pernah memikirkan jika apa yang mereka lakukan ini nantinya hanya akan merenggangkan persaudaraan mereka
Read more
Bab 22. Berhutang lagi
"Kalau begini masih kurang dong, Bu! Ini hanya bisa untuk membeli baju dan perhiasanku saja.” Silvia berkata pada ibunya. Ibu langsung menyambar uang itu dari tangan Silvia.“Tidak bisa seperti itu. Urusan baju dan perhiasanmu kamu harus bisa usaha cara lain lagi. Uang ini untuk tambahan ibu.”Silvia melotot,”Jangan seperti itu, Bu! Memangnya maukemana lagi mencari uang?”“Usaha, Silvia! Kamu ini, belum usaha tapi sudah menyerah seperti itu!”balas ibu.Silvia kesal bukan main,lalu dia menoleh pada Dinda. Dia melihat adiknya itu sedang bersantai dengan ponselnya. Tertawa-tawa tidak jelas, membuat Silvia menyadari sesuatu. Dia baru sadar kalau dia dan suaminya yang sangat sibuk dengan urusan Dinda, Tapi orang yang akan menikah justru bersantai ria.“Dinda, ini adalah pesta kamu! Bukannya kamu ikut berpikir tapi kamu malah santai seperti itu!”Dinda langsung menoleh. "Mbak. Sudah seharusnya mbak Silvia itu sibuk seperti ini. Apa tidak ingat, waktu pernikahan kalian dulu, siapa yang sib
Read more
Bab 23. Tidak ingat nama panjang suaminya.
"Maksudnya, makan siang di kantor kamu?"Gara mengangguk."Aku memasak, lalu mengantar makan siang kesana, begitu?" Mia kembali bertanya karena belum paham."Iya. Kamu memasak, selesai itu antar makan siang ke kantor ku. Kita makan siang sesekali di kantor. Bagaimana? Sekalian kamu melihat tempat kerjaku dan agar mereka tahu, istriku seperti apa."Wajah Mia tiba-tiba memerah, antara senang dan tapi malu. Seperti apa? Bukankah dia jelek dan jelas tidak bermutu? Tapi dia tidak ingin menolak keinginan suaminya yang baik, ingin mengenalkan dia dengan rekan kerjanya. "Tapi aku tidak tahu tempat kerjamu dimana.""Nanti ada pak sopir yang akan menjemputmu.""Tapi aku malu. Nanti kalau dilihat temen-temen kamu, istrimu jelek!" Mia berkata sambil menunduk Gara tertawa kecil mendengarnya, padahal menurutnya istrinya ini sangat cantik hanya kurang percaya diri dan tidak suka berdandan. "Kamu sangat cantik. Lebih cantik kalau mau sedikit merubah penampilan."Mia semakin menunduk, meremas ujun
Read more
Bab 24. Bingung dipanggil, Nyonya Mahendra.
Setelah puas tersenyum sendirian sambil mengamati cincin di jari manisnya, sudah tiba waktunya Mia untuk pergi ke dapur. Dia kemudian memasak bahan sisa kemarin yang disimpannya dalam kulkas.Setelah semua beres, Mia kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Kembali dia mematut dirinya di cermin, mengusap wajahnya sendiri sambil melamun. “Suamiku itu sangat tampan, diriku sama sekali tidak sepadan jika bersanding dengannya.” Mia merasa kurang percaya diri. Dia takut membuat Gara kecewa kalau penampilannya hanya biasa saja.Dia termenung memikirkan apa yang harus dia lakukan demi suaminya agar tidak membuat malu. Ada ide yang terlintas di pikirannya kemudian dengan semangat dia menghampiri lemari lalu membukanya. Tapi saat dia memilih baju dia kebingungan harus memakai baju model yang mana. Dia tidak kehabisan akal, segera mengambil ponselnya untuk mengintip video di internet. Mencari tahu bagaimana cara para istri orang kaya berpakaian.Dia tersenyum setelah menemukan b
Read more
Bab 25. Siapa sih, Nyonya Mahendra?
