Semua Bab Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan : Bab 41 - Bab 50
93 Bab
Bab 41. Pusing tujuh keliling.
Iya, suami Dinda benar pengusaha. Tapi kalimat hanya orang kepercayaan, ditambah Perusahaan cabang kecil Gara, itu sudah cukup menjadi semacam kata hinaan halus dari Mia untuk suami Dinda yang ibu bangga-banggakan sampai rela berhutang kesana-sini.Dan kenyataan memang seperti itu adanya, selama persiapan pesta sampai pesta berakhir, seperak pun yang namanya Alex belum memberi bantuan kepada pihak keluarga wanita."Ya sudah, Mia. Ibu mau coba ngomong sama Dinda dulu." Suara ibu lemas, menutup panggilan tanpa sempat mengucapkan salam.Lemas sudah tubuh Bu Rita. Apa yang dikatakan oleh Mia tadi semua benar.Malu jika harus meminjam uang pada Gara, menantu yang dihina semasa ada di rumah ini.Penyesalan Bu Rita, kenapa tidak berbaik sedikit saja pada Gara kala itu? Kalaupun tidak suka setidaknya jangan diperlihatkan. Mungkin saat ini dirinya akan aman.Ada tempat meminta atau untuk menghutang.Terus sekarang dia mau kemana?Mana sejak pagi tadi Bibi Wati terus menelponnya. Puluhan kali t
Baca selengkapnya
Bab 42. Jangan keluar apartemen.
"Minum, sayang.." Gara mengulurkan Jus jeruk dingin untuk istrinya."Sudah selesai ya?" Mia mulai terlihat lelah."Sudah. Capek ya?"Mia mengangguk manja."Nanti malam, aku bisa pijitin. Pijat Plus-plus malah." Suara Gara menggoda di sisi telinga Mia.Mia tersenyum malu, sambil mencubit kecil pinggang suaminya.Setelah memastikan semua selesai,kemudian mereka berganti dan bergegas pulang.Riko yang setia, mengantar mereka sampai ke apartemen.Begitu sampai di kamar, Mia langsung mandi dan selesai mandi dia ambruk di atas ranjang. Seharian ini, dia benar-benar merasa lelah.Gara hanya tersenyum melihatnya dan bergantian melangkah ke kamar mandi.Malam ini mereka tidur dengan keadaan bahagia.Pagi harinya, Gara terbangun karena merasa geliatan tubuh yang sedang dipeluk.Dia memijat kepalanya yang terasa sedikit pusing. Mungkin karena semalam mereka terlalu bersemangat, hingga baru tidur lewat tengah malam setelah urusan dewasa mereka selesai.Gara duduk sambil mengamati wajah Mia yang
Baca selengkapnya
Bab 43. Dijemput untuk datang ke apartemen.
Sebagai seseorang yang sudah cukup lama berada di dunia bisnis, tentu saja Gara sudah paham. Apalagi ini adalah detik-detik hari menuju peresmian pernikahannya.Apalagi saat ini, Gara belum sempat menempatkan beberapa penjaga khusus untuk menjaga Mia. Dia harus waspada dulu. Tidak ingin ada sesuatu yang bisa saja terjadi diluar dugaan, sampai pesta besar mereka nanti.Setelah itu Gara berencana akan membawa Mia untuk tinggal di rumahnya yang penuh pelayan dan penjaga."Gara, kamu tidak pergi kerja hari ini?""Hanya setengah hari. Ada pertemuan penting. Jika tidak, aku sebenarnya malas. Hari ini aku ingin seharian bersamamu."Wajah Mia merona ,merasa sangat diagungkan oleh suaminya."Aku mandi dulu." Gara bergerak untuk mengambil handuk.Sementara Mia masih dengan balutan selimut mengambil ponselnya.Ada banyak panggilan tak terjawab. Mia menggelengkan kepala ketika melihat jika sebanyak itu adalah panggilan dari Ibu. Kemudian dia membuka pesan Chat.Ibu mengiriminya pesan, kembali mem
Baca selengkapnya
Bab 44. Kalian hanya cukup datang saja.
