Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah tirai kamar, menciptakan pola cahaya di lantai kayu. Nessa terbangun dengan kepala berat, mengingat kejadian semalam yang masih membekas. Namun, suasana pagi ini terasa berbeda. Dawson kini terlihat lebih hangat.“Pagi,” sapa Dawson sambil menyodorkan secangkir teh.Nessa menerima cangkir itu. “Terima kasih,” jawabnya pelan.Dawson duduk di kursi samping Nessa, menatap ke arahnya. “Aku bisa mengantarmu ke kampus hari ini,” ucapnya.Nessa menggeleng pelan. “Hari ini aku tidak ada kelas,” jawabnya.Dawson mengernyit, matanya menelusuri pakaian rapi yang dikenakan Nessa. “Tapi kau sudah berpakaian rapi. Mau ke mana?”Nessa menarik napas dalam-dalam. “Aku bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Hari ini aku berniat mengundurkan diri.”Dawson terdiam sejenak, lalu bertanya, “Untuk apa kau bekerja? Bukankah aku sudah bilang, kau tidak perlu memikirkan hutang itu lagi?”“Sebelum kamu mengetahui utang itu, aku sudah bekerja. Aku ingin menyel
Last Updated : 2025-05-30 Read more