Saat dia memberanikan diri untuk menatap satu orang diantara mereka, orang itu malah cepat-cepat menunduk sambil menyapanya dengan hormat,"Selamat datang, Nyonya Mahendra."Eh, eh. Kok mereka memanggilku Nyonya Mahendra lagi sih? Atau jangan-jangan,aku mirip dengan Nyonya Mahendra? Siapa sih dia?Mia sebenarnya kebingungan. Tetapi dia tidak mungkin bertanya, hanya membalas sapaan mereka dengan senyuman saja.“Wah, Nyonya Mahendra ternyata sangat ramah ya?” Dengar satu orang berkata seperti itu."Iya. Begitu anggun dan lembut!"Bisik-bisik mereka terdengar oleh Mia. Wah, mereka benar-benar sudah salah paham mengira aku Nyonya Mahendra.Mia berjalan sedikit terburu, dia ingin bertanya pada pria yang berjalan mendahuluinya itu, tetapi langkah mereka berhenti di depan sebuah pintu ruangan.Pria itu mengetuk sebentar kemudian membuka pintu."Silahkan Nyonya. Tuan sudah menunggu anda."Mia mengangguk pelan. Dengan sangat ragu dia melangkah.Dia bisa melihat suaminya sedang duduk di hadapan
Read more
Bab 26. Ternyata, Gara Mahendra.
"Gara," Mia hampir bertanya lagi."Ayo makan, sayang. Lapar." Rengel Gara, membuat dirinya mengurungkan pertanyaannya kembali.Mereka kemudian makan, Gara terlihat begitu menikmati makanan buatan istrinya.Nyonya Mahendra. Nyonya Mahendra. Pikiran Mia dipenuhi dengan nama itu. Siapa sebenarnya dia, atau jangan-jangan? Pikirannya tiba-tiba buruk.Apa wanita itu mantan istri Gara yang kebetulan mirip denganku?Tapi menurut Gara sendiri, dia belum pernah menikah, atau mantan pacarnya?Dia tersentak dari lamunannya saat jari Gara menyentuh bibirnya dengan tisu, membersihkan sisa makanan yang menempel disudut bibirnya."Makannya yang benar, kenapa seperti anak kecil?" Mia terpana ketika pandangannya bertemu dengan kedua mata Gara."Gara,""Hem. Kenapa? Aku tampan ya? Atau baru sadar kalau suamimu ini tampan?"Wajah Mia memerah dan menunduk karena malu. Tiap kali tatapannya beradu dengan suaminya, tiap itu juga jantungnya berdebar tak karuan. Padahal ini kan suaminya? Sudah setiap hari dia
Read more
Bab 27. Rencana mengadakan pesta pernikahan
Setelah selesai makan siang, Gara mengajak Mia untuk pulang ke apartemen saja. Mereka menghabiskan waktu hari ini dengan bercanda hangat penuh kebahagiaan.Malam harinya, Gara merebahkan kepalanya di paha Mia. Menikmati wajah cantik Istrinya.Ternyata gadis sederhana ini bisa cantik juga. Artinya benar kata orang , semua wanita akan terlihat semakin cantik jika berada di tangan suami yang tepat.Memikirkan itu Gara mempunyai ide untuk membelikan salon kecantikan Pribadi untuk istrinya. Dia ingin istrinya selalu cantik seperti ini. Selain untuk menebus masa lalu Mia yang penuh kekurangan, juga karena mau tidak mau Mia harus dituntut agar selalu cantik, karena sekarang dia adalah Nyonya Mahendra.Kedepannya, Mia akan sering bertemu dengan orang-orang penting bersamanya. Apalagi Gara juga ingin segera mempublikasikan pernikahannya yang memang belum diketahui oleh publik.Dia berencana untuk mengadakan resepsi pernikahan yang megah tetapi setelah pernikahan Dinda usai dahulu. "Gara, kamu
Read more
Bab 28. Salon ini milik kamu