"Apa Gara mau menangkap kita ya bu.?" Bisik Silvia penuh kecemasan."Menangkap kita bagaimana? Memang kita punya kesalahan apa?' bisik ibu kembali. Hatinya juga susah berdebar tak karuan."Kan kita sering menyakiti mereka dengan hinaan. Siapa tagu Gara tidak terima.""Iya ya. Ya Ampun, bagaimana ini?" Ibu sudah pucat."Bagaimana Pak, Bu?" Pria itu kembali bertanya."Ini maksudnya bagaimana ya? Menjemput untuk apa?" Wibowo yang bertanya."Jadi begini, Besok adalah hari dimana pesta pernikahan Tuan Gara dan Nyonya akan digelar. Jadi pihak keluarga Nyonya sudah harus ada di sana malam ini, untuk persiapan besok agar tidak terburu-buru."Hah! Ibu dan Silvia melompong. Baru saja ingin bertanya lebih lanjut, ponsel ibu berdering, kontak atas nama Mia yang memanggil.Ibu buru-buru mengangkat.“Mia," suara ibu menyapa begitu Lembut.Mia hampir tidak percaya."Bu, apa orang suruhan kami sudah datang?""Iya. Ini mereka ada di rumah. Maksudnya bagaimana?""Oh, begini Bu, kalian ikut saja ya kesini
Baca selengkapnya
Bab 45. Itu, anak yang tidak kamu senangi.
"Ayah," Mia meraih tangan ayahnya dan mencium beberapa kali lalu memeluk Wibowo.Rita menurunkan kedua tangannya yang masih menggantung di udara dengan tatapan hampa. Kemudian menelan senyum pahitnya sendiri."Terima kasih sudah mau kesini ya, ayah." Ucap Mia sambil melepaskan pelukannya."Sama-sama, nak. Kami yang sudah merepotkan kalian.""Enggak kok. Ayo, ayo." Mia menarik tangan Pria yang sudah nampak tua itu tanpa memperdulikan kehadiran Silvia dan Farhan. Padahal Silvia juga ingin disambut tangannya oleh adiknya yang sekarang cantik jelita bak putri kerajaan itu."Kalian duduk disini dulu. Aku panggil Gara. Dia sedang di ruangan kerja. Sebentar ya…" Mia berlari kecil menyusul suaminya.Mereka duduk di Sofa empuk dengan Televisi sebesar bioskop di hadapan mereka.Silvia memutar kepalanya. Rupanya Apartemen seperti ini bentuknya.Walaupun hanya satu lantai, tetapi memiliki luas yang lebih besar dari rumah ibu. Dilengkapi ruangan dapur khusus yang cantik dan ruangan lain yang ent
Baca selengkapnya
Bab 46. Bukan cerita, tapi menyindir.
"Iya sih. Tapi kan tidak seenak masakanmu." "Maklum lah, kan baru-baru memasak. Kalian masih ingat tidak, pertama kali aku belajar memasak, kalau tidak salah bertepatan aku masuk sekolah. Ibu menyuruhku memasak sebelum pergi sekolah. Masakanku sama sekali tidak enak. Kak Silvia sampai memuntahkan makanan. Lalu ibu marah dan membuang semua masakanku. Wajar, kan baru belajar. Tapi karena setiap hari aku memasak, lama kelamaan jadi enak juga. Saking enaknya, harus aku yang memasak Setiap hari. Sampai kalau kalian mau nasi goreng tengah malam saja, bangunin aku untuk masak nasi goreng untuk kalian.. ingat kan?"Mendengar perkataan panjang Mia, raut ibu yang tadi mulai tenang, berangsur memerah kembali. Mia sepertinya bukan sekedar ingin bercerita tentang masa lalu, tetapi seperti sengaja menyindir masa lalu. Masa lalunya yang kurang menyenangkan.Silvia juga menyesal, kenapa harus bercerita segala? Seharusnya tidak perlu, Mia jadi menyinggung masa lalunya. Masa lalu yang tidak indah saat
Baca selengkapnya
Bab 47. Menjelang Pesta.
Pesta Besar telah dimulai!Di kawasan Hotel berbintang, di dalam gedung Pernikahan mewah yang khusus.Tamu undangan sudah berkumpul, dari kalangan menengah hingga kelas atas. Para Pengusaha, Pebisnis dan Karyawan beserta Staf seluruh Perusahaan Mahendra pusat, ada di sini untuk menghadiri Pesta besar Resepsi Pernikahan Pengusaha Properti yang terkenal, Gara Mahendra.Di ruangan khusus.Gara sedang menatap dirinya di cermin.Lalu membenarkan jas, dan sesekali menyentuh pergelangan tangannya sendiri.Dia tidak gugup, sama sekali tidak terlihat gugup, hanya saja ada kegelisahan yang tidak bertepi dalam hatinya.Ingin sekali dihari yang bahagia ini, dia berkumpul dengan keluarga tercintanya selayaknya seperti orang lain.Tetapi, Gara tidak mungkin bisa seperti mereka. Di Pesta megah miliknya ini, dia harus sendirian. Tidak ada Ayah dan Ibu, tidak ada Kakek dan Nenek yang menemani, dan tidak ada sanak famili satupun yang hadir. Karena dia, memang sebatang kara hidup di kota ini.Tidak tera
Baca selengkapnya
Bab 48. Pesta besar telah tiba.
"Hellow… Silvia, kamu kena Prank ya..! Suami miskin Mia, ternyata orang kaya!""Dulu saja itu suami mia dihina Mulu sama kamu, Sil! Sekarang jilatan tuh pantatnya biar kamu dapat saweran! Lumayan kan buat nyicil hutang kamu?"Bagaimana tidak beberapa orang berkata begitu, kemarin pas panik di tagih cicilan, Silvia sibuk meminjam uang pada teman-temannya."Ya Ampun! Itu Mia? Pangling aku. Cantiknya nggak ketulungan! Kabarnya Suaminya Seorang Pengusaha kaya raya ya? Tampan enggak? Aku penasaran!"Yang lain membalas komentar ini."Sangat tampan! Aku sudah melihat saat pernikahan Dinda! Artis pun kalah!""Masa sih? Ya Ampun, penasaran aku!""Suami Dinda sama suami Silvia.. Halah.. tidak ada seujung kukunya!"Bermacam komentar yang lain dan sebagainya.Nyesel Aku!..Niat ingin mendapat pujian atau mencari sensasi, justru diserang kutukan dari netizen. Yang mendapatkan pujian malah Mia lagi, Mia lagi.Silvia mengomel, kemudian tidak berapa lama, Konten tidak tersedia.Netizen mengeluh saat
Baca selengkapnya
Bab 49. Dia sekarang adalah ratu.
Rita juga menatap Mia dengan sangat canggung. Dia juga bisa melihat begitu banyak kecanggungan di mata Mia, hatinya terasa dipenuhi pecahan beling. Perih, sakit, seperti teriris-iris rasanya.Terbayang semua kesalahannya terhadap Mia, anak yang ia sudah sia-siakan selama dua puluh lima tahun ini.Dia memang tidak menyiksanya fisiknya, tidak memukuli seperti cerita ibu tiri yang kejam. Tapi dia terus menyakiti hatinya.Pergi sana! Dasar anak tidak tahu diri! Malas aku lihat muka kamu itu!Mia! Cuci piring! Cuci baju! Masak! Awas ya, kalau Ibu bangun tidur kerjaan belum kelar semua! Nggak ada jatah buat makan kamu!Masak buruan ..! Keburu Silvia dan Dinda pulang, nanti mereka kelaparan!Ibu benar-benar ingin berlari dari sini, tidak sanggup menanggung malu dan rasa bersalahnya."Ibu, " Mia berlutut, kemudian meraih kedua tangannya."Maafkan atas semua kesalahanku. Aku tahu, Ibu tidak suka dengan kehadiranku. Jika boleh memilih, sebenarnya aku akan memilih untuk tidak mengganggu kebahagi
Baca selengkapnya
Bab 50. Uang dalam rekening bank milik Alex.
"Aku akan menyenangkan hari-harimu untuk kedepannya dan seterusnya. Lihatlah, aku akan membayar semua kesedihanmu tempo lalu. Tidak aku izinkan air matamu untuk menetes lagi."Gara memeluk Mia dan akhirnya ikut tenggelam ke alam mimpi.Sementara di kamar lain.Silvia dan Farhan sudah berbaring di ranjang lebar dengan kasur yang empuk.Farhan memeluk Silvia yang sedang sibuk dengan ponselnya dari belakang."Sayang…Bagaimana kalau kita ulangi bulan madu kita disini? Kita kan tidak pernah menginap di hotel sebagus ini. Jadi anggap saja kita sedang mengulang bulan madu." Rayu Farhan.Silvia tertawa geli. "Ya ampun.. dasar miskin! Mau bulan madu di hotel saja harus numpang! Modal Dong.. ih.. Sana!" Sambil mendorong tubuh Farhan dengan kakinya."Modal kepalamu itu! Uang gaji bulanan, lemburan sampai bonus-bonusnya selalu ludes buat membayar hutangmu dan hutang ibu! Bagaimana mau ngomongin modal?" Kesal Farhan."Eh, baru bayarin hutang saja sudah mengeluh! Bagaimana kalau bayarin Apartemen s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status