Mia juga merasakan hal yang sama. Seperti belum pernah saja. Begitu indah melebihi malam pertama mereka.Ah, mungkin karena jika dulu dulu,adegan ini terjadi karena sebuah tuntutan hak sebagai suami istri saja. Tapi malam ini , adegan ini mengalir begitu tulus dan penuh dengan cinta kasih.Sampai keduanya merasa lelah dengan keringat yang bercucuran. Gara memeluk istrinya sambil menciumi kepalanya."Temani aku sampai aku mati ya?""Hust… Bicara apa sih?" Mia menutup mulutnya."Maksudnya, bersamaku sampai ajal yang memisahkan kita.""He.. Kamu juga ya?""Tentu saja.""Jangan ada yang lain?"Gara mendongak. "Jelas ada, kalau hanya kamu itu pasti kurang menyenangkan.” Mia membulatkan matanya dengan kesal, "Jadi kamu sudah berpikir untuk menduakan aku? Mau menikah lagi begitu?"Gara tertawa kecil. "Bukan. Tapi aku pasti ingin membagi cintaku. Bukan untuk orang lain, tetapi untuk yang nanti keluar dari sini." Dia mengelus perut Mia."Ah.. aku sudah mau emosi saja." Mia tersipu malu.Gara
Read more
Bab 29. Beliau itu, Nyonya Mahendra.
"Eh, Mbak. Nggak kok. Ini empuk." Mia langsung mencegah."Oh. Lalu bagaimana Nyonya. Apa yang membuat Nyonya tidak nyaman? Tolong katakan?" Pengurus salon berbicara dengan cara membungkukkan badannya.Mia tertawa dalam hati. Kenapa mereka lucu sekali sih? Seperti sedang bicara dengan presiden aja.“Aku hanya lapar. Tapi tidak apa-apa. Kalau tidak bisa istirahat, aku akan menahannya.""Astaga! Nyonya lapar?" Pengurus langsung memberi perintah kepada Anak buahnya untuk memesan makanan."Tunggu sebentar ya Nyonya. Anak buahku akan segera memesan makanan."Mia hanya bisa menghela nafas saja sambil mengangguk. Tidak lama kemudian, pesanan makanan datang. Satu pegawai dengan cepat membuka makanan dan mendekatkan pada Mia yang sedang mendapatkan perawatan kuku."Sini makanannya." Mia minta pegawai itu meletakan makanan di atas meja yang ada di depannya."Eh, Nyonya. Jangan bergerak!" Pengurus salon mencegah tangan Mia yang akan bergerak.Mia tercengang, dia mau makan kenapa tidak boleh?"Lho.
Read more
Bab 30. Suami Mia, adalah Pengusaha?
Mia sudah selesai menelpon suami. Dia hanya tinggal menunggu suaminya datang untuk menjemputnya saja. Lalu dia kembali menoleh ke arah seseorang yang seperti dikenalnya tadi. Setelah memperhatikan dengan cukup lama Mia terkejut, ternyata yang datang itu adalah Dinda adiknya. Kebetulan Pengurus sedang masuk untuk mengontrol pelanggan yang lain. Mia menghampiri Dinda yang sedang menunggu giliran."Dinda? Kamu disini?” Dinda dan Reni menoleh bersamaan. Mereka terkejut . Langsung menatap Mia dari ujung kaki hingga kepalanya.“Mbak Mia?” tatapan Dinda berhenti di wajah kakaknya itu. Dia tidak berkedip, sama halnya dengan Reni, mereka melotot sampai Mia bergerak menempuh pundaknya.“Wah, calon pengantin baru rupanya ke salon ini juga ya?” “Ini, mbak Mia kan?” Yang bertanya seperti ini bukan Dinda melainkan Reni. Dinda malah terbengong disisi Reni.“Iya, aku Mia. Kakaknya Dinda. Masa lupa. Kamu Reni, kan?”Reni langsung tercengang, menoleh pada Dinda yang membeku di kedua kakinya.“Dinda,
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status